Jodoh Tak Pernah Salah

Part 95 ~ Lepaskan Aku



Part 95 ~ Lepaskan Aku

3"Buka pintunya," teriak Dila menggedor pintu dari dalam kamar. Ia hampir menangis frustasi karena Bara mengurungnya.     

Pintu di buka dari luar. Bara masuk ke dalam kamar, ia mengunci pintu dan mencabut kunci.     

"Lepaskan aku brengsek," maki Dila geram menunjukkan kemarahannya.     

"Tidak sebelum urusan kita selesai."     

"Urusan kita akan selesai jika kau mengeluarkan aku," balas Dila dengan bibir bergetar. Ia tak dapat menahan perasaannya, rasa iba pada Bara sirna setelah ia melihat sang suami berciuman mesra dengan Egi.     

"Tidak bisa sebelum kita membuat kesepakatan."     

"Kesepakatan apa?" Dila jengah tak mau berkompromi. Kesalahan Bara terlalu fatal.     

"Kamu tidak akan menceritakan orientasi seksualku pada keluarga dan melakukan pembatalan pernikahan."     

"Tidak bisa," jawab Dila tegas. "Kau pikir aku mau bersuamikan gay?"     

"Aku Aldebaran, tak ada yang bisa membantah ucapanku," kata Bara berteriak marah. Ia melampiaskan emosinya dengan membanting lampu tidur.     

"Kau tidak berhak mengaturku. Aku tidak mau terjebak pernikahan denganmu. Aku akan menceraikan kamu. Aku tak ingin mengorbankan masa depanku menjadi istrimu."     

"Kita tidak akan pernah bercerai. Kau akan jadi istriku selamanya."     

"Jangan bermimpi Bara. Aku tidak sudi punya suami gay seperti kamu," balas Dila mendorong tubuh Bara kasar.     

"Mana kuncinya?" pinta Dila dengan nada tinggi.     

"Kau tidak akan bisa keluar dari sini sebelum kesepakatan kita selesai."     

"Tidak akan ada kesepakatan diantara kita. Perbuatanmu tidak bisa aku tolerir. Sekali aku bilang tidak ya tidak. Tak ada tempat dan ruang untuk LGBT."     

"Jaga bicaramu!" gertak Bara melayangkan tangan ke wajah Dila, namun segera sadar. Ia mengurungkan niatnya memukul Dila.     

"Kau ingin menamparku?" Dila menantang Bara.     

"Tidak semua orang bisa kau perintah sesuka hatimu. Menuruti kemauan kamu. Berikan kuncinya!"     

"Tidak akan sebelum kau menuruti kemauanku." Bara tetap pada pendiriannya.     

"Jangan permainkan aku Bara," kesal Dila menendang tulang kering Bara.     

Laki-laki itu mengaduh kesakitan. Dila berusaha mengambil kunci kamar dari saku kurta Bara.     

"Kau membuat kesabaran aku habis," umpat Bara menarik Dila kasar hingga terhempas ke ranjang.     

"Akan ku jadikan kamu istri yang sesungguhnya." Bara menunjukkan seringainya.     

"Apa maksudmu?" Dila merasakan sinyal bahaya.     

Dila bangkit dan mencoba melawan. Bara mendorongnya tubuhnya kasar hingga membentur dinding.     

"Kamu mau apa?" Dila berjalan mundur karena Bara mendekatinya. Tubuh Dila gemetar melihat sorot mata Bara bak seorang penjahat.     

"Aku mau memberi pelajaran pada istri kurang ajar sepertimu," ujar Bara melepaskan pakaian bagian atas menampakkan tubuh kekarnya, dada bidang dengan lengan berotot seperti atlet.     

"Aku yang seharusnya memberi kamu pelajaran," balas Dila sengit mendorong tubuh Bara menjauhi tubuhnya.     

"Aku akan mengambil hak sebagai suami," jawab Bara tenang tapi sangat menakutkan. Dila bergidik ngeri mendengar suara bariton Bara.     

"Jangan mimpi. Aku tak ingin disentuh lelaki menjijikkan seperti kamu. Kau kotor!" maki Dila geram melepaskan sakit hatinya.     

Bara mendekati Dila dan memojokkannya. Punggung Dila terasa sakit berbenturan dengan dinding. Dila mendelik, posisinya tak menguntungkan. Tubuhnya terjepit oleh tubuh besar Bara.     

Dengan kasar Bara melepaskan kerudung yang tersimpul di leher Dila. Bara menatapnya dengan lapar bak singa yang siap menerkam mangsanya. Emosi membakar gairah Bara, membangkit sesuatu di bawah sana. Dila terpekik ketika merasakan kejantanan Bara membesar. Jarak mereka terlalu dekat hingga ia dapat merasakannya.     

Dila memasang alarm bahaya, situasi sangat tidak menguntungkan baginya. Walau secara agama dan Negara Bara suaminya dan berhak memiliki tubuhnya, tapi mengingat sang suami seorang gay ia mual dan jijik. Takut ditularkan penyakit kelamin dari Bara. Jantung Dila memompa darah lebih cepat hingga keringat dingin berjatuhan.     

