Jodoh Tak Pernah Salah

Part 156 ~ Honeymoon Kedua ( 5 )



Part 156 ~ Honeymoon Kedua ( 5 )

3"Kenapa wanita ular itu mencari aku?"     

"Dia ingin membalas dendam karena kamu telah mencelakai Egi. Orang suruhan Clara sedang mencari-cari kamu."     

"Terima kasih infonya," kata Dian dingin.     

"Kenapa reaksi kamu biasa saja? Harusnya kamu waspada Dian."     

"Tenanglah Jimmy. Aku akan jaga diri dan kamu tidak usah khawatir."     

"Orang suruhan Clara banyak bukan satu Dian. Aku takut kamu tak mampu menghadapi mereka."     

"Tenanglah. Aku bisa mengatasinya. Kemampuanku di atas rata-rata jika tidak mana mungkin kamu terus menawari aku jadi anggota BIN."     

"Satu hal lagi yang harus kamu ketahui. Aku memperketat pengawasan pada Alvin."     

"Kenapa kamu melakukannya?" Dian kaget dan bangkit duduk.     

"Sepertinya si bajingan itu akan menggunakan Alvin untuk menjebak kamu. Dia sudah berada di Indonesia Dian."     

"Sial," umpat Dian kesal.     

"Kau harus waspada mulai hari ini Dian. Dua orang musuh sedang mengincar kamu dan Bara. Kalian sekarang berada dimana?"     

"Aku berada di Perth. Ada undangan dari rekan bisnis."     

"Australia?"     

"Ya," jawab Dian singkat.     

"Apa perlu aku kirim tim kesana untuk menjamin keselamatan kalian berdua?"     

"Tidak perlu Jimmy. Tak ada makan siang yang gratis. Aku tidak ingin kamu menodongku untuk jadi anggota BIN."     

Jimmy tergelak tawa. Belum apa-apa Dian sudah bisa menebak maksudnya.     

"Kau sangat pintar dan cepat memahami sesuatu, pantas saja atasanku bersikeras merekrut kamu menjadi anggota BIN. Kamu sudah terlatih dan jam terbangmu sangat tinggi. Kecantikan kamu menipu mata semua orang Dian. Kamu mawar yang berduri. Indah tapi melukai."     

"Sudah membualnya Jimmy?"     

"Bualanku tidak akan pernah habis Dian. Kamu tahu itu."     

"Ya sudah. Terima kasih infonya."     

"Ya. Tapi kau harus berhati-hati. Alvin akan aku lindungi sebisaku."     

"Terima kasih Jimmy walau aku tahu pertolongan kamu tidak gratis," sarkas Dian sebelum menutup telepon.     

Jimmy tertawa terbahak-bahak. Wanita keras kepala dan suka nge-gas seperti Dian sangat dibutuhkan di timnya untuk menyelidiki kasus negara. Dian penuh perhitungan dan tak pernah meleset.     

Dian mengusap wajahnya kasar. Ia harus mengatur rencana untuk menyelamatkan adiknya. Alvin tidak boleh berada di tangan bajingan yang telah menghancurkan masa depannya. Walau selama ini ia mengabaikan Alvin dan membedakan kasih sayangnya dengan adik-adik yang lain namun jauh di lubuk hati Dian yang terdalam ia sangat menyayangi Alvin.     

Bukti sayang Dian pada Alvin selalu memberikan pendidikan yang terbaik untuk sang adik. Alvin di sekolahkan pada sekolah agama yang bagus. Ketika SMP, Dian menyekolahkan Alvin di pesantren berharap sang adik menjadi hafiz Quran yang akan membantu kedua orang tuanya di akhirat kelak.     

Lama Dian terdiam memikirkan nasib Alvin. Apa pun yang terjadi Alvin tidak boleh diketahui keberadaannya. Dian harus mengungsikan keluarganya ke tempat yang aman sebelum bajingan itu melakukan sesuatu yang buruk pada keluarganya.     

Dian mengambil ponsel dan menghubungi ayahnya.     

"Assalamualaikum Dian," sapa Rahman, ayah Dian penuh kehangatan.     

"Walaikumsalam ayah," balas Dian tak kalah ramah.     

"Apa kabar neng geulis?"     

"Baik ayah. Ayah, Ibu dan adik-adik bagaimana?"     

"Kami semuanya sehat Dian. Kamu sudah lama tidak pulang. Kapan pulang ke Bandung? Kami merindukan kamu."     

"Aku belum sempat pulang ayah. Semenjak Bara jadi anggota dewan, dia bertambah sibuk. Aku harus mengikuti dia kemana pun dia pergi. Sabtu dan Minggu saja aku masih saja bekerja."     

