cinta dalam jas putih

Yunna Dan Dokter Edwin



Yunna Dan Dokter Edwin

3Dokter edwin sore ini sudah merapikan semua tumpukan kertas yang baru saja di tanda tanganinya di ruangan tempat dia biasa melakukan sebuah praktek diluar pekerjaannya di rumah sakit.     

"Dokter " suara asistennya dari balik pintu terdengar olehnya dengan ketukan pintu.     

"Masuk saja " jawab dokter edwin ketika dia sudah membuka jas lengan panjang berwarna putih miliknya dan menyimpannya di sandaran kursi.     

Sekarang tinggal kemeja berwarna abu gelap berlengan pendek yang menempel di tubuhnya.     

"Dokter di luar ada pasien memaksa ingin di periksa oleh dokter " ucapnya ketika sudah masuk ke dalam ruangan.     

"Wanita muda dan cantik, dia sepertinya sangat kesakitan sekali "     

Dahi dokter edwin berkerut, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Jika pasien itu memang sangat kesakitan kenapa memilih tempat praktek mandiri bukan instalasi gawat darurat di rumah sakit.     

"Tidak apa-apa, ijinkan saja masuk " karena perkataan asistennya yang menyebutkan skala nyeri dari pasiennya sekarang ini, dia yang sebagai dokter tentu saja tidak dapat melakukan penolakan hanya karena jam pemeriksaan telah selesai.     

"Selamat sore dokter " suara pasien itu masih dapat menyapanya ketika dokter edwin sedang memakai jas miliknya.     

Suara yang sangat tidak asing untuknya sekarang ini, membuat dokter segera menolehkan pandangannya ke arah pasiennya.     

"Yunna! " dia melihat sosok yunna yang berdiri tepat di hadapannya.     

Dia seperti sedang kesakitan tetapi kedua pupil matanya yang bulat indah itu melirik ke arah asistennya yang berdiri di samping yunna.     

"Dia teman putraku " ucap dokter edwin pada asistennya itu, "tidak apa-apa, kamu lanjutkan saja melakukan rekapan pasien hari ini "     

Raut wajah asistennya tentu saja berubah aneh, tetapi dia tidak bisa membantah perintah dari atasannya sekarang ini walaupun itu terdengar aneh.     

Sekarang ini dokter edwin lah yang merasa malu, dia benar-benar menuruti semua yang yunna minta padanya walaupun hanya dari isyarat matanya.     

Sampai asistennya keluar dan meninggalkan mereka berdua di ruangan pemeriksaan.     

Yunna menarik nafasnya dan duduk di sebuah kursi di hadapan dokter edwin.     

"Katanya kamu sakit? " tanya dokter edwin pada yunna.     

Lengkungan ujung bibir yunna yang membentuk senyuman terlihat sangat manis.     

"Iya aku memang sakit paman dokter " ucap yunna.     

"Ups, lupa " dia mengkoreksi perkataannya, "daddy dokter! "     

Mendengar yunna yang memanggilnya seperti itu, bulu kuduknya berdiri. Dia merasakan panggilan itu sangat menggelikan baginya, jika keydee putranya selalu memanggilnya daddy ketika pertama kali putranya itu bisa memanggilnya dia merasa biasa saja.     

Tetapi yunna, dia baru saja beberapa kali bertemu dengan anak perempuan itu. Jika tiba-tiba dia memanggilnya dengan sebutan yang sama seperti putranya itu sangat membuatnya seperti laki-laki tua yang menemukan gadis cantik dan sedang meminta kasih sayang padanya.     

'Apa itu ciri-ciri dari pedofilia? ' dokter edwin memikirkan hal yang paling ekstrem ketika dia mulai merasa pikirannya kacau sekarang ini.     

Tetapi dia berusaha menyembunyikan sikapnya yang salah tingkah itu di depan yunna. Dia kembali terduduk di kursinya dan melihat yunna yang baik-baik saja.     

"Kamu sakit apa yunna? " dia merapatkan kedua tangannya yang disimpan di atas meja untuk menutupi kegugupannya.     

Yunna tersenyum, "aku sakit kepala "     

Gadis cantik itu lalu dengan cepat memegang keningnya dengan satu tangannya, dan kedua mata cantiknya mencuri-curi pandang ke arah dokter edwin yang masih mengawasinya sekarang ini.     

Senyuman dokter edwin muncul melihat sikap lucu yunna yang membuatnya gemas. Jika saja usianya jauh lebih muda dari sekarang, tentu saja dia tidak akan membohongi dirinya untuk tidak mengatakan kalau yunna adalah perempuan yang sangat cantik dan menarik.     

"Yunna, disini klinik kebidanan " ucap dokter edwin sambil terus melihat yunna yang sedari tadi tidak pernah menggeserkan pandangannya sedikit pun dari dokter edwin.     

"Kalau kamu mengeluh pusing, itu artinya ada dua kemungkinan " sambung dokter edwin, "pertama kamu sedang mengeluarkan banyak darah dan kedua kamu sedang hamil! "     

"Mana mungkin aku hamil!!! " yunna terperanjat kedua matanya membulat ke arah dokter edwin.     

"Hamil sama siapa juga! " cetusnya marah-marah, "pacar aja aku belum punya! "     

"Masa iya aku hamil online, gara-gara setiap malam aku main game sambil tiduran? "      

Tawa dokter edwin hampir saja lepas ketika mendengar perkataan lucu yunna itu, tetapi dengan cepat dia menahan dirinya untuk tetap memberikan kesan berwibawa di hadapan yunna sekarang ini.     

