Part 48~ Nasehat Seorang Ibu
Part 48~ Nasehat Seorang Ibu
Mereka tidak pernah bertengkar dan saling menyayangi. Iqbal bisa dengan bangga menceritakan pada orang-orang jika poligami itu tidak akan menyakiti kedua istrinya. Asal bisa adil membagi nafkah lahir dan batin. Itu hanya sudut pandang Iqbal, tapi ia tak tahu jika dibelakangnya kedua istrinya bermusuhan.
Bara, Herman dan Iqbal bersalaman bergantian. Tradisi dalam keluarga Herman, seluruh anggota keluarga wajib sholat berjamaah tanpa kecuali. Herman juga mendidik cucu-cucunya untuk bangun subuh. Allea dan Attar juga sudah bangun. Hanya Aina yang masih terlelap tidur karena masih berusia tiga tahun. Kedua bocah lucu nan imut itu sedang berjalan menyalami Herman, Lusi, Iqbal, Naura, Ria, Dila dan Bara.
Herman mencium kening cucu-cucunya satu persatu. Berdoa semoga keturunan menjadi anak yang soleh dan solehah. Herman mendidik anak dan cucunya dengan ilmu agama. Walau masih berusia lima tahun Allea dan Attar sudah bisa membaca Alquran. Pulang sekolah mereka akan belajar privat dengan ustadzah yang datang ke rumah.
"Cucu Atuk ngajinya udah sampai mana?" Tanya Herman menyentuh kepala Allea dan Attar.
"Baru sampai surat Ali Imran atuk," balas Allea dan Attar berbarengan.
"Pintar cucu atuk. Rajin mengaji ya anak-anak. Hafalan Alqurannya makin ditingkatkan."
"Siap atuk," balas mereka. Kedua bocah tersebut menghampiri Iqbal dan Bara. Mereka juga menyalami papa dan om mereka.
Dibarisan shaf wanita, Naura dan Ria masih terlihat pembicaraan serius. Sementar itu Dila dan Lusi masih sibuk berbincang masalah pekerjaan.
"Kamu sudah masuk kerja hari ini Dil?" Tanya Lusi.
"Sudah bunda. Cuti aku hanya dua Minggu. Hari ini mulai bekerja. Kembali ke realita."
"Bunda dengar Bara terpilih jadi anggota dewan. Apa itu benar?"
"Iya bunda. Abang Bara menang telak pemilu legislatif kemaren. Kemungkinan besar dia akan jadi ketua DPR Provinsi. Dalama aturannya partai yang meraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif yang berhak jadi ketua DPR. Dari partainya suara pemilih abang Bara paling banyak."
Lusi manggut-manggut memahami ucapan Dila.
"Makin sibuk dong suami kamu? Jadi pengusaha saja dia sudah sibuk bolak-balik Padang- Jakarta. Apa kabar kalo udah jadi anggota DPR? Makin jarang dirumah dong."
"Dimaklumi saja bunda. Bukankah ayah dan bunda yang carikan aku suami? Siapa suruh carikan aku suami yang sibuk bekerja?" Ledek Dila menggoda sang bunda.
Lusi mencubit pipi Dila, masih menganggap anak gadisnya masih anak-anak. Dimata Lusi, Dila masih anak kecil yang menggemaskan.
"Bisanya kamu ledekin bunda. Semalam bunda telponan sama ibu Fatih. Duh jadi kangen mereka. Mereka sekarang udah sukses. Usaha perkebunan bawang merah dan lumbung padi mereka berkembang pesat bahkan nomor satu memasok beras di Sumbar."
"Terus Fatih sebentar lagi akan pulang ke Indonesia. Bangga bunda punya anak kayak Fatih. Dia udah bunda anggap seperti anak sendiri. Soleh, sopan dan baik. Makanya dulu bunda enggak pernah bedain dia sama Iqbal. Ayah dan bunda sekolahkan di sekolah yang sama Iqbal dan Dila. Alhamdulilah Fatih sukses dan berhasil. Dia berhasil meraih kesuksesan dan membahagiakan ayah dan ibunya."
