Jodoh Tak Pernah Salah

Part 81~ Terbongkarnya Rahasia Bara



Part 81~ Terbongkarnya Rahasia Bara

3"Lo ketemu pelaku pembunuh Mira di club?"     

"Benar," jawab Anda terisak-isak.     

Dila memeluk Anda dengan erat seakan memberi perlindungan.     

"Jika jujur akan membahayakan keluarga lo lebih baik diam saja. Tapi jika lo ingin menegakkan keadilan bersuaralah."     

Anda menangis tersedu-sedu, matanya sudah bengkak karena menangis. Ia ingin jujur mengatakan siapa Bara tapi ia masih ragu dan takut.     

Anda berusaha tidur walau pikirannya tidak tenang.     

Diklat hari terakhir Anda tak begitu antusias. Kondisinya drop dan tak bersemangat. Ia masih menimbang-nimbang apakah akan jujur pada Dila atau tidak. Saat coffee break Anda lebih memilih menyendiri, merenungkan langkah selanjutnya.     

Jika ia bungkam Dila berada dalam bahaya, jika ia bicara jujur nyawa berada dalam bahaya. Bak makan buah simalakama. Apa pun pilihannya akan beresiko.     

Acara penutupan diklat sudah selesai. Anda dan Dila berkemas karena akan pulang menuju rumah masing-masing. Anda masih bingung antara mau jujur apa tidak. Semua tak mudah baginya. Dila baru saja menikah dengan Bara, jika semuanya terungkap pernikahan sahabatnya akan berada di ujung tanduk.     

Anda masih memikirkan nasib Dila. Menikah di usia yang tidak muda lagi, pernikahan baru seumur jagung, suaminya seorang gay.     

"Dila sebelum kita pulang, boleh tidak gue bertanya," kata Anda mengulas senyum.     

"Mau tanya apa?"     

"Lo nikah sama suami lo karena dijodohkan." Anda menjeda pembicaraannya.     

"Terus?"     

"Kalian tidak saling kenal. Gimana ceritanya kalian bisa bercinta?"     

Pertanyaan Anda membuat Dila terbatuk-batuk.     

"Kok tiba-tiba batuk gitu. Enggak usah malu, biasanya aja kali," celetuk Anda menaikkan sebelah alisnya.     

"Pertanyaan lo ada-ada aja. Itu privasi, masa nanya kayak gitu banget."     

"Bisa aja lo jadi patung ketika bercinta," celetuk Anda memancing Dila.     

"Tidak seperti yang lo duga Anda."     

"Maksudnya?"     

"Gue dan Bara tidak saling mencintai. Gue masih mencintainya Fatih. Gue dan Bara belum pernah berhubungan intim."     

"Apa? Belum pernah?" Tanya Anda kaget. Antara kaget dan bahagia Dila belum pernah disentuh Bara, setidaknya Dila tidak akan ditulari penyakit dari Bara.     

"Ekspresi lo jangan kayak gitu juga kali. Bikin gue malu aja."     

"Gimana enggak kaget, ini aneh bin ajaib bagi gue. Setahu gue kalo laki-laki dan perempuan udah berduaan orang ketiganya setan. Pasti ngapa-ngapain. Masa kalian suami istri enggak ngapa-ngapain?"     

"Aneh ya?"     

"Iya aneh. Aneh bin ajaib. Gue aja baru selesai ijab kabul laki gue udah main remas pantat aja," kata Anda.     

"Jangan samain Anda. Kalian pacaran gue enggak."     

"Hahahahaha..."Anda tertawa ngakak.     

"Lo udah baikan?"     

"Lumayan lebih baik dari semalam."     

"Semangat ya Anda. Lo jangan terbawa masa lalu. Gue doakan Mira tenang di alam sana."     

"Makasih Dila. Gue sudah memutuskan untuk jujur. Gue juga sudah konsultasi sama suami gue. Kebenaran harus diungkap walau itu menyakitkan."     

Dila menepuk bahu Anda lembut.     

"Lo benar dan gue setuju sama pendapat lo. Lo hebat, mengungkap kebenaran tak semudah kita bayangkan."     

Anda memeluk Dila dengan erat. Ia akan menceritakannya pada Dila, tapi ia tak berani mengatakannya langsung.     

"Pesawat lo jam berapa?" Tanya Anda lagi.     

"Pesawat jam 5. Kita harus segera ke bandara, nanti macet."     

"Gue beres-beres dulu," balas Anda merapikan kopernya.     

Anda melirik Dila dengan tatapan nanar. Ia sudah mantap untuk mengatakannya semuanya pada Dila.     

"Lo satu pesawat sama laki lo?" Anda balik bertanya.     

"Enggak. Beda."     

"Gue kirain sama."     

Untung saja Dila dan Anda cepat pergi ke bandara. Kalo tidak mereka akan terjebak macet dan akan ketinggalan pesawat. Pesawat Anda malah akan berangkat tiga puluh menit lagi. Sebelum berpisah karena berbeda terminal Anda memeluk Dila dengan erat.     

"Gue bakal kangen sama lo Dil."     

"Gue juga."     

Anda memberikan sepucuk surat untuk Dila.     

"Ini apa?"     

