Part 163 ~ Honeymoon Kedua ( 12 )
Part 163 ~ Honeymoon Kedua ( 12 )
"Hai Clara. Apa kabar?" Dian basa basi busuk memperlihatkan Anto dan Randi yang terkapar.
Mata Clara terbelalak serasa mau lepas dari tempatnya melihat kedua pembunuh bayaran yang ia bayar diciduk Dian.
"Gue enggak nyangka lo bakal bunuh gue Clara. Padahal gue udah membantu lo untuk dekat dengan Egi," kata Dian geleng-geleng kepala.
"Ketika gue merencanakan akan membayar orang untuk memperkosa Egi waktu itu gue teringat lo untuk ikut serta memperkosa Egi karena gue tahu lo suka dengan dia. Ternyata lo emang ga tahu balas budi." Dian berdecih seraya menggeleng-gelengkan kepala.
"Apa maksud lo?" Clara gemetar dan wajahnya pucat.
"Jangan pura-pura tidak mengerti apa maksud gue. Lo cukup pintar untuk mengetahui maksud gue. Kenapa lo bayar orang untuk membunuh gue? Jawab Clara sebelum gue habis kesabaran," Hardik Dian. Ia kesal dan geram dengan kelakuan Clara padahal mereka dulunya teman akrab selama di club Vegi.
"Jawab gue. Atau gue akan menyeret lo dalam pembunuhan mereka berdua!" Dian mengarahkan kamera menyorot Anto dan Randi.
"Lo sudah menyakiti pria yang gue cintai," kata Clara beruraian air mata. Ia sedih melihat keadaan Egi yang menyedihkan. Kakinya patah dan jari tangannya juga patah. Egi masih tergolek lemah di rumah sakit.
"Egi maksud lo?"
"Iya." Balas Clara berteriak."Lo jahat sama Egi. Teganya lo mematahkan kaki dan telapan tangan dia."
"Gue melakukan semua itu karena Egi yang memulai Clara. Tak mungkin ada asap jika tak ada api. Gue sudah meminta dia menjauhi Bara tapi dia masih saja bersikeras menggoda dan mendekati Bara. Bara sudah memutuskan hubungan mereka dan dia ingin kembali ke kodrat menjadi pria straight, tapi pria yang lo cintai terus saja menggodanya, menggoyahkan iman Bara. Terakhir Egi mengirimkan video gay sedang bercinta. Lo tahu apa efeknya pada Bara? Dia tergoda dan ingin bercinta dengan lelaki."
"Apa?" Mata Clara terbelalak. "Apa maksudmu Bara ingin straight?"
"Ya. Bara ingin bertaubat dan kembali ke straight. Istrinya telah mengubah Bara. Dia memberikan hidayah hingga Bara ingin kembali ke kodrat. Melepaskan cinta terlarangnya dengan Egi."
"Jadi pria gay bisa normal?" Clara tak mempercayai ucapan Dian.
"Tentu saja asal ada kemauan dalam diri mereka. Clara jika lo benar-benar mencintai Egi seharusnya lo gunakan momen ini untuk mengembalikan Egi kodrat. Jauhi dia dari Bara, buat dia melupakan Bara, alihkan perhatian dia. Bukan mencelakai gue seperti in."
"Lo udah keterlaluan Dian."
"Peringatan untuk Egi agar tak mendekati Bara kembali. Clara, lo layak perjuangin cinta lo. Gue juga cinta sama Bara, tapi istri Baralah yang membuka mata dan pikiran Bara untuk kembali straight. Apakah gue sedih atau bahagia. Gue bahagia karena pria yang gue cintai sudah mulai normal. Sedihnya bukan gue yang bikin dia kembali ke kodrat."
Mata Clara basah mendengar ucapan Dian. Apa yang dikatakan Dian benar. Jika ia mencintai Egi seharusnya ia menjauhkan Egi dengan Bara dan membuat Egi jatuh cinta padanya.
Dian lega melampiaskan emosinya pada Clara. Ia memutuskan panggilan video call
*****
Liburan di Rottnest Island wajib banget mencoba skydiving. Tak perlu lisensi khusus untuk bisa skydiving di sini karena akan didampingi oleh instruktur yang sudah punya jumlah terbang sampai 5.000 lebih. Bara dan Dila sedang dalam perjalanan menuju bandara. Semua peralatan skydiving tersedia di bandara Rottnest Island. Setelah peralatan dikenakan, pesawat akan membawa ke ketinggian 10 ribu hingga 20 ribu kaki sesuai dengan permintaan.
