cinta dalam jas putih

Love you to the moon



Love you to the moon

3Dokter edwin memandangi nita yang sedari tadi berdiri di depan cermin dan seperti terlihat frustasi dengan dirinya sendiri.     

Dia tersenyum tipis dan mendekat ke arah nya, berdiri di belakang dengan kedua tangannya yang melingkar di pinggang nita.     

"Kamu kenapa? " tanyanya.     

Pandangannya tertuju pada leher nita yang tidak tertutupi oleh rambutnya yang sudah dibentuk cepol di atas kepalanya.     

"Apa key membuatmu pusing? " tanyanya lagi lalu memberikan sebuah ciuman di leher nita.     

"Kamu seperti orang yang frustasi dengan diri sendiri, marah-marah di depan cermin " sambungnya.     

"Koko " panggil nita dengan manja.     

"Ada apa? " dia masih sangat betah menempelkan bibirnya di leher nita dan mencium aroma parfum baccarat dari tubuhnya.     

"Jawab dengan jujur! " cetus nita, "apa tingkahku seperti anak kecil? "     

Dokter edwin mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan nita kali ini.     

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? "     

"Apa saya tidak terlihat anggun? " nita tidak menjawab pertanyaan dokter edwin tapi justru kembali melontarkan pertanyaan.     

Tawa kecilnya muncul, "kenapa kamu ingin terlihat anggun? "     

Nita lalu berbalik dan kali ini mereka saling berhadapan.     

"Kalau wanita kan harus anggun bukan kayak anak kecil " jawab nita.     

"Oh, begitu... " dokter edwin menanggapinya dengan senyuman dan menempelkan dahinya di dahi nita.     

"Tapi kenapa tiba-tiba? "     

Nita memperlihatkan senyumannya, "koko, tadi saya bertemu dengan wanita paling cantik yang pernah saya lihat, anggun sekali dan suaranya lembut dia baik sekali walaupun kami pertama kali bertemu "     

"Siapa? "     

"Bidan kanita "      

Raut wajah dokter edwin perlahan berubah ketika tahu wanita yang disebutkan oleh istrinya itu adalah kanita, wanita di masa lalunya.     

Nita tersenyum, "dokter pasti baper! "     

"Saya tahu sekarang kenapa dia disukai banyak orang, karena kesan pertama saya bertemu rasa suka langsung muncul pada diri saya "     

"Apalagi laki-laki " sambung nita.     

Dokter edwin tidak memberikan tanggapan apa-apa setelah mendengar semua yang nita bicarakan padanya.     

Dia hanya sedang mencoba mengalihkan pikirannya untuk tidak lagi terpengaruh ucapan siapapun ketika semuanya bersangkutan dengan kanita.     

Ada perasaan lain yang merupakan seseorang dalam pelukannya yang harus dia jaga.     

"Tapi sekarang saya takut koko! " cetus nita yang kali ini dia menyembunyikan wajahnya di dada dokter edwin.     

"Kenapa? "     

"Bisa tidak kita tidak pergi ke acara dokter axel dan bertemu dengan keluarga teman koko itu,,, " suara nita itu terdengar pelan sekali tetapi dokter edwin bisa mendengarnya dengan sangat jelas.     

Sebenarnya kemarin pun dia sedikit ragu untuk menerima undangan itu, tapi dia sudah mengucapkan sebuah janji yang artinya harus dia tepati.     

"Kenapa tiba-tiba aku takut kalau pertemuan dokter dan bidan kanita akan membuat dokter lupa dengan kehadiran saya nanti " nita lagi-lagi berkata jujur dengan suaranya yang memelan.     

Dokter edwin tertegun mendengar nita yang lagi-lagi mengatakan sesuatu hal yang membuatnya terkejut akan tetapi kali ini senyumannya muncul dan kedua tangannya memberikan usapan lembut di punggung nita.      

Tangannya telah berada di pinggang nita dan mengangkat tubuh ramping itu untuk duduk di sebuah meja.     

"Kamu cemburu? " dokter edwin bertanya pada nita dengan tatapan matanya yang lembut.     

Dia juga memainkan rambut nita yang berada di dahinya.     

"Ternyata lao po ku cemburu sekarang ini " dia kembali berkata pada nita yang belum mengatakan apapun lagi hanya terdiam memandanginya.     

"Apa saya tidak boleh cemburu? " nita balik bertanya, "saya juga tidak boleh ketakutan ketika tahu wanita di masa lalu koko itu ternyata lebih sempurna? "     

"Pada awalnya mencoba bersahabat dengan masa lalu koko, tapi ternyata tetap saja ada rasa takut yang lebih besar "     

"Saya tidak mau koko memikirkan orang lain "     

Dokter edwin tersenyum, "siapa bilang kamu tidak boleh cemburu! "     

Dia mencubit pelan pipi nita, "cemburu itu artinya sayang "     

"Dan kamu tahu ternyata itu yang lebih membuatku senang, karena kamu memperhatikanku " sambungnya.     

"Membuat aku seketika berpikir " dan kali ini kedua tangannya berada di pipi nita.     

"Jika aku terus mengejar yang sempurna, itu artinya aku akan kehilangan seseorang terbaik yang saat ini hadir di hidupku, berada di hadapanku "     

"Manja, cerewet, lucu dan cengeng! "     

Nita tersenyum malu ketika dia tahu memang dia bukanlah yang sempurna tetapi telah menjadi yang terbaik untuk dokter edwin.     