Hati Dila merasa sakit mendengar cerita Lusi tentang Fatih. Entah kenapa setiap mendengar cerita tentang Fatih hatinya terasa diremas dan dicabik. Andai Lusi tahu jika Dila jatuh cinta dengan Fatih entah apa yang akan dilakukannya.
"Bunda berdoa semoga pernikahan kamu dan Bara langgeng sampai kakek nenek. Kami juga dijodohkan dulu, tidak ada cinta. Setiap manusia yang hidup pasti akan memiliki rasa cinta. Rasa cinta adalah fitrah yang sudah wajar dimiliki dan merupakan anugerah Allah SWT. Tidak ada manusia yang ingin disakiti melainkan ingin mendapatkan rasa cinta yang mendalam dalam hidupnya. Begitupun Allah memerintahkan manusia untuk terus memiliki rasa cinta dan kasih sayang antar sesama manusia dan khususnya sesama muslim agar terjalin rasa persaudaraan dan keluarga."
"Jatuh cinta pada lawan jenis hendaknya dipahami, bahwa ada batasan-batasan tertentu dan tidak boleh sembarangan jatuh cinta. Jatuh cinta yang merupakan anugerah Allah sengaja Allah berikan agar manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Jatuh cinta yang benar itu adalah jatuh cinta pada pasangan halal kita. Artinya jatuh cinta setelah menikah. Peranan cinta sangat penting dalam kehidupan kita. Pertama memberikan rasa kebahagiaan, kedua mengawali manusia untuk berkeluarga, ketiga terbentuknya keluarga yang sakinah dan mawaddah.Jatuh cinta dalam islam tentu saja bukan hanya berkaitan dengan perasaaan atau hawa nafsu semata. Perasaan jatuh cinta dalam islam menuntut laki-laki dan perempuan tetap menjaga diri dan tidak tergoda oleh syetan yang selalu mengarahkan kepada kemaksiatan."
Lusi berhenti bicara sejenak dan mengambil napas. Ia ingin memberikan pengertian kepada Dila jika ia dan Herman ingin memberikan yang terbaik dan ingin Dila terjerumus dalam perzinahan. Makanya ia memberikan nasehat tentang pernikahan dan cinta. Selama ini Lusi tak pernah membahasnya karena belum waktunya.
"Rasa jatuh cinta adalah hal yang bisa menjerumuskan jika kita tidak sadar. Rasa jatuh cinta harus diarahkan pada cinta yang halal yaitu cinta yang mengarah kepada pernikahan dan balutan ridho Allah SWT. Rasa jatuh cinta tentu bisa mengantarkan kita kepada jodoh yang nantinya akan menemani kita. Cinta yang halal dan diridhoi Allah hanya cinta dalam pernikahan yang sah. Mungkin sekarang kamu masih adaptasi. Kamu bukan tidak bisa jatuh cinta pada Bara, tapi BELUM jatuh cinta. Cinta itu datang karena terbiasa. Ada saatnya kalian akan menjadi pasangan suami istri yang saling menyayangi dan mencintai seperti kami. Hanya masalah waktu Dila."
Dila terharu mendengar nasehat dari bundanya, bulir air mata mengalirkan di pelupuk matanya. Terharu mendengar nasehat sang bunda.
"Iya bunda. Aku mengerti."
"Ya sudah sana siap-siap sana. Bukannya kamu mulai kerja hari ini. Siapkan kebutuhan suami kamu."
"Baik bunda aku pamit dulu."
Dila dan Bara berbarengan masuk kamar. Tanpa merasa malu Bara mengganti pakaian di depan Dila. Mulai detik ini Dila harus kuat melihat pemandangan yang menggiurkan yang menggoda imannya. Sesoleh apa pun, ia tetap wanita normal yang tak bisa menolak godaan laki-laki apalagi suami sendiri.
*****
Selesai mengantar anak-anak ke sekolah, Ria datang ke rumah orang tuanya. Ia diliputi perasaan emosi dan sakit hati. Baru saja sampai di depan rumah ia sudah menghempaskan pintu dengan keras hingga membuat papa dan mamanya kaget.
"Pagi-pagi bukan ucapkan salam kamu malah lempar pintu sembarang," tegur Wita tak suka dengan sikap sang putri. Ia dan suaminya baru saja selesai sarapan.