Jodoh Tak Pernah Salah

Part 186 ~ Cerita di Balik Penculikan ( 1 )



Part 186 ~ Cerita di Balik Penculikan ( 1 )

3Polisi pergi setelah meminta keterangan dari Dila. Dian pun undur diri karena ada sesuatu hal yang ingin di urus. Bara merinding disco ketika melihat sorot mata Dila seperti singa yang akan memangsanya. Bara berusaha mengelak dari tatapan mata sang istri. Mengalihkan perhatian dengan memotong buah dan memberikannya pada sang istri.     

Dila memalingkan wajahnya ketika Bara menyuapinya buah apel. Ia marah dan kecewa karena dibohongi.     

"Kenapa menatapku seperti itu?" Bara akhirnya bertanya, mengambil posisi duduk di samping ranjang Dila.     

"Kenapa kau membohongiku?"     

"Bohong apa Dila?"     

"Siapa Samir apa hubungannya dengan penculikanku? Keterangan Ana pada polisi dan aku berbeda kenapa aku diculik. Kalian tahu semua bukan? Dan aku juga yakin Dian bukan sekretaris yang biasa. Cara dia menyelamatkan aku saat Jack menyanderaku sangat luar biasa. Hanya orang terlatih bisa melempar belati seperti itu Bara. Siapa kalian sebenarnya? Aku jadi ragu untuk bersamamu."     

Bara menggenggam tangan Dila, ia takut kehilangan sang istri kedua kalinya. Matanya menyiratkan permohonan jangan meninggalkannya.     

"Bukan apa-apa. Aku tidak mau membebani pikiran kamu Dila. Jika dokter sudah mengijinkan kamu pulang baru aku cerita."     

"Aku baik-baik saja Bara. Hanya wajahku saja yang babak belur di pukul Ana. Siapa sebenarnya Samir?" Tekan Dila sekali lagi. Dila sangat kepo dengan sosok penculiknya yang bernama Samir.     

"Dila belum saatnya. Ketika kita sudah di rumah baru aku akan cerita.     

"Cerita sekarang atau aku tidak kembali sama sekali?" Balas Dila memberikan ancaman.     

Bara melengos mengambil napas. Baru kali ini ia diancam dan tak berdaya. Bara mengusap wajahnya menyeka keringat yang bercucuran dari pelipis. Ruangan ini sudah menggunakan AC namun karena suasana panas ia berkeringat.     

"Aku tak tahu dari mana bercerita," ujar Bara mengelus-elus lengan sang istri. Dila menolak sentuhannya. Sang istri menepis tangannya dengan kasar.     

"Dila," panggil Bara frustasi.     

"Cerita atau tidak? Jika tidak pergi dari sini," ucap Dila menunjuk pintu keluar. Dila tak dapat mengontrol emosinya.     

Bara bangkit menghindari tatapan membunuh dari sang istri, namun Dila mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat. Dila memaksa Bara untuk tetap duduk sampai mengatakan semuanya.     

Bara mengelus dada melihat otot rahang Dila tampak menegang. Bara merasakan sinyal bahaya jika tak jua buka mulut. Bukannya tak mau bicara, namun Bara takut jika Dila tahu pergaulannya selama ini dan betapa kelamnya dunia yang ia jalani. Bara takut setelah Dila mengetahui semuanya Dila akan berpikir ulang untuk bersamanya dan meminta cerai.     

Dila melepaskan cengkramannya pada tangan Bara ketika laki-laki itu mengiyakan untuk cerita yang sebenarnya. Bara melihat dada Dila naik turun berusaha mengatur napas dengan teratur untuk meredakan amarahnya dan mendinginkan kepala.     

"Jika aku cerita berjanjilah kamu akan tetap menggenggam erat tanganku dan membimbingku ke jalan yang lurus." Bara bernegosiasi.     

"Ceritalah!" Titah Dila tak sabaran.     

"Berjanji dulu," balas Bara nyolot.     

"Iya aku janji," gerutu Dila dengan intonasi tinggi.     

"Aku tidak tahu mulai darimana." Bara mengambil napas.     

"Cerita dari awal."     

"Samir adalah laki-laki gay yang ada di komunitas kami. Dia baru bergabung di komunitas kami setahun belakangan. Dia pria keturunan Eropa, Indonesia dan Australia," ucap Bara memulai cerita. "Ayahnya orang Eropa, Ibu keturunan Indonesia dan Australia. Tepatnya neneknya orang Indonesia."     

"Komunitas?"     

