Part 179 ~ Kegilaan Samir
Part 179 ~ Kegilaan Samir
"Iya Egi. Jadilah kekasih gue. Gue jatuh cinta sejak pandangan pertama sama lo," ujar Samir menyentuh dagu Egi.
"Kenapa lo mengambil keputusan menculik Dila?"
"Demi lo. Gue ingin Bara merasakan apa yang lo rasakan Egi. Rasa kehilangan orang tercinta. Gue enggak mau melihat lo sedih dan frustasi lagi."
"Lo cari mati Samir. Bara dan Dian tidak akan tinggal diam jika mereka mengetahui lo dalang dibalik penculikan Dila."
Samir berjalan mondar-mandir seraya menatap wajah tampan Egi bak aktor Korea.
"Tidak akan bisa Egi. Kakak angkat gue seorang mafia dan dia tidak bisa disentuh."
"Tidak seharusnya lo terlibat dalam masalah gue dan Bara," pekik Egi histeris.
"Gue akan terlibat demi lo. Gue akan melampiaskan rasa sakit lo. Gue enggak mau melihat lo menderita. Gue cinta sama lo. Apa pun gue lakukan demi kebahagiaan lo," kata Samir bicara di depan wajah Egi. Jarak antara keduanya hanya beberapa centi. Sedikit lagi bibir mereka bersentuhan.
Egi mencengkram lengan Samir dengan kuat membuat Samir meringis dan kesakitan. Mata Egi seperti akan membakar Samir yang bertindak seenaknya.
"Apa yang lo lakukan?"Samir mengelus lengannya.
"Memberikan lo peringatan."
"Harusnya lo berterima kasih sama gue Egi," balas Samir dengan wajah memelas.
Egi berdecih seraya membuang muka. Ia muak menatap Samir. Menatapnya pun tak sudi.
"Tindakan lo malah membuat gue semakin jauh dari Bara."
"Itu yang gue inginkan," jawab Samir tersenyum evil.
"Lo bajingan," ujar Egi menarik kerah baju Samir. Egi benar-benar geram dan marah. Andai saja kakinya tidak terluka mungkin ia akan menghajar Samir hingga babak belur.
"Gue bajingan demi lo Gi." kata Samir terbata-bata. Egi mencekiknya.
"Lepaskan Dila!" Titah Egi tegas.
"Syarat dan ketentuan berlaku Gi," jawab Samir dengan napas terengah-engah. Entah karena cinta Samir tak melawan ketika Egi mencekiknya. Cinta membuatnya menjadi manusia bodoh.
Bibir Samir bergetar dengan wajah meminta belas kasihan namun Egi tak mempedulikannya. Egi mencekik Samir dengan kedua tangannya.
"Sakit Gi," rintih Samir meringis.
Egi terkesiap, ia terlalu lama menatap wajah kesakitan Samir. Akhirnya ia melonggarkan cengkeraman, menatap wajah Samir yang memerah karena kehilangan napas. Egi melepaskan tangannya dari leher Samir.
"Pergi dari sini!" Usir Egi menunjuk pintu.
Dasar Samir gay kepala batu. Ia tak mengindahkan ucapan Egi. Samir malah duduk di sofa, mengambil koran seakan-akan ingin membaca.
"Kenapa lo masih disini? Gue udah mengusir lo. Lo punya telinga tidak?" Ucap Egi nyolot karena Samir tak juga pergi dari ruangannya.
Embusan kasar keluar dari bibir Samir. Berpikir sejenak, tak suka jika ada seseorang yang mengusir dengan kasar. Untung saja Egi lelaki yang ia cintai sehingga Samir memaafkannya.
"Gue lakukan demi lo. Dian sudah membuat lo terluka seperti ini. Gue yakin ini perintah Bara. Makanya gue membalas Bara melalui istrinya. Gue liat Bara udah cinta buta sama istrinya dan kembali jadi cowok normal."
"Bara hanya cinta sama gue," kata Egi percaya diri. Egi yakin masih ada cinta Bara untuknya.
"Bullshit jika Bara masih cinta sama lo. Buktinya dia menyuruh Dian untuk melukai lo."
"Bara tak pernah melukai gue. Dian bertindak sendiri tanpa sepengetahuan Bara."
"Yakin sekali," balas Samir mencemooh.
"Gue tahu siapa Bara. Gue tahu dia luar dalam dan kami telah lama bersama."