"Surat. Lo baca nanti aja kalo udah di atas pesawat."     

Dila tertawa terkekeh," Hari gini masih pake surat?"     

"Gue enggak sempat ngetik. Lama...."     

"Kembali ke era 90-an."     

"Anggap aja nostalgia. Mengembalikan kejayaan surat menyurat."     

"Ya udah lo hati-hati," kata Dila beranjak pergi.     

Anda melambaikan tangannya mengucapkan salam perpisahan. Mereka berdua berpelukan seraya menangis haru.     

Dila merasakan perubahan drastis Anda. Ia jadi bertanya-tanya. Apa yang membuat Anda berubah seperti itu.     

Dila melanjutkan perjalanannya menuju terminal keberangkatan. Ia menenteng surat dari Anda. Ia menjaga surat itu seperti barang berharga. Ia sudah tak sabar membaca surat itu di atas pesawat. Kejutan apa yang akan diberikan Anda?     

Dila sudah selesai check in. Ia menunggu di ruang tunggu sebelum pesawat lepas landas. Dila sibuk membalas chat Naura.     

Dila : Aku sudah di ruang tunggu uni :beaming_face_with_smiling_eyes:     

Naura : Apa kamu bawa oleh-oleh untuk kami?:upside-down_face::upside-down_face::upside-down_face:     

Dila : Maaf tidak sempat beli. Waktunya sangat mepet :worried_face::worried_face::worried_face::worried_face::worried_face:.     

Naura : Bilang saja tidak niat belikan kami :angry_face::angry_face::angry_face:. Pelit!!!!!     

Dila : Bukan pelit uni, cuma waktunya mepet sekali. Aku tidak pelit uni, uang segitu mah kecil, ujung-ujung duitnya aku :face_with_tears_of_joy::face_with_tears_of_joy::face_with_tears_of_joy::face_with_tears_of_joy::rolling_on_the_floor_laughing::rolling_on_the_floor_laughing::rolling_on_the_floor_laughing:.     

Naura : Ya ampun sombong sekali anda :face_with_tongue::face_with_tongue::face_with_tongue:.     

Dila : Lupa kalo aku istri ketua DPRD?:face_with_tongue::face_with_tongue::face_with_tongue:     

Naura : Sudah di pesawat?"     

Dila : Masih di ruang tunggu.     

Naura : Kabari saja kalau sudah sampai biar uni jemput ke bandara.     

Dila : Kakak ipar Ter-Baik:smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_heart-eyes:     

Naura : Hmmmm.....:face_with_rolling_eyes::face_with_rolling_eyes::face_with_rolling_eyes:     

Dila : Kami disuruh naik. Nanti kita lanjut ya Uni jika aku sudah sampai BIM. Jam setengah 7 pesawatku sudah mendarat.     

Naura : Ok :thumbs_up::thumbs_up::thumbs_up:     

Dila beranjak naik ke atas pesawat. Setelah mengemasi barangnya ia membaca surat dari Anda. Ia tertawa lucu karena tak menyangka seorang Yolanda alias Anda memberinya surat. Suatu keajaiban Anda bisa menulis surat sepanjang ini.     

"Mungkin Anda ingin jadi seorang penulis," komentar Dila melihat surat Anda.     

Dear Dila,.....     

Mungkin ketika lo baca surat ini semuanya sudah tak sama lagi. Maaf gue tidak bisa bicara langsung sama lo. Sejujurnya gue ingin ngomong langsung tapi gue enggak sanggup Dila melihat wajah polos lo.     

Maafkan gue harus menuliskannya pada secarik kertas. Hanya melalui goresan tangan ini gue berani mengatakan semuanya. Lo bilang, ungkaplah kebenaran walau itu menyakitkan. Ini yang sedang gue lakukan sekarang.     

Lo pasti bingung kenapa setelah pulang dari club sikap gue aneh bin ajaib. Lo pasti bertanya-tanya kenapa gue berubah drastis? Bukan Anda yang sebelumnya?     

Apa yang akan gue sampaikan dan lo tahu setelah membaca surat ini TOLONG RAHASIAKAN. JANGAN BILANG TAHU DARI GUE.     

GUE MEMPERTARUHKAN NYAWA UNTUK MENYAMPAIKAN SEMUA INI. GUE ENGGAK MAU BERNASIB SAMA SEPERTI MIRA.     

ANAK GUE MASIH KECIL-KECIL DILA. GUE ENGGAK MAU MEREKA KEHILANGAN IBU DI USIA SEKARANG.     

Dila....     

Gue kaget malam itu ketemu sama suami lo. Orang sebaik lo tidak sepatutnya punya suami seperti Aldebaran alias Bara. Gue mengenal suami lo jauh sebelum lo kenal dia.     

Malam itu gue menghindar dan mengelak agar dia tidak mengenali gue. Untung saja penampilan gue sudah berbeda dengan yang dulu sehingga Bara tidak mengenal gue.     

Lo menikah dengan iblis Dila. Dia tidak layak disebut manusia. Bara pelaku pembunuhan Mira. Cerita tentang pengusaha tadi adalah cerita tentang masa lalu Bara, suami lo.     

Yang gue bahas dari tadi adalah suami lo. Suami lo yang telah membunuhnya Mira.....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.