Bibir dan tangan Dila gemetar saat instruktur memasangkan alat pengaman. Bara melihat ketakutan di mata sang istri.
"Jangan takut. Ada aku. Kamu harus melawan ketakutan kamu akan ketinggian."
"Apa aku bisa?"
"Harus bisa dan pasti bisa," kata Bara menyemangati.
Sebelum mereka loncat instruktur mewajibkan mereka menonton video safety instructions. Posisi badan saat mau terjun adalah kepala mendongak, nyender ke pundak si instruktur, badan harus arch ke belakang like a banana, kaki di tekuk ke belakang. Posisi tangan saat mau terjun adalah pegang tali di dada, jangan pegang tangan instruktur. Nanti kalo posisinya sudah pas, pundak kita bakalan ditepuk-tepuk, setelah itu baru tangan bebas ngapain aja. Posisi saat mau mendarat adalah kaki diangkat sampe 90 derajat, sejajar dengan panggul.
Mereka berdua menaiki pesawat. Setelah terbang di atas ketinggian 20 ribu kaki, mereka dikasih masker oksigen. Masing-masing instruktur sibuk mengencangkan sabuk pengaman Dila dan Bara lalu mengaitkannya ke sabuk pengaman mereka. Insturktur juga memakaikan topi dan kacamata.
Mereka bersiap untuk mendarat di salah satu pantai indah di Rottnest. Bara menatap Dila memberikan kekuatan bahwa semua baik-baik saja. Fotografer sudah siap mengabadikan momen mereka meloncat dari pesawat. Dalam hitungan ketiga mereka turun dari pesawat.
Saat loncat Dila merasa exited.
Oh, gini rasanya. Aku ga takut, ga extremely excited juga. Biasa aja. Gumam Dila dalam hati
Dila menikmati sensasi free fall. Bara menatap dengan senyuman manis. Ternyata skydivinf enggak seseram yang ia bayangkan. Ga bikin perut berasa kaya mau jatoh. Rasanya lebih kayak terbang dengan kecepatan super. Dari atas langit, tampak jelas keindahan Rottnest Island dan sejumlah pantai lain di pesisir Australia Barat. Mata Dila sangat dimanjakan dengan pemandangan indah di pulau Rottnest. Walau ia datang ke Rottnest karena unsur pemaksaan dari Bara, tapi ia menikmati liburannya.
Sehabis mendarat Dila merasa pusing. Bara memberikan segelas air. Dila melepaskan seragam dan sabuk pengaman. Dila tidur terlentang seraya menatap langit. Ia berhasil melawan ketakutannya dan ia berani mengatakan jika ia tidak takut dengan ketinggian lagi.
"Apakah kamu senang?" Tanya Bara ikut tidur terlentang di sebelah Dila.
"Senang sekali dan seru. Aku kira aku akan berteriak ketakutan ketika berada di atas ternyata tidak sama sekali. Aku bahkan menikmati pemandangan di bawahku. Sudah jam berapa Bara? Kita belum sholat zhuhur."
"Sebaiknya kita kembali ke resort dan istirahat," ajak Bara sembari bangkit.
Dila dan Bara telah kembali ke resort. Menggunakan kompas di smartphone mereka menentukan arah kiblat. Karena baru belajar sholat, Bara belum berani mengimani Dila sholat, alhasil mereka sholat sendiri-sendiri.
Sehabis sholat Dila mandi karena keringatan. Saat membuka koper ia kaget tidak ada baju ganti yang layak untuknya. Yang ada hanya baju kurang bahan dan menerawang. Dian menyiapkan semuanya. Pakaian Dila penuh dengan lingerie berbagai model dan warna.
"Bara kenapa baju kurang bahan semua?" Teriak Dila memperlihatkan lingerie putih, menerawang, sebatas paha.
"Dian menyiapkan semuanya. Mana aku tahu." Bara mengangkat bahu.
"Pakaian tadi kotor. Tidak mungkin aku pakai lingerie keluar." Gerutu Dila kesal.
"Berarti Dian menyuruh kita di dalam kamar saja. Menghabiskan waktu di ranjang," balas Bara mengerlingkan mata nakal menggoda Dila.