Jodoh Tak Pernah Salah

Part 139 ~ Grand Opening Restoran Mark



Part 139 ~ Grand Opening Restoran Mark

1Dila datang ke acara grand opening restoran baru Mark, suami Mira. Pagi-pagi buta mereka sudah berada di restoran menyiapkan acara bersama para pegawai Mark.     

Mark terlihat sibuk melatih karyawannya untuk acara grand opening nanti. Mark ingin acaranya sempurna dan tidak ada kesalahan sedikit pun. Mark juga memeriksa semua keperluan acara secara mendetail.     

Dila dan Mira juga membantu persiapan acara. Dila sibuk menyusun karangan bunga yang letaknya tidak beraturan. Dila meninggalkan Mira sejenak, ia keluar untuk merapikan karangan bunga dari kolega, ucapan selamat atas grand opening restoran baru.     

"Hi, help me move it," kata Dila meminta bantuan pria bule untuk memindahkan karangan bunga. Dila mengira lelaki itu pegawai Mark karena pakaiannya sama dengan pegawai yang sedang diberi pengarahan oleh Mark.     

"Me?" tunjuk si bule pada dirinya. Ia tertegun melihat Dila. Wajah Dila mengingatkannya pada seseorang.     

"Yes."     

"You're a restaurant employee?" kata Dila menatap si bule.     

"Yes," jawab si bule sekenanya. Ia penasaran dengan Dila.     

"Vani," panggil si bule sekenanya. Tujuannya agar Dila memberi tahu namanya.     

"I'm not Vani, but Dila."     

"Ooowwwh Dila. Aku kira sahabatku Vani," kata si bule dalam bahasa Inggris.     

"Don't talk too much. Please move this bouquet first," balas Dila sedikit jutek.     

"Okey," jawab si bule meletakkan gitar di atas rumput.     

Pria bule itu membantu Dila memindahkan karangan bunga. Dila memberi instruksi sementara pria bule itu mengangkat karangan bunga. Si bule bermandikan keringat karena ia sendiri tidak pernah melakukan pekerjaan kasar, tapi karena Dila memintanya, ia melakukannya.     

Dila memberikan tisu pada si bule untuk mengelap keringatnya, tidak lupa memberikan segelas air untuk melepas dahaga. Cuaca Perth kala itu sangat terik dan matahari bersinar dengan terangnya. Wajar saja si bule berkeringat karena memindahkan karangan bunga yang tidak sedikit jumlahnya. Ini sama saja kerja kasar.     

"Thank you for the help. Go inside. Mark might be looking for you because, I've seen him give directions from the employees in preparation for the grand opening," kata Dila memerintahkan si bule ( Terima kasih atas bantuannya. Pergilah ke dalam. Mark mungkin mencarimu karena dari tadi, aku lihat dia sedang memberi arahan para karyawan untuk persiapan grand opening).     

Si bule hanya tersenyum karena Dila mengira ia pegawai Mark dan si bule tak berniat mengatakan siapa ia sebenarnya.     

Mark mempersiapkan acaranya secara detail. Setelah selesai memberi pengarahan kepada karyawan, ia pergi keluar untuk melihat karangan bunga. Ia melihat susunan karangan bunganya tidak rapi. Mark bernapas lega karena karangan bunga telah tersusun rapi dan ia sedang melihat Dila bersama seorang bule. Mark mengenal pria bule yang bersama Dila.     

"Dila, Zyan," panggil Mark. Mereka berdua menoleh pada Mark.     

"Zyan apa yang kau lakukan? Kenapa berkeringat seperti ini?" tanya Mark merangkul Zyan.     

"Aku meminta dia membantuku mengangkat karangan bunga," jawab Dila dengan rasa bersalah. Melihat interaksi mereka, Dila yakin si bule bukan pegawai Mark tapi sahabat Mark.     

"Zyan, apa benar?" Zyan mengangguk.     

"Maaf Mark, aku kira dia pegawai kamu makanya tadi aku minta dia untuk mengangkat karangan bunga dan menyusunnya bersamaku. Ternyata dia sahabatmu?" kata Dila salah tingkah.     

Mark tertawa terbahak-bahak melihat Dila dan Zyan bergantian. Mata Mark membulat mengetahui Zyan mau kerja kasar secara dia vokalis band terkenal di Australia dan bandnya sedang naik daun.     

"Dila kamu tidak tahu dia siapa?" Mark mendelik.     

"Tidak tahu."     

"Dia, Zyan vokalis band Metal yang sedang naik daun itu."     

"What? Apa iya?" Dila semakin tidak enak karena menyuruh seorang artis jadi kuli kasar.     

"Zyan, i'm sorry."     

"Zyan,"si bule mengulurkan tangannya.     

Dila membalas uluran tangan si bule,"Dila."     

"Mari masuk," kata Mark mengajak Zyan ke dalam.     

