Jodoh Tak Pernah Salah

Part 299 ~ Pertengkaran Suami Istri



Part 299 ~ Pertengkaran Suami Istri

2Bara memarkirkan mobil di tepi jalan. Mereka berdua duduk berdiam diri tanpa bersuara. Sesekali Bara melirik sang istri menunggu jawaban. Dila masih bergeming tak mau membuka mulutnya.     

"Cepat jawab aku Dila. Apa kamu masih memiliki perasaan sama Fatih?" Bara emosional terbakar api cemburu. Emosinya meledak-ledak karena kejadian tadi siang dengan G.     

Tak ada jawaban yang ada hanya air mata yang keluar dari kedua sudut mata Dila.     

"ARRRRGGGGHHH. Jawab aku Dila." Bara memukul kemudi dengan kuat. Dia tak menyangka jika sang istri belum move on dari Fatih. Apa arti kebersamaan mereka selama ini jika cinta belum tumbuh di hati Dila?     

Ubun-ubun Bara mendidih kala sang istri diam tak memberikan jawaban. Apa sulitnya mengatakan Ya atau Tidak? Sikap Dila seolah menyiratkan perasaannya masih ada untuk Fatih.     

Bara kembali menegur Dila namun tetap tak mendapatkan jawaban. Bara memutuskan untuk segera pulang ke rumah dan menyelesaikan masalah mereka. Bara mengemudi dengan kecepatan tinggi hingga Dila memekik ketakutan.     

Bara menarik tangan Dila dan menyeretnya ke dalam kamar. Para ART ketakutan melihat sikap Bara yang sangat kasar pada sang nyonya.     

Bara melempar Dila ke ranjang. Dengan kasar melepaskan pakaian atas Dila dan menggigit dadanya. Dila memekik keras kala gigi-gigi Bara dengan buas mengigit dadanya.     

"Bara lepaskan aku. Sakit." Dila menangis.     

"Kamu yang membuat aku seperti ini Fadila Elvarette. Aku bertanya tapi kamu diam tak memberikan jawaban. Kamu tidak menghargai aku sebagai suami." Bara berteriak keras di telinga istrinya setelah melepaskan gigitannya.     

Bara melihat dada Dila kemerahan dan penuh bekas gigitannya. Bara menyesal telah menyakiti fisik istrinya. Jika marah emosi Bara tidak terkontrol.     

"Aku diam karena tidak mau menyakiti kamu. Aku masih menjaga perasaan kamu."     

"Apa yang kamu jaga? Jika ujung-ujungnya bikin aku sakit hati. Aku berharap dengan bertemu kamu bisa bikin hati aku adem dan tentram. Nyatanya kamu bikin aku makin sakit kepala dan sakit hati."     

Dila memberanikan diri mendorong Bara hingga tubuhnya membentur dinding.     

"Kamu itu tidak peka dengan orang lain. Aku diam karena menjaga perasaan kamu. Jika kamu punya masalah jangan melampiaskan ke aku. Kamu mencari-cari kesalahan aku Bara. Aku tidak suka menjadi sasaran kemarahan kamu. Ada kalanya kita diam dan tak bicara demi menjaga perasaan orang lain. Aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Kamu mencintaiku namun aku belum bisa membalas perasaan kamu. Aku sedang belajar mencintai kamu. Jika aku jawab masih belum move on dari Fatih bukankah itu membuat kamu terluka?"     

Bara terdiam tak bisa membalas perkataan istrinya.     

"Jawab aku! Pasti kamu akan terluka dan kecewa bukan?" Dila menangkup kedua pipi Bara dan menatap suaminya dengan tatapan intimidasi.     

"Jika kamu diam maka kamu mengiyakan perkataanku. Ada kalanya kita berbohong demi kebaikan Bara. Aku tidak mau menyakiti hati kamu, tapi kamu menanggapi lain. Apa sich masalah kamu hingga kamu tidak bisa berpikir dengan jernih?" Dila memekik di telinga Bara sehingga pria itu menutup kedua telinganya.     

Bara menyesalinya perbuatan kasarnya pada sang istri. Pria itu terduduk dan menyandari pada dinding. Dila ikutan duduk di depan Bara menyamakan posisi mereka.     

