Jodoh Tak Pernah Salah

Part 143 ~ Pesta Tuan Smith ( 2 )



Part 143 ~ Pesta Tuan Smith ( 2 )

2Perpisahan kita bukanlah sebuah akhir     

Tapi awal dari hubungan kita     

Berpisah bukannya bercerai     

Perpisahan menerbitkan rindu     

Rindu adalah jeda untuk menyadari jika aku mencintaimu     

( Bara- Jodoh Tak Pernah Salah )     

Dila sedang duduk di pojokan memakan cake. Bara tersenyum sumringah akhirnya bertemu sang istri secara tak terduga. Tanpa disadari ia terharu dan matanya berkaca-kaca. Ingin menangis tapi sadar diri bahwa ia laki-laki. Pantang seorang laki-laki untuk menangis.     

Setelah sebulan lebih pencarian ia tidak menemukan Dila. Bara bersyukur bisa hadir ke pesta ini. Jika Dian tidak memaksanya datang mungkin ia tak akan pernah menemukan istrinya. Segala cara sudah ditempuh Bara untuk menemukan Dila, namun hasilnya nihil. Ia malah menemukan sang istri di pesta Tuan Smith.     

Bara melihat Dila melambaikan tangan kepadanya. Bara menyambut antusias sapaan Dila. Ia pun tersenyum menatap sang istri. Tak sabar untuk mendekati dan melepaskan rindu. Ketika Bara akan menghampiri Dila, senyumannya seketika hilang. Ternyata Dila melambaikan tangan bukan padanya tapi pada seorang laki-laki bule yang sangat tampan dan tinggi. Bara seperti mengenali sang lelaki. Bukankah dia vokalis band metal, Zayn yang sedang naik daun?     

Bara cemberut mengetahui sang istri kenal dengan vokalis band Metal dan mereka terlihat akrab. Bara terbakar api cemburu melihat kedekatan mereka berdua. Cemburu menguras hati dan itulah yang dirasakan oleh Bara saat ini. Ekspresi wajahnya berubah-ubah bak roll coaster yang sedang melaju. Hampir saja Bara memecahkan gelas yang ada di tangannya, andai Dian tidak datang tepat waktu. Mungkin telah terjadi kehebohan di pesta Tuan Smith.     

"Ada apa bos? Kenapa bos begitu emosi?" tanya Dian.     

Bara menunjuk Dila dan Zyan yang sedang berbincang akrab.     

"Kenapa Dila bisa ada di pesta Tuan Smith?" Dian bertanya-tanya.     

"Jangan tanya padaku. Aku juga bingung," jawab Bara emosi. Sifat kekanakannya muncul.     

Senyum terbit di bibir Dian mengetahui Bara terbakar cemburu melihat istrinya dengan pria lain.     

Bara tidak lagi menjawab pertanyaan dari Dian, ia sibuk memperhatikan gelagat Dila dan Zyan. Mereka terlihat begitu akrab. Sesekali ia melihat tawa terbit di bibir sang istri. Api cemburu semakin berkobar di hati Bara. Dila tidak pernah tertawa selepas ini jika bersamanya, yang ada Dila marah-marah dan geram melihat kelakuannya.     

Hati Bara semakin panas ketika melihat Zyan mengelap bibir sang istri. Ada sisa kue cake yang menempel di bibir Dila. Dengan telaten Zyan menghapusnya menggunakan sapu tangan. Tangan Bara mengepal tak sabar ingin menonjok Zyan. Berani sekali pria bule itu menyentuh istrinya. Tidak boleh yang ada yang menyentuh Dila selain dia. Dila hanyalah miliknya dan juga istrinya.     

Ketika Bara akan melangkahkan kaki untuk mendekati Dila dan Zyan tangannya dicekal oleh Dian.     

"Jangan bos! Tidak boleh sedang emosi kesana, nanti semuanya akan berakhir buruk. Santuy aja bos," kata Dian meredam emosi Bara.     

"Kau minta aku santuy? Kau tidak lihat? Berani-beraninya pria bule itu menyentuh istriku. Tidak ada yang boleh menyentuh istriku kecuali aku. Ingin saja aku membunuhnya karena tangan kotornya telah menyentuh istriku."     

