Jodoh Tak Pernah Salah

Part 197~ Pertemuan Fatih dan Bara ( 3 )



Part 197~ Pertemuan Fatih dan Bara ( 3 )

3"Besan," panggil Herman menetralisir suasana. "Dian ini sudah kami anggap seperti anak kami sendiri. Dia sudah seperti adik bagi Bara. Posisi Dian sama seperti Fatih bagi keluarga kalian. Dian kaki tangan Bara. Semua pekerjaan Bara dihandle Dian. Bara tak percaya pekerjaaan dipegang orang lain. Makanya kemana pun Bara pergi Dian selalu ikut. Kalo besan curiga mereka bakal selingkuh atau bagaimana, sudah dari dulu mereka nikah kalo memang cinta lokasi. Buktinya mereka sudah lima belas tahun bersama tidak ada muncul benih-benih cinta. Malah aku menjodohkan Bara dengan Dila."     

Defri jadi malu sendiri mendengar penjelasan Herman. Ayah mana yang tidak khawatir melihat sekretaris sang mantu sangat cantik dan seksi. Takut mereka berbuat serong di belakang Dila. Defri hanya tak mau Dila disakiti, jika itu terjadi dia yang akan merasa bersalah. Dialah yang memaksa Dila menikah dengan Bara. Jika pernikahan anaknya tidak bahagia dan anaknya tersakiti dialah orang yang paling bertanggung jawab.     

Dian sedikit keki dicurigai Defri. Siapa juga yang mau menggoda Bara? Selama ini mereka kerja secara professional walau Dian memiliki cinta untuk Bara. Dian sudah menyerah mendapatkan cinta Bara karena dia tahu Bara hanya mencintai Dila. Perubahan Bara ke titik sekarang karena Dila. Dian pun cukup tahu diri untuk tidak bermimpi bersanding dengan Bara.     

Fatih tertawa ngakak melihat reaksi Dian menahan dongkol pada Defri. Ekspresi Dian membuatnya tertawa. Ada juga wanita lucu seperti Dian, pikirnya. Memang janggal sich dalam budaya Minang perempuan dan laki-laki yang tidak muhrim selalu bersama. Biasanya sekretaris dan bos ada hubungan asmara seperti dalam novel dan film namun kenyataannya mereka hanya sebatas rekan kerja. Fatih memaklumi mulut pedas Defri. Mulutnya memang pedas, jika tak kenalnya bakal sakit hati mendengar ucapannya, tapi hatinya baik dan jiwanya bersih.     

"Saya pamit undur diri dulu. Mau cari cemilan dulu," kata Dian berpamitan pada semuanya.     

Naura bisa menangkap kemarahan dan kekesalan di wajah Dian. Ayah mertuanya sekali bicara ucapannya pedas melebihi pedasnya cabai rawit.     

"Dian kalo cari cemilan ibuk nitip jus yah," kata Ranti membalikkan tubuhnya menatap Dian.     

"Baik buk," kata Dian pamit undur diri.     

"Sampai kapan Dila tidur Bara?" Herman merangkul Bara. Ada kelegaan di dalam hatinya. Jika Bara bisa menghamili Dila berarti dia sudah mau kembali ke kodrat. Herman menatap Dila sekilas. Dalam hati Herman mengucapkan terima kasih pada Dila telah menepati janjinya untuk membawa Bara ke jalan yang lurus dan menghentikan kebiasaan buruknya. Doa Herman semoga Bara segera sembuh dan ketertarikannya pada laki-laki hilang.     

"Sampai efek biusnya habis papa. Dila harus banyak istirahat. Bukan hanya fisiknya yang sakit tapi juga batinnya."     

"Badai akan cepat berlalu Bara. Yang sabar ya nak. Kalian masih muda, kesempatan kalian punya anak sangat besar. Kata tetua dulu jika pernah keguguran peluang untuk hamil lagi sangat cepat. Semoga kehilangan kalian kali ini Allah mengganti dengan anak yang lebih banyak." Lusi menghibur sang menantu yang terlihat masih berduka.     

"Aminn bunda," kata Bara mengamini ucapan ibu mertuanya. "Kalian menginap dimana? Jika belum booking hotel. Nginap aja di rumah aku di Jakarta Timur. Jaraknya enggak terlalu jauh dari rumah sakit. Cukuplah menampung kita semua disana. Nanti juga ada ART disana yang bantu masak."     

"Jadi rumah itu enggak kosong ya Bara?" Tanya Ranti pada sang anak. Ia mengira rumah itu kosong begitu saja.     

"Enggak Ma. Kalo rumah itu enggak ada yang huni entar jadi rumah hantu dan enggak ke urus. Jadi disana ada ART yang tinggal sama keluarganya. Mereka tinggal di paviliun samping rumah. Mereka yang beresin rumah itu setiap hari."     

"Bukan ide yang buruk," kata Defri lagi.     

"Om, tante semuanya aku pamit keluar dulu," kata Fatih tak enak hati. Pembicaraan masalah dua keluarga besar. Rasanya orang asing seperti dia tidak perlu ikut.     