"Iya komunitas. Kaum pelangi seperti kami memiliki komunitas yang sangat solid. Base camp komunitas kami ada di Jakarta tepatnya di Vegi Club. Tak sembarangan orang bisa masuk club jika bukan anggota. Untuk masuk komunitas, kami harus membayar keanggotaan dan iuran member tiap bulan yang jumlahnya besar. Komunitas LGBT yang kamu miliki diisi oleh kaum menengah ke atas bahkan selebritis terkenal pun ada dalam komunitas kami bahkan aktor idola para kaum hawa yang sangat di idolakan seorang gay. Kadang dalam dunia nyata mereka memiliki istri dan anak, tapi sesungguhnya mereka gay. Pernikahan mereka hanya untuk menutupi orientasi mereka. Gay ada dalam komunitas kami dipastikan sehat karena club rutin melakukan pemeriksaan kesehatan tiap bulan. Dan club mendatangkan dokter untuk memeriksa kami. Jika ada anggota komunitas yang terpapar penyakit, maka keanggotaan mereka dicabut dan dikucilkan. Dalam komunitas kami tak terima yang berpenyakitan karena kami juga tak mau tertular," kata Bara menjelaskan sepak terjang komunitas gay.     

"Lalu?"     

"Kami mengenal Samir setahun yang lalu. Kedatangannya menjadi primadona baru di komunitas kami dan dia banyak disukai. Egi juga salah satu anggota favorit banyak disukai para pria di komunitas kami. Komitmen antara aku dan Egi membuat kami saling setia. Kami berdua tak boleh menjalin hubungan dengan pria lain. Aku tak mau tertular penyakit, makanya aku hanya berpacaran dengan Egi. Kami sudah menjalani hubungan selama lima tahun. Egi juga setia seperti aku. Nah desas-desus yang aku dengar Samir sangat menyukai dan tergila-gila pada Egi, namun Samir mundur ketika tahu Egi kekasihku. Mungkin Samir ngeri mendengar cerita orang-orang tentang aku."     

"Cerita yang bagaimana?"     

"Cerita tentang kekejaman dan kesadisanku."     

"Sesadis apa kamu?"     

"Gay ketika cemburu bisa membunuh bahkan memutilasi tubuh korbannya dan aku sanggup melakukannya. Dian akan siap menjadi eksekutor untukku. Dia terlatih dan tak terlacak," kata Bara dingin.     

Bulu kuduk dan tangan Dila merinding mendengar penuturan Bara. Dila gemetar dan takut.     

"Makanya aku enggak mau cerita sama kamu. Baru itu saja ceritaku kamu sudah ketakutan," ujar Bara menggenggam tangan Dila.     

"Sebaiknya aku tidak cerita. Semakin banyak aku cerita kamu akan semakin ketakutan denganku. Biarlah kamu kenal dengan aku yang sekarang bukan yang dulu," lanjut Bara mengambil selimut untuk menutupi tubuh Dila.     

"Tidak. Aku mau kamu menceritakan semuanya," perintah Dila dengan nada amarah. Kuku jarinya memutih mendengar cerita sang suami, namun ia harus tahu masa lalu Bara dengan detail. Dila tak mau tahu dari orang lain. Jika orang lain yang cerita padanya tentang Bara pasti ceritannya dikurangi dan ditambah bumbu.     

"Dila aku takut kamu tidak siap dan memilih pergi dariku."     

"Aku tidak selemah yang kamu pikirkan. Aku Fadila Elvarette wanita kuat dan tangguh," ujar Dila memuji dirinya sendiri. Dila bersikap narsis untuk mencairkan suasana.     

Bara tertawa kecil melihat kenarsisan Dila. Baru kali ini Bara melihat Dila tertawa bersamanya dan itu sangat membahagiakan untuknya. Semoga ke depannya Dila akan bisa tertawa dengan lepas bersamanya tanpa ada tekanan, kesedihan dan penderitaan. Bara menyadari tidak mudah untuknya kembali ke kodrat. Halangan dan rintangan akan ada untuk mengujinya apakah ia benar-benar mau berubah atau tidak.     

"Lanjutkan ceritanya Bara," pinta Dila mengelus pipi Bara.     

Entah kenapa sentuhan Dila bak embun di pagi hari bagi Bara. Begitu membahagiakan, ketika nyaman bersama seseorang apalagi orang itu istri sendiri.     

"Kenapa Dian bisa menjadi eksekutor buat kamu?" Dila menatap manik mata Bara. Aksi Dian dalam menyelamatkannya memantik rasa penasaran Dila. Siapa Dian sebenarnya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.