Jodoh Tak Pernah Salah

Part 128 ~ Merindukanmu



Part 128 ~ Merindukanmu

2:musical_notes::musical_notes:     

Didaun yang ikut mengalir lembut     

Terbawa sungai ke ujung mata     

Dan aku mulai takut terbawa cinta     

Menghirup rindu yang sesakkan dada     

Jalanku hampa dan kusentuh dia     

Terasa hangat oh didalam hati     

Kupegang erat dan kuhalangi waktu     

Tak urung jua kulihatnya pergi     

Tak pernah kuragu dan slalu kuingat     

Kerlingan matamu dan sentuhan hangat     

Ku saat itu takut mencari makna     

Tumbuhkan rasa yang sesakkan dada     

Kau datang dan pergi oh begitu saja     

Semua kutrima apa adanya     

Mata terpejam dan hati menggumam     

Di ruang rindu kita bertemu     

Kau datang dan pergi oh begitu saja     

Semua kutrima apa adanya     

Mata terpejam dan hati menggumam     

Di ruang rindu kita bertemu     

( Ruang Rindu By Letto )     

Bara menatap sendu foto pernikahannya dengan Dila. Ia memandangi wajah cantik sang istri dalam balutan baju pengantin Minang. Bara meletakkan foto pernikahannya lalu berdiri dekat jendela memandangi hamparan danau. Kepergian Dila membuat Bara kehilangan separuh hidupnya.     

Ia merasa sedih dan merasakan kehilangan yang sangat dalam. Dila sudah memiliki tempat tersendiri di hatinya walau ia tak menyadari.     

Segala upaya telah dilakukan Bara untuk mencari keberadaan Dila namun hasilnya nihil. Dila sangat pintar bersembunyi. Ponselnya masih saja non aktif.     

Sudah seminggu Dila menghilang dan tak ada kabar. Bara tak punya semangat untuk kerja sejak sang istri menghilang tanpa jejak.     

Ia sangat merindukan omelan sang istri. Walau Dila sangat galak dan suka memarahinya, Bara sangat suka. Ia lebih suka diomeli daripada ditinggalkan seperti ini.     

Dian menjemput Bara ke rumah. Mereka akan pergi ke Bandung untuk menghadiri pesta pernikahan rekan bisnis mereka.     

Bara tak banyak bicara ketika mereka berada dalam mobil menuju bandara. Pikirannya hanya tertuju pada sang istri.     

"Bagaimana pencarian kamu? Apa sudah ada petunjuk dimana keberadaan Dila?" tanya Bara dingin.     

"Belum ada bos."     

"Kenapa kamu payah sekali? Kamu mengecewakan aku Dian."     

"Maafkan aku bos. Aku akan berusaha lebih keras untuk menemukan Dila. Aku akan membawa dia kembali ke rumah."     

"Aku tak butuh maaf darimu Dian, aku hanya ingin kamu menemukan istriku! Lakukan segala cara agar bisa ditemukan jika tidak, berhenti saja menjadi asistenku."     

"Baik bos aku akan melakukannya. Segala cara akan aku lakukan untuk menemukan Dila."     

"Aku tidak butuh janjimu,yang aku butuhkan kamu bisa melakukan pekerjaanmu. Aku ingin Dila segera ditemukan, aku tidak peduli bagaimana caranya kamu menemukan Dila. Istriku harus kembali ke sisiku."     

"Baik bos, jangan kuatir. Aku akan melakukan yang terbaik."     

"Jika kau melakukan yang terbaik pasti Dila akan sudah ditemukan. Ini sudah satu minggu Dian. Kau mengecewakanku."     

"Bos Dila terlalu pintar bersembunyi. Aku rasa Dila sudah mengganti identitasnya atau menggunakan identitas orang lain untuk berpergian,kita saja tidak bisa melacaknya, handphone dan nomornya tidak aktif sampai sekarang. Aku penasaran kemana dia pergi bos."     

"Aku juga tidak tahu kemana dia pergi. Aku tidak mau tahu Dian, kau harus menemukan istriku. Bila perlu cari sampai ke ujung dunia. Berapapun uangnya aku tidak peduli yang penting kau harus menemukan istriku."     

"Bos, aku melihat anda begitu kehilangan Dila. Apa bos sudah mulai mencintainya?"     

"Jangan bicara sembarangan! Tugasmu menemukan Dila bukan menanyakan perasaanku."     

"Baiklah bos aku tidak akan menanyaimu lagi."     

Perjalanan Padang- Jakarta ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit. Bara dan Dian bertolak ke Bandung dan mereka menginap di hotel yang telah disediakan tuan rumah. Mereka menginap di hotel tempat pesta di selenggarakan.     

