Jodoh Tak Pernah Salah

Part 105 ~ Terciduknya Ria



Part 105 ~ Terciduknya Ria

3"Uni aku tidak mengerti," balas Ria pura-pura tidak tahu.     

"Jangan berpura-pura lagi. Aku muak melihatnya. Jangan sok innocent. Lebih baik kau terang-terangan memusuhiku daripada sok manis."     

"Uni aku tak mengerti," balas Ria sok innocent.     

"Mungkin ini yang membuat kamu mengerti," kata Naura melayangkan tamparan di pipi Ria.     

"Aku selama ini banyak menahan sabar padamu. Kali ini aku tidak bisa memaafkan kamu. Beraninya kamu memfitnahku di depan suamiku."     

Ria kaget menegani pipinya yang memerah. Ia meringis kesakitan.     

"Apa yang uni lakukan?"     

"Aku memberi pelajaran untuk kamu. Sekali lagi kamu menghasut suamiku untuk mencurigai aku, maka aku tidak akan tinggal diam."     

"Suami uni juga suamiku."     

"Ingat statusmu. Kau hanya istri kedua dari suamiku. Jika aku tidak mengijinkan kamu menikah dengan Iqbal maka kalian tidak akan menikah."     

"Aku tidak melakukan apa-apa uni,"kata Ria mengelak.     

"Jangan berpura-pura lagi. Bukankah kau mengirim Soni adikmu ke rumah sakit mengecek keberadaan aku? Pihak rumah sakit mengatakannya padaku. Kau jangan berpura-pura lagi Ria. Jujur aku muak padamu. Jika tak ingat kau ibu dari Attar dan Aina mungkin aku sudah lama menyingkirkan kamu dari kehidupan Iqbal. Cuma kau tidak tahu diri. Kau tidak sadar dimana posisimu."     

Naura duduk di atas ranjang berusaha meredam emosinya yang memuncak.     

"Ingat Ria tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Kau sudah membangunkan singa tidur. Selama ini aku mengalah, tapi kau tetap saja kurang ajar. Tidak tahu diri, menjelekkan aku di depan Iqbal. Aku tahu latar belakang kamu. Dulu waktu kamu selingkuh dengan Iqbal kamu bilang tak tahu jika Iqbal sudah punya kekasih, padahal kamu sudah tahu. Cuma kamu ingin menikah dengan Iqbal untuk mengubah kehidupan keluarga kamu. Kamu ingin menumpang hidup."     

"Uni hentikan ucapan kamu," balas Ria tak terima.     

"Untuk kali ini dengarkan aku," jawab Naura meremas dagu Ria.     

"Aku bukan Naura yang dulu lagi. Diam ketika kau jahati, diam ketika kau menyindirku, diam ketika kau seenaknya menjelekkan aku. Aku tidak akan diam lagi. Jika kau ulangi perbuatan kamu sekali lagi. Aku tak akan segan melempar kamu dari keluarga ini dan mengambil alih tanggung jawab Attar dan Aina. Ingat dimana-mana suami yang berpoligami akan kembali ke istri pertama."     

"Apa hak kamu mengatakan semua itu padaku? Kau tidak bisa mengancamku," kata Ria tak lagi memanggil Naura dengan embel-embel 'uni'.     

"Aku berhak menyelamatkan keluarga ini dari keluarga parasit seperti keluargamu. Menumpang hidup dari keluarga Iqbal."     

"Jaga bicaramu," geram dan terima dikatai.     

Ria menampar Naura namun ditepis. Naura malah memelintir tangan Ria ke belakang hingga ia berteriak kesakitan.     

"Naura hentikan. Kau menyakitiku," cebik Ria menahan nyeri.     

"Sakit ini belum seberapa dengan sakit yang kau torehkan di hatiku. Bertahun-tahun aku memendam rasa sakit ini karena cintaku yang besar pada Iqbal, kini aku sudah tak bisa menahannya lagi. Sekarang kau rasakan kemarahanku selama ini."     

"Uda," teriak Ria memanggil Iqbal. Berharap sang suami ada di rumah dan mendengar teriakannya.     

"Iqbal tidak ada dirumah. Hanya ada ART dan kita."     

"Aku akan mengadukan perbuatan kamu ke uda. Biar uda menghukum kamu."     

"Aku tidak takut. Silakan kau adukan semua. Jangan lupa adukan juga perangai kau dan keluargamu yang suka berjudi."     

