Part 124 ~ Rencana Bara ( 2 )
Part 124 ~ Rencana Bara ( 2 )
"Via pijitan kamu enak sekali," kata Dila ketika Via memijit tangannya.
"Dulunya kerja di salon?"
"Enggak mbak. Bisa sendiri pijitnya."
"Aku benar-benar lelah Via. Lelah hati, pikiran dan tubuh."
"Karena kerjaan ya mbak?"
"Semuanya Via."
"Mbak balik badan. Kita pijit punggungnya."
Dila membalikkan badannya menjadi telungkup. Punggung mulus Dila tersingkap. Dengan telaten Via memijit punggung sang nyonya.
Dila merasa rileks. Pijitan Via benar-benar enak. Tubuhnya terasa enak dan lebih fresh. Mata Via melotot melihat Bara masuk kamar. Ia jadi tidak enak dan salah tingkah. Bara mendaratkan telunjuknya di bibir, memberi isyarat Via untuk diam. Bara meminta Via untuk keluar kamar. Via segera bangkit dan pergi.
Bara menutup pintu kamar perlahan-lahan. Punggung polos Dila membuatnya gerah. Bara teringat obat perangsang dari Dian. Senyum evil mengembang di kedua sudut bibirnya. Dengan hati-hati ia menaruh obat perangsang dalam minuman Dila yang terletak di atas nakas.
Dila tak melihat Bara menaruh obat perangsang ke dalam minumannya karena ia memejamkan mata.
Bara melanjutkan pijatannya pada punggung Dila. Ia memijit Dila perlahan-lahan. Dila tak tahu jika Via telah berganti dengan Bara.
"Via tolong airnya. Aku haus," pinta Dila.
Tanpa bicara Bara menyodorkan minuman Dila. Sang istri meneguknya hingga habis.
"Via kenapa pijitan kamu tidak seenak tadi?" Dila mulai curiga.
Bara diam tak menggubris dan melanjutkan pijitannya. Ia mengelus punggung mulus Dila yang sehalus sutra. Bara mencium wangi tubuh Dila dan ia mendaratkan ciuman di punggung Dila.
"Via apa yang kau lakukan?" pekik Dila kaget dan berbalik. Tubuh polosnya langsung terekpos. Dila menutup dadanya dengan kedua tangan.
"Bara sejak kapan kau ada disini?" Dila kaget setengah mati.
"Baru saja."
"Kenapa kamu menyuruh Via pergi?"
"Aku ingin memijit kamu."
"Aku tidak mau," kata Dila merasa kegerahan. Hawa panas mengalir dalam tubuhnya. Ia merasa berhasrat, tapi berusaha mengendalikan diri.
"Apa yang kau masukan dalam minumanku?"
"Sesuatu yang membuat kamu menginginkan aku," kata Bara tersenyum evil.
"Brengsek kau. Bara kau bajingan."
Bara mendekati Dila dan memeluk pinggangnya. Tangannya bergerilya menjamah tubuh sang istri.
Dila berusaha melawan, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak. Ia terjatuh di ranjang. Tubuh dan otaknya tak bisa diajak kerja sama. Otaknya memerintahkan untuk bergerak dan melawan Bara, tapi tubuhnya tak kuasa melakukan semua itu.
Bara menjulurkan tangannya, meraba setiap bagian tubuh sang istri. Tak ada bagian tubuh Dila yang tak luput dari tangannya, namun sesuatu dibawah sana tak jua bangkit. Bara mengumpat kesal karena disaat ia menginginkannya kejantanannya tidak bereaksi. Terpaksa Bara ikut meminum obat perangsang seperti Dila.
Brengsek kamu Dian. Kamu benar-benar tahu apa yang aku butuhkan! Umpat Bara. Tak lama setelah meminum obat itu Bara ikut panas. Kejantanannya langsung ereksi.
Dila sudah kegerahan efek obat perangsang. Bara juga kegerahan. Gairahnya meledak-ledak. Bara mendekati Dila dan mereka berciuman dengan panas. Dila mengutuk dirinya karena tak bisa menolak ciuman panas sang suami. Mereka berciuman dengan panas hingga terdengar bunyi bibir bertautan, saling menghisap, dan menyecap. Mereka larut dalam cinta. Bara sampai menggigit bibir Dila karena terlalu bersemangat.