Malam harinya Bara dan Dian menuju ballroom tempat resepsi dilaksanakan. Suasana pesta pernikahan yang semarak tak mampu membuat Bara tersenyum. Merasa sepi di dalam keramaian, pikirannya tak bisa berpaling dari Dila. Ia memikirkan dimana keberadaan istrinya.     

Para tamu banyak yang menyapanya tapi Bara tak menggubris. Pada akhirnya para tamu ketakutan menyapa Bara karena ia tidak membalas sapaan orang-orang. Dian geleng-geleng kepala melihat kegalauan sang Bos, ia yakin dan sepenuhnya yakin jika Bara telah mencintai Dila namun tidak berani mengakuinya.     

Pesta pernikahan ini juga dihadiri oleh Clara, Egi, Wira. Egi tersenyum Evil melihat kedatangan Bara, ia mendekati Bara, kebetulan Dian tak berada disamping Bara. Sudah lama Egi memendam kerindukan pada sang kekasih. Semenjak hubungan mereka renggang, mereka sudah jarang berkomunikasi. Egi sering men-chat Bara namun tak pernah ada balasan.     

"Hai Bara. Apa kabar? Sudah lama tidak ketemu," sapa Egi mendatangi Bara.     

Bara sibuk meminum wine tak mempedulikan sapaan Egi.     

"Kenapa wajahmu begitu murung Bara?" tanya Egi lagi.     

Tiba-tiba Clara datang dan menyela pembicaraan mereka.     

"Bagaimana dia tidak murung. Kamu tidak tahu Egi, istri Bara kabur dari rumah dan meninggalkannya," kata Clara tertawa terbahak-bahak.     

Karena Clara menyebut istrinya Bara pun bergeming. Bara hampir meremukkan gelas dalam genggamannya.     

"Jadi kau memata-matai istriku?"     

"Kalau iya kenapa?" Kata Clara menantang.     

"Jangan pernah bermain-main denganku Clara jika kau tidak ingin terbakar."     

"Siapa juga yang ingin bermain-main denganmu?"     

"Kalian sudah merusak hubunganku dan istriku?"     

"Kenapa kau begitu risau? Bukankah kau tidak pernah mencintai Dila. Kau hanya menyukai Egi?" Tanya Clara mencemooh." Jangan…..jangan…."     

"Bukan urusanmu!"     

"Memang bukan urusanku, tapi aku kepo," kata Clara menatap Egi.     

"Tapi aku melihat kesedihan di wajahmu," katanya lagi sok prihatin. "Bagaimana rasanya ditinggal istri? Kata pepatah sedang disayang ditinggalkan. Seorang Aldebaran bisa juga ya patah hati."     

Clara menatap manik mata Egi dengan ekspresi rumit.     

"Kamu lihat Egi. Bara sudah melupakan kamu. Kamu tidak ada artinya bagi Bara."     

Wajah Egi terlihat pias dan pucat. Ia merasa sedih melihat keadaan Bara, tapi lebih sedih lagi mengetahui fakta jika ia sudah tidak punya tempat dihati Bara. Egi mencoba mendekati Bara, menyentuh pundaknya namun Bara segera menepis tangan Egi.     

"Jangan sentuh aku!" ancam Bara mengintimidasi.     

"Kenapa aku tidak boleh menyentuhmu? Aku hanya menyentuhnya Bara tidak lebih," kata Egi dengan wajah sedih.     

"Aku tidak mau. Jauhkan tangan kotormu dari tubuhku."     

"Bara kau berubah. Itulah kenapa aku tidak menyetujui pernikahan kalian dari awal. Aku sudah menduga semua ini akan terjadi. Aku sedih Bara, aku terluka. Aku yang sudah bertahun-tahun bersamamu kalah dengan wanita itu. Dia bersamamu hanya hitungan bulan tapi dia mampu mengalihkan kamu dari sisiku. Aku tidak terima, aku tidak rela kamu campakkan. Kamu milikku, sekali milikku kau tetap milikku."     

Clara tersenyum Evil. Ia tersenyum bahagia menyaksikan drama percintaan Gay, lucu dan menggelitik.     

"Sudahlah Egi. Kamu jangan mengharapkan dia lagi. Jika dia benar-benar mencintaimu dia tidak mungkin menyakiti kamu seperti yang dia lakukan beberapa waktu lalu di atas Yatch. Cinta itu melindungi bukan menyakiti Egi."Clara menjelaskan.     

"Pergi kalian dari sini!" usir Bara dengan suara Bariton.     

"Aku sedang menonton drama percintaan kalian," suara Clara mencibir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.