"Kamu sudah percaya sekarang? " tanyanya pada nita.     

"Kamu harus bisa membedakan bahwa aku itu menginginkanmu bukan membutuhkanmu " dokter edwin kembali bicara, "bukan ingin kamu ada hanya karena aku sedang menginginkanmu saja "     

Nita menganggukkan kepalanya melingkarkan kedua tangannya di leher dokter edwin.     

"Kamu tidak harus berubah sama seperti kanita " ucap dokter edwin, "kamu harus menjadi dirimu sendiri! "     

Dia menarik nafasnya dalam-dalam, "karena ternyata walaupun kamu suka merengek seperti tadi, tapi ketika kamu berhadapan dengan key kamu adalah mommie paling terbaik dan orang yang paling mengerti sifat key "     

Nita mengerutkan dahinya, "koko nguping ya? "     

Dokter edwin tertawa kecil, "penasaran saja apa yang kalian bicarakan tadi "     

"Terima kasih " sambungnya, "dan sekarang ini kalian berdua adalah orang yang paling berharga dalam hidupku yang harus aku bahagiakan "     

"Koko "     

"Ya "     

"Lao po itu artinya apa? " nita bertanya dengan wajah polosnya.     

"Artinya istri tercinta "     

Nita menganggukkan kepalanya, "kalau istri manja, cengeng, cerewet panggilannya apa? "     

Dokter edwin tertawa kecil memencet hidung nita, "panggilannya nita! "     

Wanita itu mengerucutkan bibirnya, tapi dia tertawa juga ketika namanya disebut.     

"Biar cerewet, cengeng, manja tapi koko love to the moon kan,,,, " ucap nita dengan nada manja andalannya dan jari-jarinya yang bermain di dada dokter edwin.     

Membuat laki-laki itu tidak berkutik, dia menundukkan wajahnya menyembunyikan senyum malunya.     

Karena yang dikatakan oleh nita itu sangatlah benar, semua yang dia lakukan pada nita itu bukan hanya gerakan semata. Itu karena adanya sebuah dorongan dari dalam hatinya yang ternyata penggeraknya adalah rasa cintanya yang begitu besar.     

"Mommie dan daddy kalau pacaran itu di tutup pintunya! " key berdiri di depan pintu melihat dokter edwin yang sedang memandangi nita yang terduduk di sebuah meja.     

Tawa kecil dokter edwin muncul, satu tangannya melambai pada key meminta agar putranya itu masuk ke dalam ruangannya.     

Key berjalan mendekat ke arah mereka berdua.     

"Kamu sudah semakin besar! " ucap dokter edwin melingkarkan tangannya di pundak key.     

Key tertawa kecil, "masa daddy mau aku terus jadi anak kecil! "     

"Mommie sudah tahu kalau kita akan mencari rumah baru supaya aku bisa dekat ke sekolah? " key bertanya pada ayahnya itu.     

"Pindah kemana? " nita terkejut karena dia sama sekali tidak tahu rencana itu.     

"Ah, itu rencana sudah lama sekali sebelum kita menikah " jawab dokter edwin, "dan belum ada rumah yang pas "     

"Tapi aku minta daddy supaya rumah kita tidak jauh dari rumah nenek " key menyela.     

"Benarkah " nita tersenyum lebar karena dia senang sekali jika nanti rumahnya akan berdekatan dengan mama mertuanya itu.     

"Karena dari rumah nenek ada lokasi yang dekat sekali dengan rumah yunna " ucap key kembali.     

"Rumah yunna " senyuman di wajah nita semakin mengecil sambil menoleh ke arah dokter edwin yang terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menghindari tatapannya.     

Jika rumah mereka dekat dengan rumah yunna trman dekat key, itu artinya kemungkinan pertemuan dokter edwin dengan ibunya yunna akan semakin mudah dan sering, pikir nita.     

"Dekat dengan rumah om adit " sambung key.     

Dokter edwin lalu tersenyum ke arah nita yang masih menatapinya tanpa bicara apapun.     

"Tapi key, sepertinya sekarang ini keputusan ada di mommie kamu " ucap dokter edwin pada putranya itu.     

Dan lalu berbisik ke arah key, "kita sekarang sudah punya ibu negara, jadi daddy tidak boleh membuat keputusan sendiri "     

"Mommie pasti setuju, asal daddy ijinkan mommie makan mie pedas dan minuman buble " celetuk key.     

Nita tersenyum tipis, "boleh, tapi harus ada yang janji dulu "     

"Kalau perlu perjanjiannya di tulis di kertas dengan tanda tangan dan disimpan di dalam brankas! "     

Dokter edwin tertawa kecil mendengar ancaman dari nita.     

"Tidak apa-apa kalau kamu tidak setuju " ucap dokter edwin pelan pada nita.     

"Ikuti saja kemauan key " jawab nita, "supaya dia bisa dekat ke tempatnya belajar "     

"Lagipula koko kan sudah bilang tadi kalau tidak akan lagi mengejar yang sempurna "     

"Itu juga kalau koko tidak tiba-tiba jatuh dan terbentur sesuatu yang membuat koko lupa dengan ucapan sendiri! "     

Dokter edwin nita tertawa, "jahat sekali mendoakan aku amnesia! "     

Nita hanya tersenyum lebar menyembunyikan rasa takutnya ketika nanti akhirnya mereka menemukan rumah baru yang lokasinya tidak akan jauh dari seseorang yang tadi sempat membuatnya cemburu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.