Part 177 ~ Tuan Misterius
Part 177 ~ Tuan Misterius
Ana merasa kecewa. Setelah mengabdi dan setia pada Tuan ia malah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Tuan dengan tega memerintahkan Andrew untuk membunuh Peter.
Ana sudah mendapatkan cara untuk membebaskan Peter namun sebelum rencana dijalankan, Andrew sudah membunuh Peter. Ia kalah cepat dengan Andrew, tak pernah menduga jika Andrew akan nekat membunuh adiknya.
Ana putus asa dan perasaannya hancur. Saat ini mereka sudah menjadi buronan polisi. Ia tidak bisa mengambil jasad Peter dan menguburkannya dengan layak. Jika ia nekat datang mengambil mayat Peter dipastikan polisi akan menangkap mereka dan identitas Tuan akan terbongkar. Jika itu terjadi Tuan akan menghabisi semua orang yang tinggal di mansion.
Ana tidak ingin mansion mewah ini menjadi kuburan massal karena pembantaian yang dilakukan sang Tuan. Tak ada maaf bagi Tuan karena Tuan orang yang anti dengan kegagalan.
"Darimana saja kamu?" Tanya Jack penuh selidik. Ia berdiri di atas rooftop karena ia yakin Ana pergi menggunakan helikopter. Jack mencari keberadaan Ana di mansion, namun tak menemukannya. Ketika datang ke rooftop dan tak melihat helikopter terparkir Jack memutuskan duduk di rooftop menunggu kedatangan Ana.
"Aku pergi ke pulau Rottnest," jawab Ana cuek.
"Kau bodoh. Kau pergi kesana sama saja cari mati," kata Jack berang.
"Jack kau tidak mengerti perasaanku. Aku kehilangan Peter. Adikku berada di penjara dan sekarang kau tahu ternyata dia telah meninggal di penjara. Peter ditembak dan kau tahu siapa pelaku penembakannya?" Ana tak dapat mengontol air matanya. Keluar saja tanpa permisi.
"Apa? Peter tewas?" Jack tak dapat menyembunyikan kekagetannya.
"Iya. Peter tewas dan Andrew pelakunya."
"Andrew?" Jack memicingkan mata tak percaya.
"Ya. Andrew telah menembak Peter hingga tewas dan dia menjadi buronan polisi. Aku mengikuti Andrew ketika polisi melakukan pengejaran padanya. Aku pun telah menghabisi Andrew dan membuang mayatnya ke laut."
"Kau gila," cerocos Jack mengusap wajahnya kasar. Semua diluar rencana dan tak terkendali.
"Andrrew yang mulai duluan. Kenapa dia membunuh adikku? Sudah aku bilang jangan menyentuh Peter, dia tidak akan buka mulut, tapi dia tetap membunuh Peter." Ana melakukan pembelaan.
"Andrew tidak akan menembak tetapi jika tidak mendapatkan perintah. Aku yakin itu perintah dari Tuan untuk menghabisi Peter. Kau tahu Tuan tidak ingin tersentuh oleh hukum dan dia tidak mau nama baiknya tercemar. Tuan malaikat bagi orang-orang di luar sana dan Tuan tidak mau peristiwa penculikan ini akan merusak citranya sebagai dermawan."
"Tapi kenapa harus mengorbankan adikku?" Bibir Ana gemetar.
"Peter telah melakukan tugasnya dengan baik untuk menculik wanita itu dari suaminya. Kenapa adikku yang jadi korban?" Ana berteriak histeris mendorong Jack.
"Itu sudah konsekuensinya Ana. Pekerjaan kita menjadi kaki tangan Tuan kita harus siap untuk mati kapan saja. Kau tahu bagaimana berbahayanya berada di dekat Tuan? Kematian sangat dekat dengan kita."
Ana memukul dada Jack dengan kasar. Ana menangis terisak-isak mengingat Peter. Ia sedih tidak dapat menguburkan Peter dengan layak. Jika ia nekat mengambil mayat Peter maka identitasnya akan terungkap oleh polisi.