Zyan mengambil gitar yang ia letakkan di atas rumput. Hari ini ia khusus datang ke acara grand opening restoran Mark. Ia sengaja mengosongkan jadwalnya demi menghibur tamu Mark.     

Mereka bertiga masuk ke dalam. Acara akan segera dimulai. Dila jalan duluan meninggalkan Mark dan Zyan.     

Dalam hati Zyan bergumam,"Dia Vani bukan Dila."     

Acara pun dimulai. MC memandu acara. Mark di dampingi Mira, anak-anak dan keluarganya memotong pita. Setelah pita terpotong mereka masuk ke dalam restoran.     

Restoran Mark menyediakan menu masakan dari berbagai negara. Masakan Western, Asia dan Eropa. Para undangan sangat puas mencicipi menu makanan di restoran Mark.     

Zyan menghibur tamu dengan menyanyikan lagu andalan bandnya secara akustik.     

Mira bersorak gembira melihat Zyan bernyanyi. Mira sangat fans dengan Zyan dan ia beruntung Mark dan Zyan bersahabat.     

Acara grand opening restoran Mark di datangi para pengusaha terkenal di kota Perth. Mark sangat tersanjung dengan kedatangan Tuan Smith. Beliau adalah pengusaha kaya dan terkenal di Perth.     

"Terima kasih telah datang Tuan Smith," kata Mark tersanjung.     

"Tentu aku datang. Bukankah kau sudah mengundangku?" kata Tuan Smith melirik tajam pada Zyan yang sibuk bernyanyi.     

"Benar Tuan. Suatu kehormatan tuan bisa datang kemari."     

"Menunya enak Mark dan aku suka. Sepertinya aku akan sering datang kesini membawa kolegaku makan siang disini. Mark, aku mengundang kamu dan keluarga untuk datang di acara anniversary pernikahanku yang ketiga puluh. Jangan sampai tidak datang." Tuan Smith memberikan undangan pada Mark.     

"Terima kasih tuan atas undangannya. Kami akan datang. Selamat menikmati makanannya tuan. Saya tinggal dulu, saya menemui tamu yang lainnya."     

"Silakan."     

Mark mendatangi tamunya satu persatu dan menyapa mereka setelah itu dia mendatangi Mira, Dila dan Zyan yang sibuk berbincang. Mira dari tadi narsis foto dengan Zyan. Tak ada puasnya. Dila sudah capek memotret Mira dengan Zyan.     

"Ya ampun sayang, kenapa kamu tidak bosan-bosannya selfie dengan Zyan. Lama-lama aku cemburu," kata Mark memeluk Mira dari belakang.     

"Aku hanya mengidolakannya sayang. Yang aku cintai tetap kamu," balas Mira manja. Tanpa malu ia mengecup bibir sang suami.     

"Hemmmmm, ingat kami yang jomblo disini," tegur Zyan.     

"Maaf kami lupa,"kelakar Mark menatap Zyan.     

"Sayang aku ada cerita lucu untukmu?"     

"Apa itu?" kata Mira menatap manik mata sang suami.     

"Ada orang yang tidak mengenali Zyan dan mengira Zyan karyawanku bahkan dia meminta Zyan mengangkat karangan bunga."     

Mata Mira mendelik tak percaya," Jangan bilang itu Dila?"     

Dila menutup wajahnya karena malu. Ia kelihatan kudet alias kurang update karena tak mengenali Zyan, vokalis band Metal.     

"Jangan menggodanya Mark. Anggap saja aku sedang olahraga," balas Zyan tersenyum menatap Dila, dari tadi ia tak berhenti memandangi wajah cantik Dila.     

"Apa yang kau bicarakan dengan ayahku?" Zyan menatap Mark.     

"Tuan Smith?"     

"Siapa lagi? Memangnya ayahku ada berapa?"     

"Dia memuji masakan restoranku dan juga mengundang keluargaku untuk datang ke pesta anniversary pernikahannya. Kenapa kau tidak menyapa ayahmu?"     

"Aku tidak mau. yang ada aku akan disuruh berhenti jadi vokalis dan diminta berbisnis seperti dia."     

"Wajar saja Zyan. Kau anaknya, siapa lagi yang akan mewarisi kerajaan bisnis ayahmu kecuali ayahmu ada anak dari perempuan lain," balas Mark disertai candaan.     

"Tidak lucu Mark," gerutu Zyan kesal.     

"Kau datang besok ke acara anniversary orang tuamu?"     

"Tidak aku sibuk. Dila besok datang ya menemani istriku," kata Mark menatap Dila.     

"Dengan senang hati," jawab Dila.     

Mendengar Dila akan datang ke pesta anniversary orang tuanya, Zyan memutuskan datang, setidaknya mencari tahu siapa Dila. Apakah dia Vani yang selama ini ia cari?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.