Tangan Bara bergerilya menjamah tubuh Dila. Ia membelai wajah Dila, lalu turun ke wajah kemudian tangannya bergerilya menjamah dua bukit kembar sang istri. Awalnya jamahan Bara penuh kelembutan lama-lama berubah menjadi semakin bernafsu. Ia bermain-main di dada Dila hingga membuat istrinya merintih nikmat.
Bara melepaskan pakaiannya satu persatu hingga polos tak lupa ia melepaskan celana dalam Dila. Ia benar-benar menginginkan Dila mala ini dan ingin memakannya. Bara mendekati Dila. Ia mencium kening Dila dengan lembut, lalu mencium kelopak mata, kedua pipi dan terakhir bibir ranum Dila. Mereka bertukaran saliva.
Dila tak kuasa menahan hasrat membara dalam tubuhnya. Ia ikut membelai dada berbulu Bara dan mencium bibir sang suami. Bara tersenyum bahagia karena Dila berinisiatif menciumnya walau dalam pengaruh obat perangsang. Dila berlama-lama mencium bibir Bara yang sudah menjadi candu untuknya. Ujung lidahnya menelusuri bibir sang suami dan melesakkan lidah dalam mulut Bara. Mereka berciuman dengan panas. Hasrat membara tengah merasuki jiwa mereka. Bara mengecup bibir Dila dengan lembut, menggigitnya dengan penuh kehangatan.
Bara mengambil alih permainan. Gilirannya mengecup bibir Dila, ciumannya turun ke leher lalu ia mengecup kedua payudara Dila dan menyusu bak anak kecil.
Bara bak anak bayi yang menemukan sumber makanannya. Mulutnya sibuk mengulum payudara sang istri sementara tangan yang satunya lagi meraba payudara yang satunya. Dila benar-benar larut dalam permainan Bara. Kuluman Bara di payudaranya membuatnya menggelinjang. Ia merasa berada di langit ke tujuh menikmati gairah yang bergejolak dalam tubuhnya. Dila tak bisa tidak mendesah karena dilanda api gairah. Tanpa sadar Dila mengangkat tubuhnya dan gemetar. Dila mencapai klimaks.
Bara tersenyum puas melihat sang istri klimaks karena permainan lidahnya. Kemudian Bara melanjutkan aksinya. Menelusuri perut Dila lalu turun ke bawah. Ia mengecup kedua paha sang istri lalu bibirnya mendarat di kewanitaan Dila,
Dila kembali menjerit ketika Bara bermain-main di pusat inti tubuhnya. Ia semakin panas dan menginginkan lebih. Tubuh Dila bergetar hebat, napasnya tersengal-sengal. Bara terus melanjutkan aksinya menjelajahi bagian tubuh terdalam sang istri hingga sang sitri kembali bergetar dan lemas.
Bara memposisikan tubuhnya di antara kedua paha Dila. Kemudian ia langsung ke inti permainan. Pelan tapi pasti Bara menyatukan tubuh mereka. Ia mendesis menikmati permainannya. Mereka berdua berpacu dalam gelora cinta yang membara.
Lama berpacu dalam gairah mereka berdua mencapai puncak. Suara desahan mereka sungguh membuat malu orang yang mendengarnya. Seperti biasa Bara menumpahkan cairannya ke dalam Rahim Dila, berharap apa yang ia tumpahkan menghasilkan bayi dalam rahim sang istri.
Bara berbaring disamping Dila. Mengecup kening sang istri dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Terima kasih sayang," bisiknya sebelum tidur.
Keesokan harinya Bara bangun dengan kondisi kaget. Ia tak melihat sang istri tidur disampingnya. Ia mencari Dila di kamar mandi dan sekeliling rumah tapi tak ada hasil. Bara sudah menanyai ketiga ART tapi mereka tak melihat Dila. Bara mengusap wajahnya kasar. Di dalam kamar ia duduk melamun. Ia baru menyadari ada surat di atas nakas. Ia membaca surat yang ditinggalkan Dila.
Bara meremas surat yang ditulis Dila.
"Kau tidak bisa pergi dariku Dila. Kau milikku," pekik Bara frustasi.