Jodoh Tak Pernah Salah

Part 112 ~ Pulang ke Indonesia ( 3 )



Part 112 ~ Pulang ke Indonesia ( 3 )

0Fatih menghentikan langkahnya. Telinganya menangkap suara yang memanggil namanya. Suaranya sangat familiar di telinga Fatih. Seorang gadis Mesir berwajah bersih, mata bening dan berbinar menghampirinya.     

"Hei Fatih," sapanya ramah.     

"Hei juga Cyra," balas Fatih tak kalah ramah.     

"Panas-panas gini mau kemana? Kenapa banyak sekali kopernya? Apa kalian bertiga akan pergi liburan?"     

"Tidak Cyra," jawab Zaki.     

"Lantas?"     

"Fatih pulang kampung ke Indonesia," lanjut Reno lagi.     

"Kapan balik?"     

"Tidak akan balik. Menetap disana," giliran Fatih menjawab pertanyaan Cyra.     

Wajah ceria Cyra langsung diselimuti mendung. Hatinya gerimis dan akan ada hujan di hatinya. Perempuan cantik itu tak dapat menahan perasaannya. Fatih akan kembali ke Indonesia dan tak akan kembali lagi ke kota Cairo. Dada Cyra sesak tak dapat menyembunyikan kesedihannya.     

Cyra membalikkan badan, menghapus air matanya. Tidak lucu jika ketiga pria itu melihatnya menangis.     

Menangisi Fatih yang kembali ke Indonesia. Ia bukan siapa-siapa bagi Fatih. Apa haknya menangisi Fatih?"     

"Cyra apa kamu baik-baik saja?" Zaki dapat melihat rasa kehilangan dari mata Cyra.     

"Iya. Aku baik-baik saja," balasnya dengan bibir gemetar.     

Zaki bukannya tak tahu jika Cyra menaruh perasaan pada Fatih, hanya Fatihnya saja yang tidak peka. Ia hanya fokus pada Dila hingga tak menyadari betapa banyak kaum hawa yang mengejar cintanya. Sudah tidak bisa dihitung betapa banyak ia mendapat surat cinta dari kaum hawa. Ah beruntungnya Fatih, digilai banyak wanita. Wanita yang menaksirnya bukan wanita sembarangan. Anak Kyai dan mahasiswa berprestasi. Sempurna sudah hidup Fatih. Tampan, pintar, religious, baik, mapan dan digilai banyak wanita.     

"Kenapa begitu mendadak Fatih?" Cyra menatap lekat wajah tampan Fatih. Ia tak akan bertemu lagi dengan Fatih, sang penakluk hati.     

"Ini tidak mendadak Cyra. Sudah lama aku rencanakan. Setelah pendidikanku berakhir maka aku akan segea pulang kampung."     

"Bukankah lebih baik kamu berkarier disini? Lebih berkembang dan kamu akan jadi pengajar kelas dunia?"     

"Tidak. Aku ingin mengabdi di kota kelahiranku."     

"Kau tidak memikirkan aku?" tiba-tiba Cyra keceplosan.     

"Maksudnya?" Fatih bingung.     

"Lupakan. Hati-hati di jalan Fatih. Semoga Allah merahmati kamu dan semoga segera kembali," dengan berat hati Cyra mengucapkan salam perpisahan.     

"Terima kasih Cyra. Maaf selama ini telah berbuat salah padaku."     

"Kesalahan kamu hanya satu, membuat aku jatuh cinta," ucap Cyra pelan. Ia tak mau Fatih mendengar ucapannya.     

Zaki dan Reno berpandangan penuh arti. Mereka mengerti kenapa Cyra bersikap seperti itu. Mereka sudah lama bertetangga. Sebagai lelaki mereka bisa mengartikan perhatian Cyra pada Fatih selama ini adalah perasaan suka perempuan pada laki-laki. Dasar Fatihnya saja korban bucin Dila hingga tak menanggapi dan tak mengerti kode yang diberikan perempuan.     

Zaki dan Reno sering menjadi perantara perempuan yang mengatakan cinta pada Fatih. Kadang mereka bertanya-tanya, kenapa hanya Fatih yang dikejar-kejar perempuan, mereka tidak?     

"Kami berangkat Cyra. Salam untuk kedua orang tua kamu. Semoga kita bisa berjumpa di lain waktu," balas Fatih mendorong koper.     

Zaki dan Reno menatap Cyra iba. Gadis itu patah hati dan cintanya pupus sebelum berkembang. Sepeninggalan Fatih, Cyra menangis dengan bibir gemetar. Ia menangis tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Ia merasa kehilangan yang sangat besar. Air matanya meleleh tiada henti.     