Tetapi wajahnya memerah, dan dia hanya bisa menanggapinya dengan gelengan kepalanya. Yunna sama sekali tidak mirip dengan ibunya, kanita. Yang tidak pernah banyak bicara, walaupun sekalinya dia memberikan penjelasan bisa menghabiskan banyak waktu. Dan ketika dokter edwin menyamakannya dengan seniornya yang adalah ayah yunna pun sama sekali tidak mirip, dokter yoga jauh lebih terlihat santai dan wibawa yang dimilikinya sangatlah kuat.     

"Sekarang bukan pusing lagi " ucap yunna, "tapi perutku sakit! "     

Dokter edwin hanya menanggapinya dengan senyuman tipis, mana bisa ada gejala yang hilang dan timbul dengan waktu yang cepat tanpa dilakukan pengobatan apapun pada yunna. Kecuali gadis cantik itu berbohong, dokter edwin yakin yunna baik-baik saja sekarang ini.     

"Mungkin kram perut " jawabnya, "hati-hati jika mengeluh sakit perut di kebidanan, nanti kamu dikira sedang prementuasi syndrome atau... "     

Dia lalu memperlihatkan sebuah gambar sesosok calon bayi pada yunna.     

"Keguguran dan yang lebih parahnya itu hamil di luar kandungan yang harus segera dilakukan tindakan operasi secepatnya! "     

Yunna memperlihatkan wajahnya yang ketakutan, dengan cepat wajahnya tertunduk memandangi perutnya dan kedua tangannya memegangi perut ratanya.     

"Apa ayahku juga setiap hari berurusan dengan hal menakutkan seperti itu? " yunna bertanya tanpa melihat ke arah dokter edwin.     

"Tentu saja " jawab dokter edwin.     

Dia senang sekali mempermainkan yunna sekarang ini, dan wajahnya yang ketakutan itu seperti sesuatu yang memunculkan hormon endofrin secara alami dalam tubuhnya.     

"Sudahlah, aku takut sekali dokter! " cetus yunna dengan nada kesal sekarang ini.     

"Baiklah aku mengaku " sambungnya, "aku berbohong tadi, karena sama sekali tidak sedang sakit! "     

"Aku mengatakan itu pada asisten paman dokter agar diijinkan untuk masuk dan bertemu paman dokter! "     

Dokter edwin lagi-lagi menanggapinya dengan senyuman mendengar pengakuan yunna sekarang.     

"Ada apa sampai kamu harus datang kesini? " tanya dokter edwin.     

Dia melihat yunna yang masih memakai seragam sekolahnya sekarang ini. Dia belum pulang kerumahnya dan sengaja mendatanginya.     

"Aku mau lihat wajah paman dokter saja.. " ucap yunna sambil tertawa polos.     

Dia sama sekali tidak malu untuk mengatakan itu pada laki-laki yang adalah ayah dari teman sekolahnya.     

"Tapi boong! " dan yunna dengan cepat meralatnya.     

Membuat wajah dokter edwin semakin memerah, pada awalnya dia merasa yunna terlalu berani mengatakan sesuatu yang membuatnya seperti lelaki yang sedang dirindukan oleh wanita cantik tetapi tiba-tiba memberikan sebuah konfirmasi bahwa yunna hanya bercanda.     

Yunna tertawa kecil meihat wajah dokter edwin yang memerah.     

"Paman dokter serius sekali! " cetus yunna, "aku datang kesini dengan keydee tadi "     

"Tapi dia lupa meninggalkan bukunya di kelas, jadi dia memintaku untuk menunggunya disini " lalu yunna mengatakan hal yang sebenarnya pada dokter edwin.     

Yunna mendekatkan wajahnya ke arah dokter edwin yang masih sangat gugup itu.     

"Key mau menanyakan perempuan yang paman dokter bawa ketika pergi ke acara kencan dengan guru key kemarin! " yunna berbisik ke arah dokter edwin.     

Dahi dokter edwin berkerut, ternyata putranya menceritakan hal seperti ini pada semua teman-temannya.      

"Dia penasaran sekali! " sambung yunna.     

Dan lalu memukulkan kedua tangannya diatas meja membuat dokter edwin terkejut.     

"Bisa gawat kalau key tahu perempuan itu aku paman! " yunna berkata sambil menyimpan kedua tangannya di kepala.     

Dokter edwin yang baru saja terkejut lalu mematung mendengar semua yang dikatakan oleh yunna sekarang ini.     

"Paman dokter jangan diam saja! " cetus yunna sambil membenarkan kembali posisi duduknya.     

"Cepat pikirkan jawabannya buat key! "      

"Jawaban seperti apa? " dia justru balik bertanya pada yunna.     

Jika dia boleh berterus terang dan mengatakannya dengan jujur pada key, akan dia katakan semua yang terjadi waktu itu. Bahkan jika tidak ada pandangan buruk tentang hidup laki-laki berumur sepertinya yang ternyata menyukai perempuan yang sebenarnya sangat pantas menjadi putrinya, dia akan dengan jujur mengatakan bahwa dia menyukai gadis periang yang sedang berada di hadapannya itu sekarang.     

Bukan karena dulu dia tidak dapat memiliki kanita yang menjadi ibunya, tetapi memang perasaannya tidak dapat berbohong bahwa hidupnya menyenangkan jika sedang berbicara apapun dengannya.     

"Keydee tidak boleh tahu kalau itu aku paman... " gumam yunna.     

Dia menopang wajahnya dengan kedua telapak tangannya sekarang ini.     

Dokter edwin semakin kebingungan dengan apa yang harus dia katakan sekarang ini, di depan yunna dia melupakan angka yang dalam hidupnya.     

Melihat sikap manja yunna pun seperti sebuah hipnotis untuknya, dia menjadi lupa akan jati dirinya sendiri sekarang ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.