"Segala sesuatu harus dibicarakan dengan kepala dingin Bara. Jangan memakai emosi. Gunakan akal, jangan sampai emosi menguasai kita. Jangan pernah bersikap kasar pada istri. Istri ibarat pakaian bagi suaminya. Bagaimana suami akan terjaga kehormatannya jika ia telah merusak pakaiannya sendiri?" Dila memberikan pengertian pada Bara.     

Bara menangis terisak-isak menyesali sikap kasarnya. Dila memeluk Bara dengan erat seolah memberikan perlindungan jika semuanya akan baik-baik saja.     

"Maafkan aku istriku. Aku telah kasar padamu," ucap Bara menangis terisak bak seorang gadis yang tengah patah hati.     

"Berjanjilah Bara jangan bersikap kasar padaku lagi. Aku tidak suka dikasari. Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jika masih kasar padaku ketika kita bertengkar aku akan meninggalkan kamu. Jika kamu sudah terbiasa mengasariku akan menjadi sebuah kebiasaan. Ayahku tidak pernah kasar pada bundaku ketika mereka bertengkar. Jangan pernah mengulangi perbuatan kamu tadi. Aku dibesarkan ayahku dengan kasih sayang dan lemah lembut. Jangan pernah kasari aku."     

"Maafkan aku istriku. Aku menyesal." Bara terisak tangis dan menyandarkan kepalanya di dada Dila.     

"Please…. Bara jika kamu bisa straight berarti kamu juga bisa mengontrol emosi kamu."     

"Benarkah?" Dila mengangguk.     

Dila membantu Bara bangkit dan membawanya duduk di atas ranjang. Mereka berdua bergandengan tangan.     

"Apa sebenarnya yang terjadi?"     

"Apa?" Bara malah bertanya balik.     

"Kejadian apa yang membuat kamu menjadi marah dan emosional?"     

"Masih ingat dengan ceritaku tentang proyek resort di Mentawai?"     

"Iya aku masih ingat. Apa ada masalah?"     

"Aku ditipu?"     

"Ditipu?" Dila sulit percaya jika suaminya bisa ditipu.     

"Bagaimana dia bisa melakukannya?"     

"Investor di proyek itu adalah kakak angkat Samir dalang dibalik penculikan kamu di Australia kemarin."     

"Apa?" Wajah Dila memerah karena emosi.     

"Apa tujuan dia berbisnis dengan kita? Apakah dia tidak ada niat buruk?"     

"Makanya aku dan Dian kebakaran jenggot. Kenapa aku dan Dian kebablasan? Kami memang tahu jika dalang penculikan kamu Giovani tapi kami tak menyangka Giovani yang ini. Kami tidak tahu wajahnya sehingga ketika dia datang pada Dian untuk investasi kami percaya saja."     

"Kenapa kalian bisa tahu?"     

"Teman Dian seorang anggota BIN yang memberi tahu. Tadi kami mendatangai G untuk memberikan pelajaran. Aku dan Dian menghajarnya."     

"Bara," panggil Dila dengan nada marah. Namun Bara malah mencium bibirnya sekilas. Hanya memberikan hukuman.     

"Apa?" Bara merasa tak melakukan kesalahan apa-apa.     

"Aku tidak suka jika kamu melakukan kekerasan. Tak selamanya kekerasan itu bisa menyelesaikan masalah. Jika negara perang baru boleh melakukan pemukulan."     

"Aku kesal karena ditipu."     

"Apa alasan dia ingin investasi di perusahaan kamu?"     

"Katanya dia ingin dekat dengan Dian. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Dian."     

"Apa?" Dila tak mempercayai pendengarannya.     

"Dia jatuh cinta pada Dian. G melihat Dian di bandara Perth dan dia terpesona. Laki-laki bodoh itu bahkan tak melawan ketika aku dan Dian menghajarnya."     

Dila tertawa terbahak-bahak hingga membuat Bara penasaran.     

"Apa ada yang lucu?     

"Laki-laki mah gitu. Kalo udah bucin bisa jadi orang bodoh."     

Bara mendelik kesal. Ia mulai menurunkan tali bra sang istri namun tangan Dila dengan cepat menepisnya.     

"Jangan cari kesempatan dalam kesempitan Pak Aldebaran."     

"Aku hanya ingin memberikan istriku hukuman karena seenaknya mengatakan jika laki-laki yang bucin akan menjadi bodoh. Secara tidak langsung kamu mengatakan aku bodoh."     

Dila tergelak tawa dan menghindari tatapan mesum sang suami. "Pak ketua aja yang baperan. Aku tidak bilang anda tapi G."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.