"Jaga kesehatan ya nak. Jangan lupa minum vitamin dan tidur yang cukup."     

"Tentu ayah. Aku selalu menerapkan hidup sehat."     

"Ada apa kamu menelpon nak? Pasti ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?"     

"Ayah aku akan mengirim orang untuk mengungsikan kalian. Si bajingan itu telah kembali ke Indonesia."     

Rahman tak dapat menyembunyikan kekagetan. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia gemetaran dan takut.     

"Tidak perlu takut ayah. Semua akan baik-baik saja."     

"Tapi nak dia gila."     

"Aku akan melindungi kalian."     

"Baiklah nak."     

"Bersiaplah ayah. Nanti orang suruhanku akan datang membawa kalian ke tempat yang aman."     

"Baik nak," jawab Rahman.     

"Assalamualaikum ayah," kata Dian sebelum menutup telepon.     

*****     

Dila dan Bara menginjakkan kakinya di pelabuhan pulau Rottnest. Rotto, sebutan lokal untuk Rottnest Island, cocok baik sebagai destinasi 'one-day trip��� maupun liburan santai yang lebih lama. Rotto dikelilingi oleh banyak sekali pantai dan semenanjung cantik, sangat populer untuk aktivitas snorkeling, scuba diving, surfing ataupun berenang.     

Pulau ini juga merupakan rumah bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk salah satunya adalah Quokka yang merupakan hewan unik di sana. Karena tidak banyak kendaraan, cara terbaik untuk menjelajahi pulau ini adalah dengan berjalan kaki atau dengan mengendarai sepeda.     

Pulau ini diperkirakan terpisah dari pulau utama sejak 7000 tahun yang lalu akibat naiknya permukaan laut. Berdasarkan penemuan artefak di sana, kemungkinan pulau tersebut sudah dihuni oleh manusia sejak 30000 tahun yang lalu.     

Orang Aborigin Suku Noongar menamai pulai itu Wadjemup yang artinya tempat di seberang perairan. Asal usul nama Rottnest Island rupanya datang dari seorang kapten kapal asal Belanda bernama Willem de Vlamingh.     

Willem de Vlamingh yang memberikan nama Rotte Nest (dalam bahasa Inggris rat's nest) saat menjelajahi pulau tersebut selama 6 hari di tahun 1696. Di wilayah ini ia menemukan banyak sekali quokka yang disalah mengerti sebagai tikus raksasa.     

Sejak koloni Inggris menduduki area Swan River sekitar tahun 1829, Rottnest Island sempat berganti-ganti fungsi mulai dari penjara untuk suku Aborigin, instalasi militer dan penjara bagi warga sipil di masa Perang Dunia I dan II.     

Sebagian besar bangunan tua yang dibangun pada masa kolonial tersebut saat ini masih bisa dikunjungi dengan ikut tur. Sebagian lagi ada yang digunakan sebagai akomodasi untuk turis.     

Mereka disambut oleh petugas resort ketika sampai di pelabuhan. Tuan Smith benar-benar memberikan servis yang memuaskan untuk mereka. Petugas resort membawa papan nama bertuliskan nama Bara dan Dila sehingga pasutri itu mengenali petugas resort.     

Mereka dibawa ke resort yang sangat mewah. Dila terkagum-kagum melihat bangunan resort yang begitu eksotis dan sarat dengan sejarah. Ternyata ada tempat sebagus ini di Australia.     

Mereka diantar ke kamar, setelah itu petugas resort pergi dari kamar mereka. Bara berdecak kagum melihat kemewahan dan keindahan resort Tuan Smith. Bara yakin tarif menginap di resort ini tidaklah murah pasti hanya orang yang berkantong tebal yang bisa menikmati liburan di tempat ini.     

Saat membuka jendela kamar. Mata Bara dimanjakan dengan pemandangan laut biru yang begitu memanjakan mata. Bara melihat ke sekeliling pantai. Tak ada penampakan manusia yang lalu lalang.     

"Dila," pekik Bara memanggil Dila dari tepi pantai.     

"Apa?" jawab Dila.     

Bara memberi isyarat agar Dila mendekat padanya.     

"Bagaimana jawaban kamu?"     

"Jawaban apa?"     

"Apalagi Dila yang kita bicarakan di kapal tadi." Bara mengedipkan matanya.     

"Harus sekarang?"     

"Iya harus. Kita honeymoon sekarang. Rugi atuh kalo dilewatkan begitu saja."     

"Rugi kenapa?" Kening Dila berkerut tak mengerti arah pembicaraan Bara.     

"Masa kamu tidak juga mengerti?" ujar Bara menaik turunkan alisnya.     

"Bara kamu jangan porno lagi." Geram Dila mau meremas mulut sang suami.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.