"Itu dulu Egi. Sekarang Bara bukanlah Bara yang dulu. Dia sudah mencampakkan lo. Tapi lo enggak usah sedih masih ada gue yang mau bersama lo. Gue akan setia dan tidak pernah meninggalkan lo. Percayalah Gi." Samir meyakinkan Egi akan perasaannya.
Egi memutar mata, malas meladeni percakapan Samir. Egi tahu jika Samir menyukainya semenjak pertama kali bertemu namun hati Egi hanya ada Bara seorang. Egi sangat berkomitmen dalam menjalani hubungan. Jika sudah jatuh cinta pada seseorang ia akan setia sampai mati. Apa pun yang terjadi ia akan tetap menunggu Bara. Hanya Bara pria bisa menggenggam hati dan cintanya.
Samir mendekati Egi memberikan buah apel yang telah ia kupas. Samir menyuapi Egi makan apel, awalnya Egi menolak karena terus dipaksa akhirnya ia memakannya.
"Gitu dong Gi. Gue udah capek-capek ngupasin buat lo kenapa enggak dimakan. Gue kan jadi sedih," kata Samir merajuk manja.
"Gue enggak bisa dipaksa Samir. Sekali lagi gue tegaskan sama lo. Gue enggak bisa terima cinta lo. Gue hanya cinta Bara." Egi menegaskan perasaannya.
Samir mendongak, mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Egi. Tangannya bergerilya menyentuh dada bidang Egi. Samir menutup mata menikmati sentuhan lembut tangannya di tubuh Egi. Sudah lama ia mendambakan menyentuh tubuh atletis Egi. Pantas saja Bara bertahan dengan Egi selama lima tahun, tubuh Egi benar-benar menggiurkan.
"Jauhkan tangan lo dari tubuh gue!" Bentak Egi menepis tangan Samir dengan kasar. Ia merasa dilecehkan dengan tindakan Samir. Clara, Musba dan Samir sama melecehkannya dan Egi paling benci dilecehkan. Ia ingin hubungan yang saling menginginkan bukan terpaksa seperti ini.
"Wow...Galak sekali," sarkas Samir mentertawai Egi.
"Gue enggak suka dipaksa Samir. Sebelum gue habis kesabaran sebaiknya lo pergi dari tempat ini. Gue mau istirahat."
"Egi jangan galak-galak sama gue. Gue benci penolakan. Jika lo menolak, gue bersumpah akan menjauhkan Bara dari lo. Akan gue buat penculikan Dila
awal menjauhnya Bara dari lo. Gue akan mengarahkan pelaku penculikan itu lo. Jika Bara tahu, dia akan semakin membenci lo."
"Lo A*j*ng," pekik Egi emosi. Ia naik darah karena Samir mengancam.
"Lepaskan Dila! Jangan ikut campur urusan percintaan gue dan Bara."
"Apa pun akan gue lakukan buat lo Gi. Gue cinta banget sama lo."
Egi mengontrol emosinya. Menghadapi Samir tak bisa dengan emosional. Samir suka dengan kelembutan.
"Lepaskan Dila," pinta Egi memelas minta dikasihani.
"Tentu, kenapa tidak?"
Egi senang dan bahagia Samir menuruti permintaannya.
"Tentu dengan syarat....." Samir menggantung kalimatnya sehingga Egi yang sudah senang jadi kebingungan. "Lo harus mau jadi kekasih gue," tembak Samir dengan penuh kemenangan.
Egi merubah ekspresi wajahnya dari senang menjadi dingin dan mengontrol emosinya.
"Gue enggak akan mau jadi kekasih lo. Gue hanya milik Bara seorang," tekan Egi dengan intonasi tinggi.
"Ayolah Egi. Move on." Samir mentertawai Egi dan prihatin melihat kondisi Egi.
"Bara saja sudah melupakan lo. Asal lo tahu saja, Bara honeymoon ke Australia bersama Dila dan gue yakin mereka sudah bercinta. Sebentar lagi akan lahir Bara junior. Setelah lo tahu kenyataan ini masih bersikeras mempertahankan cinta sama Bara? Kalo gue jadi lo, gue akan lupakan Bara dan cari pengganti dia. Tak hanya ada satu kumbang Egi, masih ada kumbang-kumbang lainnya. Buka mata dan pikiran lo."
Samir bangkit, mengambil segelas air dari dispenser dan meminumnya. Terlalu banyak bicara membuat tenggorokannya kering.