Part 160 ~ Honeymoon Kedua ( 9 )
Part 160 ~ Honeymoon Kedua ( 9 )
"Banyak Dila tanpa kamu sadari."
"Bersyukurlah jika kamu mau bertaubat dan kembali ke kodrat."
"Kembalinya aku ke kodrat tentu butuh bantuan kamu sebagai istriku. Tak mungkin aku bisa straight begitu saja jika tak ada peran kamu disana."
"Maksud kamu?"
"Aku memang ingin berubah dan sudah belajar berubah sedikit demi sedikit. Tapi aku masih punya ketertarikan seksual pada pria."
"Apa?"
"Tidak mudah Dila gay akut seperti aku gampang untuk sembuh."
"Aku butuh kamu buat sembuh. Aku punya satu cerita untuk kamu, tapi berjanjilah tidak akan marah."
"Apa itu?" Tanya Dila kepo. Ia sangat penasaran dengan cerita sang suami.
"Sebelum nomor Egi di blokir dia mengirimkan aku video percintaan gay. Dia bilang padaku apa tidak kangen seperti ini. Aku terpancing dan terbakar gairah. Aku tiba-tiba ereksi dan butuh pelampiasan. Saat itu aku sampai mandi dibawah shower untuk meredakan gairahku. Dalam hubungan kami, aku jadi gay top."
"Apa itu gay top?
"Gay memiliki istilah yang jarang dipahami oleh publik. Istilah itu diciptakan sebagai simbol komunikasi di antara mereka sendiri sehingga memudahkan dalam pergaulan. Top adalah sebutan untuk pria gay yang berperan sebagai pria. Bottom ditujukan pada gay yang memposisikan sebagai perempuan. Sedangkan versatile adalah gay yang bisa memposisikan diri sebagai perempuan dan bisa juga sebagai laki-laki, tergantung pasangannya."
"Aku baru tahu ternyata komunitas kalian ada istilah seperti itu."
"Ada Dila. Kamu aja yang enggak tahu. Gay top lebih identik dengan pria yang maskulin dan berbadan agak kekar. Sedangkan bottom sendiri identik dengan pria yang agak feminim dan lemah gemulai." Bara melanjutkan penjelasan.
"Aku pastikan Egi jadi gay bottom."
"Kamu benar," ujar Bara mengangguk. "Satu lagi yang harus kamu ketahui. Ketika aku melampiaskannya dibawah shower aku memanggil nama kamu."
"Bara kau?" Mata Dila melotot tajam. Ia memukul-mukul lengan sang suami.
"Kamu menjadikan aku fantasi seks kamu?" tanya Dila bernada sedikit tinggi.
"Apa aku salah? Tidak Dila. Aku tidak salah karena kamu adalah istriku," ucap Bara menarik Dila ke pelukannya. Ia meraba bahu Dila seakan mau melepaskan pakaian sang istri.
"Bara kau jangam mesum." Seru Dila, ia tampak kesal karena Dila masih saja bicara vulgar dan mesum.
"Mesum dengan istri sendiri apa salahnya?" Bara mengerlingkan mata nakal.
"Kalo Iqbal tidak mesum tidak mungkin dia punya tiga orang anak." Lanjut Bara semakin membuat Dila kesal.
"Kenapa kamu mengungkit uda Iqbal. Kau benar-benar," kata Dila pusing membalas pernyataan Bara.
"Itu contoh mesum suami ke istri. Aku pun boleh mesum pada kamu. Aku sudah memenangkan lomba main sepeda. Aku mau meminta sesuatu padamu dan kamu tak boleh menolaknya."
Dila berbalik dan berjalan menjauhi Bara. Ia tak mau mendengar permintaan Bara karena Dila yakin permintaan Bara akan merugikannya. Dila sudah mendeteksi sinyal bahaya.
"Kau mau kemana!?" Seruan Bara membuat langkah Dila terhenti. Diputar tubuhnya, ditatap Bara dengan perasaan kesal dan dongkol.
"Seorang pemimpin sejati tidak akan mengingkari janjinya. Sebagai seorang pimpinan omongan kamu harus bisa dipegang," kata Bara tersenyum evil.
Dila menggerutu kesal. Ia mendekati Bara dan menatap sang suami dengan tatapan seringai iblis. Dila kalah telak, mau tidak mau harus menepati janjinya.