Bara melepaskan celananya, Dila semakin berteriak kencang menyaksikan kejantanan Bara yang menonjol.     

Ya Allah lindungi Hamba dari pria bajingan ini. Jangan biarkan dia menyentuhku.     

"PERGI! Jangan dekati aku," usir Dila menampar pipi Bara.     

Bukannya berhenti, insting untuk memakan Dila semakin besar. Bara ingin mencabik-cabiknya tubuh wanita yang telah menghina harga dirinya sebagai laki-laki. Dila berteriak sekencang-kencangnya.     

"TOLONG! TOLOOOOOONG."     

"Percuma kamu berteriak, tidak akan ada yang akan mendengarnya. Malam ini kamu akan jadi istriku seutuhnya."     

"Aku tidak sudi. Kau kotor. Aku tidak mau ditulari penyakit." Geram Dila berusaha mencakar wajah Bara, namun ia kalah kuat. Tubuhnya terkunci dibawah tubuh Bara.     

Secepat kilat Bara melumat bibir Dila, menyesap dan mencoba memasukkan lidahnya. Dila meronta-ronta tak rela karena bibir itu baru saja bersentuhan dengan bibir Egi. Dila menangis pilu. Tangis dan perlawanannya tak berarti. Bara terlalu menguasai, mendominasi. Dila menggigit bibir Bara hingga luka, lelaki itu melepaskan ciumannya.     

Bara semakin bernafsu menggagahi Dila, emosi membakar gairahnya. Bara menyeringai, menarik tubuh Dila hingga terhempas ke ranjang. Bara melepaskan celana dalam. Ia telanjang bulat dengan kejantanan membengkak.     

Dila memekik histeris, ini pertama kalinya ia melihat kejantanan lelaki. Ia bergidik ngeri melihat sesuatu besar yang sanggup mencabik tubuhnya. Dila mendoktrin otaknya untuk melarikan diri. Mengumpulkan kekuatan ia mendorong tubuh Bara yang mencoba menindihnya.     

Bara terjengkang, Dila dengan cepat berlari untuk kabur dari kamar neraka ini. Ia harus melarikan diri sebelum Bara merenggut kesuciannya. Ia tak boleh digagahi lelaki kotor seperti Bara, walau statusnya suami.     

Langkah Dila dicekal, Bara berhasil menarik kain sarinya. Resleting sari Dila robek hingga memperlihatkan punggung indahnya. Bara mencabik-cabik pakaian Dila jadi potongan-potongan kecil.     

"Bara jangan lakukan ini," pinta Dila memohon menahan tangis. "Tolong bermurah hatilah."     

"Sudah terlambat Dila," seringai licik menghiasi wajah tampan Bara.     

"A-aku tidak akan bilang pada siapa-siapa. Aku janji," kata Dila mengatupkan kedua tangannya,minta dikasihani     

"Tidak! Aku tak percaya padamu. Kau akan jadi istriku selamanya," kata Bara mengintimidasi. Dalam satu cekalan, ia menghempaskan tubuh Dila ke ranjang dan melepaskan pakaiannya hanya menyisakan bra dan celana dalam.     

Tubuh besar Bara menggagahi tubuh mungil Dila.     

Plakk...     

Sebuah tamparan mendarat di pipi Bara. Dila tak akan berhenti begitu saja. Otaknya memerintahkan tubuhnya untuk melawan dominasi Bara. Kepala Bara bergerak ke kanan ketika Dila menamparnya. Dila berhasil menampar Bara sekali lagi, tapi tetap saja tak berarti. Tubuhnya masih saja dikunci Bara, tak leluasa bergerak.     

Bara bukannya sakit mendapat tamparan, malah menikmati tamparan Dila. Gairah birahinya semakin menggebu, tak sabar untuk merasai tubuh Dila. Tak ada salahnya mencoba menikmati tubuh wanita, sekaligus memberi pelajaran agar tak berani lagi melawannya. Raut wajah Bara tak menampakkan kemarahan cenderung tenang membuat Dila semakin bergidik ngeri. Sikap tenang Bara lebih mengerikan daripada sikap marahnya. Tenangnya Bara semakin mengancam keselamatan Dila. Ia bak psikopat.     

Bara merentangkan kedua tangan Dila di atas kepalanya, menikmati raut ketakutan di wajah cantik Dila.     

Eye liner Dila luntur karena menangis. Kelopak matanya menghitam dan matanya memerah karena menangis. Berdoa semoga ada yang menyelamatkan dari tempat terkutuk ini.     

TUHAN TOLONG AKU. JANGAN BIARKAN DIA MERENGGUT KEHORMATANKU!     

Dila memalingkan wajahnya ketika Bara kembali mencium bibirnya.     

"Jangan menangis honey, aku tidak memperkosa kamu, aku hanya meminta hakku sebagai suami," kata Bara dingin membelai wajah Dila dengan lembut.     

Bara puas mendominasi, Dila tak berkutik dibawah kungkungannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.