Part 135 ~ Bertemu Teman Lama
Part 135 ~ Bertemu Teman Lama
"Mira gue udah nyampai," kata Dila ketika teleponnya tersambung.
"Gue juga udah sampai di bandara. Lo dimana?"
"Ini baru mau jalan pintu kedatangan. Lo tunggu di pintu kedatangan ya."
"Ok," balas Mira singkat seraya mematikan teleponnya. Mira bergegas menuju pintu kedatangan setelah memarkirkan mobilnya. Bertahun-tahun tinggal di kota Perth, ia telah terbiasa menjadi warga negara Australia.
"Dila," pekik Mira ketika melihat Dila membawa koper besar.
"Mira," balas Dila.
Dua sahabat yang sudah tak lama bertemu berlari saling mendekati. Terakhir mereka bertemu tahun lalu ketika Mira pulang ke kota Padang.
"Alhamdulilah, akhirnya lo nyampai juga," kata Mira mengucapkan syukur.
"Iya Mir. Alhamdulilah ya sesuatu," balas Dila jenaka menirukan suara Syahrini.
"Makin cantik aja lo."
"Tentu saja berkat skincare. Anda mau cantik, mau putih, awet muda mari ke klinik tong pang," kata Dila lagi berkelakar.
"Gilo kau indak barubah dari dulu doh," balas Mira dalam bahasa Minang. ( Gila kamu enggak berubah dari dulu)
"Itu kelebihan gue. Anak-anak mana Mir? Kok enggak dibawa?'
"Alana dan Aidan ada di rumah neneknya."
"Kenapa enggak dibawa?"
"Kalo bawa mereka kita enggak jadi me time Dila. Lo hutang cerita yang sangat banyak sama gue."
"Nanti aja ceritanya. Gue lapar," rengek Dila manja.
"Mari kita makan," kata Mira bersemangat menggandeng tangan Dila.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat parker. Untung saja Mira mendapatkan tempat parkir yang strategis sehingga mereka tidak jauh jalan. Mira membantu Dila memasukkan barang dalam bagasi.
"Maaf Mir. Gue merepotkan," kata Dila sungkan.
"Lebay lo ah. Gue malah senang, akhirnya lo bisa mengunjungi gue kesini."
"Tapi gue kesini karena ada masalah Almira."
"Enggak apa-apa. Setidaknya lo percaya sama gue."
"MITING makasih ya," kata Dila memanggil Mira dengan nama kecil yang ia benci.
"Sial lo, masih panggil gue MITING. Enggak liat rambut gue udah lurus? Sia-sia aja mesin catok kalo rambut gue masih keliatan keriting," balas Mira mengibaskan rambutnya kayak iklan shampoo.
Dila tertawa ngakak. Mereka menuju restoran terdekat yang menyediakan makanan halal tentunya. Karena sudah lama tinggal di Perth, Mira sudah tahu mana restoran yang menyediakan makanan halal dan non halal. Setelah mereka selesai makan Mira mengajak Dila untuk mengunjungi King's Park. Tempat ini sangat bagus dan mendukung untuk mereka curhat.
Kings Park Perth adalah area seluas 400,6 hektar di Western Australia, yang sudah dibuka sejak 10 Agustus 1895. Ia merupakan taman kota terbesar di dunia, lebih besar ketimbang Central Park, New York. Dari taman ini, kita berhadapan langsung dengan gedung-gedung tinggi yang berjajar rapi, juga jalan raya yang melayang panjang di atas Swan River. Meskipun berada di pusat kota, Kings Park punya elegansi tersendiri untuk bisa tetap menjadi tempat yang menenangkan dan jauh dari hiruk-pikuk khas kota besar.
Memasuki area Kings Park Perth kita akan langsung melihat padang rumput luas yang sangat hijau. Sempatkan diri untuk melambat dan menikmati waktu. Tempat yang bagus untuk merebahkan diri di rerumputan, memandang langit yang sangat biru, dan melihat daun-daun di pepohonan pelan-pelan tergoyang angin. Tempat ini menjadi pilihan untuk piknik bagi warga lokal dan mancanegara. Disini dapat dilihat pula Sungai Swan dan Canning yang dibingkai oleh pemandangan gedung-gedung kota Perth. Sungguhlah fotogenik. Di taman ini pengunjung bebas beraktivitas.
Kings Park and Botanic Garden merupakan habitat bagi tanaman yang telah berusia lebih dari 750 tahun. Pepohonan Boab dan semak Aborigin menjadi objek wisata yang bisa dinikmati di sini. Pepohonan yang tumbuh di tanah suku Aborigin Kimberley itu diangkut sejauh 3.200 kilometer dari wilayah Kimberley Australia Barat pada tahun 2008. Australia Barat adalah rumah bagi lebih dari 12.000 spesies bunga liar. Bunga-bunga itu disatukan dalam area taman yang bisa dikunjungi. Berbagai bunga liar di area ini bakal bermekaran di musim semi, sekitar bulan September sampai November.
Mira menggeler tikar di atas rumput. Ia sudah menyiapkan tikar sejak dari rumah. Ia ingin mengobrol bebas dengan Dila tanpa gangguan anak-anak sehingga ia menitipkan kedua anaknya pada mertuanya.
Dila memandangi langit biru. Sejauh mata memandang hanya ada keindahan di langit. Ia menutup matanya, menikmati udara sejuk yang dihasilkan pepohonan hijau. Dila memandang lurus ke depan melihat Sungai Swan dan Canning yang dibingkai oleh pemandangan gedung-gedung kota Perth. Sungguh tempat yang bagus dan indah. Dila ingin menikmati sunset disini, pasti sangat indah.
"Bisakah kita disini sampai matahari terbenam?" tanya Dila pada Mira.
"Tentu. Apa sich yang enggak buat lo? Satu jam lagi matahari akan terbenam. Dila yuk kita foto dulu," kata Mira mengajak Dila selfie.
"Mir. Kita boleh foto, tapi jangan update di medsos ya? Nanti keluarga dan suami gue tahu jika gue kesini."
"Aman. Gue enggak bakal upload kok. Gue juga paham permasalahan lo Dil."
"Thanks Mira."
"Jangan terlalu sering mengucapkan terima kasih. Lo sahabat gue dan hubungan kita sudah lebih dari saudara. Jadi enggak usah sungkan Dila."
Dila memeluk Mira dengan erat,"Lo selalu mengerti gue Mir. Gue beruntung punya sahabat kecil kayak lo. Semoga kita selalu begini sampai tua Mir."
"Iya. Gue juga berharap kita akan tetap seperti ini Dila walau kita terpisah Padang dan Perth," balas Mira terkekeh. "Sudah bisa cerita? Lo hutang cerita sama gue bagaimana bisa nikah sama orang lain bukan sama Fatih?"
"Ceritanya panjang Mir."
"Walau pun panjang ampe ratusan episode harus cerita sama gue. Lo bikin gue penasaran tahu ga?"
"Kenapa lo yang penasaran?"
"Ya penasaranlah, gue tahunya lo terikat janji sama Fatih eh kok nikah sama orang lain. Itu artinya Fatih jagain jodoh orang lain," cerocos Mira.
"Enggak lo, enggak Anda mulut kalian sama aja ceplas-ceplos."
"Siapa pula si Anda?" tanya Mira dengan logat Medan.
"Dia sahabat gue juga. Kami sama-sama kuliah di Jakarta dulu dan dia juga teman seperjuangan di bank MBC. Anda tugas di MBC Surabaya."
"Ohhh mantun," ujar Mira ber-oh Ria."Kembali ke topik. Kenapa lo menerima perjodohan dari orang tua lo?"