"Apa yang kamu inginkan?"
"Kamu pasti bisa menebaknya."
"Jangan main tebak-tebakan Aldebaran."
"Baiklah kalo begitu," ujar Bara mengambil napas dan melanjutkan ucapannya."Kembalilah jadi istriku dan layani aku sebagai suami sebagaimana mestinya. Aku mau nanti malam kita bercinta. Aku ingin belajar menjadi lelaki seutuhnya. Aku ingin berhubungan intim tanpa emosi dan tanpa obat. Aku ingin semuanya natural. Buat aku menggilai kamu Dila."
Mulut, dan mata Dila terbuka lebar, ia tidak menyangka jika Bara mengucapkan hal seperti itu dengan gamblangnya. Wajah Dila memerah, jantungnya berpacu cepat. Hatinya semakin terasa cemas. Ia belum siap melakukannya dengan Bara. Bukankah wanita hanya bisa bercinta dengan pria yang ia cintai? Sementara Dila tak mencintai Bara.
"Jika kamu tidak mau berarti omongan kamu tidak bisa dipegang padahal seorang pimpinan tapi ingkar janji," kata Bara mengompori.
"Baiklah kalau begitu," kata Dila menyerah. Harga dirinya merasa tercoreng karena dikatakan pimpinan yang ingkar. Ia bukanlah orang seperti itu. Ia selalu menepati janji dan tak pernah ingkar
"Itu baru benar," kata Bara nyosor mau mencium bibir Dila, namun bibirnya ditepis tangan Dila.
"Jangan asal nyosor Bara. Ini tempat umum." Dila mengingatkan.
"Dila ini Australia bukan Padang. Lumrah jika pasangan berciuman di tempat umum. Bule saja ada yang bercinta di tepi pantai."
"Jangan bicara vulgar lagi," balas Dila mencubit perut Bara.
"Kenapa kamu hobi sekali mencubitku?���
"Itu karena kamu bicara mesum terus. Setiap kamu berkata mesum aku akan memberikan satu cubitan," kata Dila mengancam.
"Kenapa tidak satu ciuman saja. Andai aku bicara mesum, kamu akan membungkam aku dengan satu ciuman."
"Dan aku bisa tebak kamu akan sering bicara mesum agar aku mencium kamu," ujar Dila ketus.
"Benar sekali." Bara menjentikkan jari dan memberikan dua jempol pada Dila.
"Dasar mesum," pekik Dila.
"Jika aku tak mesum padamu maka akan sulit untuk aku tertarik pada wanita. Aku masih punya ketertarikan pada pria dan sulit untuk menghilangkannya. Sekarang aku butuh kamu untuk mendukung aku kembali ke kodrat. Kamu harus rangkul aku Dila. Tekadku belum kuat jika tak ada dukungan dari kamu. Aku masih mudah tergoda, masih terombang-ambing dan hati ini belum mantap untuk berhijrah."
"Bara," panggil Dila tersentuh dengan kata-kata sang suami barusan. Bara benar ia butuh dukungan dan rangkulan dari orang terdekat.
Dila menitikkan air mata tapi ia buru-buru menghapusnya tak mau jika Bara melihat. Seketika perasaannya tersentil dan bertekad membantu Bara kembali ke kodrat. Harapannya Bara bisa berubah dan kembali ke fitrah. Berdoa agar dosa-dosa Bara diampuni karena ia telah bertaubat.
"Aku akan membantu kamu kembali ke kodrat," kata Dila mengambil keputusan. Mudah-mudahan keputusannya benar dan tidak salah.
"Dila terima kasih." Wajah Bara berseri-seri dan ia spontan memeluk sang istri.
"Bara ikan pausnya muncul." Tunjuk Dila ke laut dimana puluhan paus menampakkan diri.
Dila bersorak gembira melihat paus menari-nari di atas air. Kumpulan paus berlompatan secara beraturan. Ini pertama kalinya Dila melihat paus secara langsung di laut lepas. Ia tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.
Bara ikut bahagia melihat kebahagiaan sang istri. Senyum Dila sangat manis dan menawan hati. Entah apa yang merasuki, Bara menarik tangan Dila dan membawanya ke dalam pelukan. Tak hanya itu Bara mencium bibir. Mata Dila membola mendapatkan ciuman dari sang suami secara tak terduga.