Tenggorakan Fatih kering karena belum minum sama sekali. Fatih bertanya pada securiti dimana kafe. Ia pun berjalan menuju kafe melepaskan dahaga.     

Sesampainya di kafe Fatih melihat Dian yang sedang memakan mie rebus. Fatih pun menjadi lapar melihat makan Dian yang lahap. Ia pun memesan minuman dan mie rebus seperti Dian. Kebetulan jam makan siang kafe pun ramai. Tak ada tempat duduk yang kosong, kebetulan yang kosong di depan Dian terpaksa Fatih kesana. Tidak mungkin makan sambil berdiri.     

"Boleh duduk disini?" Tanyanya pada Dian. Sebelum duduk ia minta ijin dulu takut Dian tak suka dengan kehadirannya.     

"Ha..." Dian termenung dan kaget Fatih ada di depan matanya. Ketampanan Fatih menyilaukan mata Dian. Kulit kuning langsat khas Asia, tinggi semampai bak model, memiliki brewok yang menambah kesan maskulin, mata bulat dengan sorot yang tajam, senyum di bibirnya membuat wanita mana pun meleleh. Dian serasa melihat Christian Grey dalam versi Indonesia.     

"Boleh duduk disini?" Fatih mengulang pertanyaannya. Dian belum memberikan jawaban makanya ia bertanya lagi. "Kursinya penuh, aku melihat kursi disini kosong."     

"Ya silakan," balas Dian canggung dan kikuk. Entah kenapa kali ini ia sangat salting berhadapan dengan cowok ganteng. Pantas saja Dila mau setia menunggu Fatih ternyata yang di tunggu se-perfect ini. Dian memang sudah melihat foto Fatih, namun aslinya lebih ganteng dan kharismatik. Senyumnya saja mampu membolak-balikkan hati para kaum hawa. Hyun Bin lewat, Song Jong Ki apalagi, Kim Soo Hyun mah jauh. Pesona Fatih memang luar biasa. Dian deg-degan seperti mahasiswa sedang ujian. Entah apa yang merasukinya sehingga deg-degan seperti sekarang.     

"Nama kamu Dian?" Fatih mengajak bicara.     

"Iya," jawabnya kikuk.     

"Kenalkan Fatih," katanya menangkupkan tangan ke dada     

"Sudah tahu," jawab Dian keceplosan.     

"Sudah tahu?" Fatih dilanda kebingungan.     

"Tadi bukannya om Herman panggil nama kamu dan ceritakan kalo posisi kita sama, dianggap keluarga sama mereka." Dian berkelit. Untung otak cukup pintar mencari alasan.     

Fatih tertawa terbahak-bahak. Dian terlihat lucu sekali dan tidak jaim seperti cewek-cewek yang pernah dia temui.     

"Ada yang salah Fatih? Sorry.. kelahiran tahun berapa nich? Ntar aku lancang manggil yang lebih tua nama saja. Dibilang pula enggak tahu kato nan ampek." Cerocosnya lagi. Dian sering diomeli karena bicara tak tahu etika. Adat sunda dan adat Minang sangat berbeda. Menurutnya orang Minang terkesan keras dalam berkomunikasi.     

Kato Nan Ampek merupakan cara bertutur kata ala orang Minang. Jadi kalau dirincikan, Kato Nan Ampek itu adalah sebagai berikut:     

1. Kato Mandaki merupakan etika berbicara dengan orang tua atau orang yang lebih tua. Kepada orang tua atau orang yang lebih tua, hendaknya kita bertutur kata dengan lembut dan sopan, bertindak dengan sopan, dan mampu menghormati.     

2. Kato Malereng merupakan etika berbicara dengan orang yang dituakan secara adat atau orang-orang yang terhormat seperti orang-orang nagari (pemerintahan). Kepada orang-orang ini, hendaklah kita juga harus berbicara dengan lembut dan santun.     

3. Kato Mandata merupakan cara bertutur kata kepada teman sejawat kita. Yakni kepada mereka yang seusia dengan kita. Kepada teman sebaya, tutur kata kita mungkin tidak sebagaimana kepada orang yang lebih tua, tetapi kata-kata itu tetap harus dalam koridor saling menghargai, saling menjaga perasaan, dan tidak menyinggung.     

4. Kato Manurun digunakan saat berbicara kepada orang yang lebih muda dari kita, seperti orang tua kepada anak, kakak kepada adiknya, guru kepada muridnya. Kepada yang lebih muda itu tetaplah harus juga pandai menghargai dan tidak semena-mena. Tidak merasa paling tahu dan paling benar.     

Meskipun masyarakat Minang terkesan keras dalam berkomunikasi, tetapi sebenarnya mereka memiliki standar etika yang sangat baik. Etika yang berasal dari nilai-nilai adat yang sangat perlu dijaga agar tetap lestari.     

Dari masyarakat Minang kita dapat belajar bagaimana menempatkan diri kemudian bertutur kata serta berperilaku yang sesuai. Kita harus pandai melihat siapa kita dan siapa lawan bicara kita dan bagaimana seharusnya kita berbicara dan berperilaku dengannya. Etika berkomunikasi seperti ini saya kira penting untuk diterapkan baik untuk berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung, seperti di social media.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.