Dian tepuk jidat melihat tingkah konyol Bara. Benar-benar kekanak-kanakan dan tidak bisa mengontrol emosi. Beginilah kalau pria jadi korban budak cinta, pasti tidak memakai logika hanya menuruti hawa nafsu.     

"Bos Kalau bos kesana bukannya damai tapi malah akan ada keributan. Bos kalo emosi suka nonjok orang. Ingat kita berada di tempat Tuan Smith tidak enak kalau kita membuat keributan disini. Lebih baik bos perhatikan saja mereka, apa yang mereka lakukan disini. Nanti aku akan atur bagaimana bos bertemu dengan Dila. Kalian bicara empat."     

Bara memberikan kedua jempol pada Dian. Wajahnya tegang bak tentara mau perang. Awas saja pria bule itu berani menyentuh istrinya lagi, Bara tak segan mematahkan tangannya.     

"Bagus Dian. Kau selalu bisa aku andalkan."     

"Buat bos aku akan lakukan yang terbaik," balas Dian tersenyum kecut.     

"Aku yakin seribu persen jika bos telah jatuh cinta pada Dila."     

"Tidak," bantah Bara. "Aku tidak jatuh cinta padanya. Aku hanya menjaga harga diriku sebagai suami. Apa kata orang jika melihat istriku bersama pria lain. Mereka akan mencibirku dan melihatku seolah tak punya harga diri."     

"Suka-suka bos jika tak mau mengakui," ujar Dian gemas. Bara masih tak mengakui perasaannya. Capek ngomong sama monyet yang sedang jatuh cinta.     

BOS KAU KALAU BUCIN PARAH YA. SIKAPMU KEKANAKAN DAN TAK ADA DEWASANYA. JELAS SUDAH JATUH CINTA PADA ISTRIMU TAPI TETAP SAJA TAK MAU MENGAKUI. Gumam Dian mentertawai Bara.     

Pesta Tuan Smith dimulai. MC mulai memandu acara. Tuan Smith memberikan kata sambutan. Ia mengucapkan terima kasih pada para tamu undangan yang telah datang meramaikan pesta anniversary pernikahannya. Tuan Smith mengucapkan terima kasih pada sang istri yang setia menemaninya hingga sukses seperti sekarang.     

Ia bersyukur diberi istri yang sangat cantik, setia dan juga seorang anak yang tampan. Tuan Smith ikut memperkenalkan Zyan pada kolega. Para tamu tak menyangka jika Zyan vokalis band Metal yang sedang di puncak popularitas adalah anak dari Tuan Smith. Zyan naik ke atas panggung memperkenalkan diri. Ia membuka topeng sehingga orang – orang bisa melihat wajah tampannya. Zyan dongkol ketika Tuan Smith memintanya naik ke atas panggung. Ia tak ingin mempermalukan sang ayah jika tak naik ke panggung.     

Kening Bara berkerut tak menyangka Zyan anak dari Tuan Smith.     

"Peduli setan si bule sialan itu anak Tuan Smith. Jika dia berani menggoda istriku, aku tak segan memotong lidah dan patahkan tangannya," gumam Bara menatap tajam pada Zyan. Setelah itu mengalihkan pandangannya pada Dila. Sang istri sangat cantik dengan balutan dress merah. Kulitnya telihat terang karena memakai warna merah. Bibir Dila merekah membuat Bara tak sabar untuk mengecupnya. Pikiran mesum Bara muncul, ia berjanji akan menghamili Dila sehingga tak bisa lari darinya.     

Tuan Smith memberikan cincin berlian untuk sang istri. Disaksikan para tamu ia menyematkan cincin berlian di jari manis sang istri. Setelah itu mereka berciuman mesra. Tepuk tangan para tamu membuat mereka seakan muda kembali.     

"So sweet banget sich mereka padahal udah tua," gumam Mira menatap sang suami dan Dila.     

"Kita juga akan seperti itu baby. Aku akan bersamamu sampai tua dan hanya maut yang memisahkan kita," kata Mark membelai lengan Mira. Ia bahkan mengecup bibir sang istri. Tak mau kalah dengan Tuan Smith. Jika yang tua saja bisa romantis kenapa ia tidak?     

Dila memalingkan wajahnya ketika pasangan suami istri itu berciuman. Dila bergumam kesal karena mereka tak malu berciuman di depannya dan tak menghargai perasaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.