Ria bak tersambar petir mendengar ucapan Naura. Jadi Naura tahu jika ia dan keluarganya hobi bermain judi.     

"Bagaimana reaksi Iqbal jika tahu keluarga kau seorang penjudi ulung. Menggunakan uang pemberian Iqbal untuk berjudi setiap hari sepanjang malam. Apa perlu aku kirim video kau sedang bermain judi pada Iqbal?"     

"A-apa?" Ria termenung dan terduduk di lantai. Wajahnya pias dan memutih. Bagaimana Naura bisa tahu tentang keluarganya?     

"Diam bukan berarti aku tidak tahu Ria. Aku tahu semua tentang kamu, adikmu, papa dan mama kamu. Selama ini aku masih berbaik hati pada keluarga kamu tidak membongkar aib kalian pada keluarga. Aku berharap kita masih bisa menjadi madu yang kompak. Kompak dalam segala hal, mendukung suami dan membesarkan anak-anak kita. Tapi sepertinya itu tidak mungkin. Kamu ingin memiliki Iqbal seorang diri dan tak mau berbagi. Seharusnya aku yang tak mau berbagi karena aku istri pertama Ria. Kamu itu harus tahu diri!"     

"Jadi kau mengancam aku sekarang?"     

"Jika ia kenapa? Kau takut?" Naura menantang Ria.     

Tanpa bisa menahan amarahnya, Ria melempar Naura dengan botol parfum. Naura tak sempat mengelak, hingga mengenai pelipisnya. Darah segar bercucuran dari pelipis Naura.     

Naura merintih kesakitan, kepalanya pusing. Ria dengan kejam menjambak rambut Naura.     

"Kau jangan pernah berani mengancam aku Naura. Aku Ria, tak ada yang bisa mengancam aku. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Kau juga membangunkan singa tidur. Sekarang ini kau rasakan,", ujar Ria membenturkan kepala Naura ke dinding.     

"Ria kau menyakitiku,"rintih Naura menahan ngilu dan sakit di kepalanya.     

"Kau pikir tamparan kamu tidak sakit? Aku sakit hati mendengar ocehan kamu. Kau harus mati Naura biar aku saja yang memiliki Iqbal seutuhnya. Iya keluarga aku penjudi dan parasit. Lalu kamu mau apa?"     

"Cepat atau lambat Iqbal akan mengetahui kebusukan kamu. Aku akan memberi tahu Iqbal siapa kamu dan keluarga kamu," ancam Naura menahan sakit.     

"Sebelum kau melakukannya aku akan membunuh kamu. Setelah kamu mati aku akan membuang Allea ke jalanan agar jadi gembel."     

"Kau kurang ajar. Beraninya kamu menjahati anakku. Jangan pernah bawa anak-anak dalam masalah kita."     

"Allea anakmu bukan anakku."     

"Allea anak dari suamimu juga."     

"Tapi bukan anakku. Anakku hanya Attar dan Aina."     

"Bersiaplah Naura," kata Ria siap melemparkan botol parfum ke kepala Naura.     

"Ria hentikan!" Iqbal tiba-tiba muncul dengan Dila.     

Iqbal shock melihat keadaan Naura bersimbah darah. Tak menyangka Ria yang selama ini baik ternyata busuk dan tega menyakiti Naura bahkan berniat membunuh Naura dan membuang Allea.     

Iqbal dan Dila sudah mendengar semua ucapan Ria. Mereka shock dan tak menyangka Ria sekeji itu. Dila emosi tak terima dengan perlakuan Ria.     

Dila menampar Ria dengan keras hingga terhuyung.     

"Akhirnya kedok kamu terbuka juga penjilat,"maki Dila kasar.     

Dila melirik Iqbal yang sedang berusaha menggendong Naura.     

"Uda bawa uni ke rumah sakit. Aku akan mengurus Ria. Dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Aku akan melaporkan perbuatan dia ke polisi."     

Iqbal melirik Dila memberi ijin untuk melaporkan Ria ke polisi. Wajah Ria memucat dan bersujud di depan Dila.     

"Dila jangan laporkan aku ke polisi. Aku mohon. Please....." Ria memohon.     

"Kasihani aku Dila. Kasihani aku sebagai ibu Attar dan Aina."     

"Apa kau tadi mengasihani Allea? Mengasihani uni Naura? Kau memalukan Ria. Aku muak padamu. Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu," kata Dila tegas.     

"Dila, jangan," pekik Ria histeris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.