"Kau tidak tahu perasaanku. Aku kehilangan adik yang sangat aku sayangi. Aku bahkan tidak ada disaat terakhirnya. Kenapa malang sekali nasibku? Niatku melakukan tugas dari Tuan tapi aku malah sial. Kita kehilangan orang-orang kita. Peter tewas dan aku membunuh Andrew karena dia telah membunuh Peter. Jika tahu akan seperti ini aku tidak menyanggupi perintah Tuan." Cebik Ana mengeluarkan uneg-uneg dihatinya.
Jack memeluk Ana memberikan ketenangan. Saat ini Ana membutuhkan sandaran. Ini tidak tidak mudah bagi Ana. Jika Jack berada di posisi Ana, ia akan merasakan hal yang sama. Tak mudah menerima kehilangan adik, apalagi adik satu-satunya yang sangat kita cintai.
Dalam tangisnya Ana mengumpat dalam hati menyesali keputusannya. Kenapa ia melibatkan Peter untuk menculik Dila. Andai saja waktu bisa diulang kembali, Ana tidak akan memerintahkan Peter turut andil melakukan penculikan.
"Aku mengerti perasaanmu Ana, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tuan akan menghabisi kita jika tidak mendengarkan perintahnya." Jack mengingatkan Ana siapa Tuan mereka.
"Aku tahu." Ana melepaskan pelukan Jack. Tuan mereka bukanlah orang baik. Dia lelaki yang memiliki kelainan dan psikopat. Dia bisa saja membunuh mereka tanpa rasa kasihan. Citra baiknya selama ini hanya topeng untuk menutupi kebusukannya."
"Aku juga heran kenapa Tuan menginginkan wanita itu. Tak ada yang special dari wanita itu, tapi Tuan ingin sekali menculiknya. Kau tahu apa yang akan Tuan lakukan padanya?"
"Aku juga tidak tahu. Aku kesal pada Tuan dan aku marah padanya. Jika aku bisa, aku akan membebaskan wanita itu."
"Kau jangan gila," teriak Jack ketakutan. "Jika kau melepaskan wanita itu maka kematian akan menghampiri kita."
"Buat apa aku hidup Jack? Peter telah meninggal."
"Ingat masih ada nenekmu."
"Semangat hidupku redup semenjak kematian Peter. Peter begitu malangnya nasibmu." Ana meratapi nasib sang adik.
"Jangan lemah seperti ini Ana. Kau bukan seperti Ana yang aku kenal."
"Kau mudah mengatakannya Jack karena bukan kau yang kehilangan adik. Kapan Tuan akan datang kemari?"
"Tuan mengatakan besok akan datang kesini."
Ana menghapus air mata berusaha tegar walau hatinya menjerit.
"Apa yang akan Tuan lakukan pada wanita itu? Apakah akan menjadi korbannya selanjutnya?"
Jack mengangkat bahu, " Entahlah aku tidak tahu. Tapi melihat perlakuan Tuan aku tidak yakin Tuan akan menjadikannya korban. Aku rasa Tuan tertarik padanya."
"Tertarik?" Ana mengerjapkan mata tak percaya. "Tuan jatuh cinta? Aku tidak percaya. Dia psikopat Jack, mana ada perasaan? Tuan tak bisa merasakan kesedihan, kebahagiaan apalagi cinta. Dia iblis berwujud manusia. Dia kelainan."
"Makanya aku heran dengan sikap Tuan kali ini. Biasanya kita menculik wanita pasti Tuan segera datang untuk bermain-main dengannya. Ini tidak, Tuan terkesan mengulur-ngulur waktu. Terakhir perempuan yang kita culik di perkosa Tuan dengan brutal dan ia meninggal ketika lepaskan dari sini. Apakah perempuan itu akan bernasib sama dengan yang sebelumnya?"
"Entahlah Jack. Aku tidak tahu dengan nasib wanita ini. Dia terlihat seperti gadis polos dan wanita baik-baik. Aku penasaran kenapa dia diperlakukan spesial tak seperti yang lainnya. Jack bagaimana pun kau harus menolongku untuk mengambil mayat Peter. Aku harus menguburkan Peter dengan layak. Peter harus dikuburkan dekat makam kedua orang tuaku. Bagaimana pun caranya kita harus mendapatkan mayat Peter," kata Ana menarik kerah baju Jack.