"Kenapa meninggalkan aku Fatih? Kenapa kamu tidak mengerti perasaanku?" suara Cyra serak.     

Zaki dan Reno menoleh ke belakang. Mereka melihat Cyra menangis sesenggukan.     

"Fatih," panggil Reno ketika mereka dalam mobil.     

"Ya."     

"Kamu tidak punya perasaan pada Cyra?"     

"Tidak. Aku sudah menganggap dia sebagai adikku."     

"Kamu kapan sich pekanya?" gerutu Zaki kesal.     

"Peka kenapa?"     

"Peka terhadap wanita," balas Reno bicara di telinga Fatih.     

Fatih kaget saking kerasnya suara Reno di gendang telinganya.     

"Kenapa bicara keras di telingaku. Kaget tahu."     

"Siapa suruh tidak peka," blas Reno ketus.     

"Kalian bicara apa? Aku tidak mengerti arah pembicaraan kalian. Ada apa sebenarnya?"     

"Kamu tidak tahu jika Cyra menyukai kamu?"     

"Apa?" Fatih kaget. Tak menyangka tetangga yang sangat akrab dengannya menaruh perasaan padanya.     

"Sejak kapan?"     

"Sejak kamu bertetangga dengan mereka," balas Zaki.     

"Kalian tahu?"     

"Tahu," jawab mereka serempak membuat Fatih semakin kaget.     

Reno menepuk pundak Fatih lembut. Tak menyangka mereka akan berpisah setelah bertahun-tahun bersama menempuh pendidikan di Al Azhar. Reno juga kagum dengan sikap Fatih.     

Fatih hidup dengan filosofi dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung yang artinya dimana pun kita berada kita harus menghormati atau mengikuti adat istiadat di tempat tinggal kita. Fatih sangat menghargai wanita dan memperlakukan mereka layaknya adik perempuannya yang harus dijaga. Karena sikap baiknya itu makanya banyak gadis yang jatuh cinta padanya bahkan terang-terangan mengatakan cinta padanya.     

"Kenapa tidak bilang?" tanya Fatih bloon.     

"Buat apa?" Zaki bertanya.     

"Biar aku menjaga jarak dengannya. Kalau tahu begini dia salah sangka denganku. Menganggap lain perhatianku."     

"Kalo kami sebagai lelaki bisa melihat wanita itu suka dengan kami apa tidak. Kamu saja yang dibutakan cinta Dila," goda Reno menjulingkan matanya.     

"Astagfirullah Reno." Fatih kaget melihat Reno tiba-tiba menjulingkan matanya.     

"Aku seorang pria yang memegang komitmen akan cinta. Jika aku jatuh cinta maka aku akan setia. Jika aku sudah menentukan pilihan, maka wanita itu adalah segalanya bagiku. Aku dan Dila tak hanya cinta monyet. Kami tidak kenal satu atau dua hari. Kami tumbuh dan besar bersama dalam lingkungan yang sama. Dula aku menganggapnya adik, tapi seiring berjalannya waktu aku menyadari perasaanku padanya. Kami saling mencintai. Aku saja yang pengecut tak berani mengatakan pada Ayah Dila jika aku menginginkan putrinya. Aku ini hanya anak seorang ART. Kedua orang tuaku bekerja pada keluarga Dila. Siapa aku? Aku tahu diri aku anak siapa? Tak sebanding dengan keluarga Dila. Aku ingin memantaskan diri untuk Dila agar aku dan dia tidak dihina orang-orang. Aku tak mau dicap sebagai lelaki yang menumpang hidup pada keluarga Dila. Aku ingin sukses dan mandiri dari hasil jerih payahku sendiri.     

Aku berhasil Zaki, Reno. Aku bahagia bisa meraih mimpiku. Aku membuat ibu dan ayah bangga. Istilah orang Minang Mambangkik Batang Tarandam artinya orang yang nggak mampu, mencoba untuk sukses. Aku melakukan semua itu demi keluarga dan Dila. Aku tak mau mereka terhina nantinya karena hubungan kami. Aku tak pernah melirik wanita lain karena ingat janjiku pada Dila."     

"Lalu bagaimana dengan Naima. Surat semalam apakah surat cinta?" Zaki menebak isi surat Naima karena gadis itu menitipkan surat padanya.     

"Aku akan membalas suratnya. Akan aku jawab. Nanti aku akan kirim pesan WA. Semoga dia bisa melupakan aku."     

"Entah bagaimana perasaan gadis itu ketika kamu menolak cintanya. Mungkin ia akan frustasi dan menangis pilu," kata Reno menanggapi.     

"Jangan sampai seperti itu. Jika tidak aku merasa bersalah," timpal Fatih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.