Part 313 ~ Bertemu Fatih
Part 313 ~ Bertemu Fatih
Dila sudah mulai belajar menjadi seorang istri yang baik. Pagi ini dia sengaja pergi ke dapur. Setelah sholat subuh Dila membuatkan nasi goreng teri Medan untuk Bara. Suaminya sangat suka makan teri Medan, makanya Dila ingin membuatkan sarapan spesial untuk suaminya.
Dila membawa dua piring nasi goreng teri Medan dan dua gelas teh hangat ke meja makan.
"Sarapannya sudah siap." Dila menaruh satu piring nasi dan segelas teh di depan Bara.
"Harum sekali sayang. Pasti enak."
"Tentu saja enak. Aku sendiri yang membuatnya," ucap Dila bangga.
"Serius?" Wajah Bara berbinar-binar. Akhirnya kesampaian juga mencicipi masakan sang istri.
"Iya." Dila mengangguk.
Bara tak sabaran mencicipi masakan Dila. Bibir Bara melepuh karena memakan nasi goreng yang masih panas. Ia segera mengambil minuman.
"Masih panas sayang. Tiup dulu baru makan."
"Aku tidak sabaran makan masakan kamu."
"Walau enggak sabaran tetap aja tunggu dingin dulu Pak ketua."
Bara menyendok nasi. Sebelum memasukkan ke mulut dia meniupnya terlebih dulu.
"Wowww enak sekali sayang," puji Bara. Masakan Dila sangat enak dan memanjakan lidahnya.
"Makanan ini tambah enak karena kamu membuatnya dengan cinta."
Dila tersenyum tersipu malu. "Dasar gombal. Udah bisa merayu sekarang."
"Aku enggak gombal ini benaran enak sayang. Apa perlu aku belah dada ini agar kamu tahu aku bicara jujur?"
"Lebay ah." Dila menjulurkan lidah.
"Dosa kayak gitu sama suami."
"Hehehehe." Dila membalas dengan senyuman sehingga membuat Bara luluh.
"Jam berapa nanti berangkat ke Dharmasraya dan sama siapa?"
"Jam delapan langsung berangkat. Ada sepuluh rombongan nanti."
"Hati-hati suamiku."
"Pastinya aku akan hati-hati. Semalam aku lupa tanya. Apakah kamu sudah bertemu CEO Harapan?"
"Sudah."
"Ada foto bersama?"
"Ada."
"Mana fotonya?" Bara meminta.
"Nanti saja ketika sudah pulang dari Dharmasraya. Jika aku kasih sekarang dan ternyata benaran dia. Bisa rusak suasana hati kamu. Hari masih pagi. Enggak baik marah dan emosi. Sabar ya."
Bara menggenggam erat tangan Dila. Bara memuji istrinya yang sangat bijaksana.
"Baiklah."
Bara dan Dila menghabiskan sarapannya. Dila membawa mobil dan mengantarkan Bara ke kantor. Nanti Bara dan rombongan pergi dengan mobil dinas.
"Da-da sayang. Hati-hati bawa mobil." Bara melambaikan tangannya pada Dila.
"Iya," balas Dila.
Dila menyetir mobilnya menuju kantor. Kegiatan Dila sangat padat hari ini. Dia akan pergi ke UIA memberikan design KTM ( kartu mahasiswa). Fatih tidak mau diwakilkan orang lain. Dia ingin Dila yang memberikan design KTM. Dila telah meminta bantuan dari kantor cabang untuk membantu membagikan formulir pembukaan rekening massal untuk para mahasiswa UIA. Mereka harus buka rekening dulu baru bisa mendapatkan KTM.
Sesampai di kantor Dila segera ke ruangan Renata. Ternyata Renata belum datang. Dila duduk di ruangan Renata sembari menunggu.
Renata datang berlarian menuju mesin absensi. Dia datang saat injury time. Satu menit lagi tidak ambil absen maka ia dinyatakan terlambat.
"Kok lo ngos-ngosan gitu?"
"Ya Allah Dila." Renata memegang dadanya kaget melihat Dila tiba-tiba duduk di mejanya sepagi ini.
"Kenapa lo kaget?"
"Lo enggak biasanya ada di meja gue sepagi ini."
"Nanggung buat ke atas. Gue dan tim akan pergi juga. Gue ada janji dengan rektor UIA dan CEO Harapan."
"Gue lupa. Lo udah jadi minta bala bantuan ke kantor cabang? Vinta dan Emir akan gempor bikin tabungan massal untuk UIA dan Harapan."
"Udah. Gue udah minta bantuan ke Pak Irwan. Katanya cabang akan kasih dua orang CS. Berhubung pegawai rumah sakit Harapan tidak bisa datang ke kantor, kita siapin mobile unit disana
Mungkin Vinta akan gue bawa untuk bukakan rekening. Jadi ada 1500 pegawai yang akan kita bukain rekening tabungan. Kita targetin bikin tabungannya lima puluh dalam satu hari. Vinta stay disana, jadi tabungan pegawai langsung jadi. Vinta langsung input disana. Menurut lo gimana?"
"Kalau menurut gue sih bagusnya kayak gitu. Cuma sosialisasikan lagi sama pegawai rumah sakit.
Atur pegawai untuk datang sesuai jadwal agar tak terjadi penumpukan. Cuma kalau Vinta sendiri lima puluh rekening itu terlalu sedikit. Mending bawa juga Emir kesana. Target sehari seratus. Selama lima belas hari selesai dech. Sebelum Harapan launching nama baru, semua pegawai sudah punya rekening MBC. Vinta dan Emir enggak perlu lembur kerjain itu."
"Gue setuju. Mana yang terbaik aja Re. Berarti CS bantuan dari cabang bakal stay disini?"
"Iya."
"Yuk ke dalam klus," ajak Dila pada Renata.
Seperti biasa Dila membukakan tempat penyimpanan uang. Setelah membukakan pintu klus ia pergi ke atas untuk mengambil design kartu mahasiswa UIA.
Pukul sepuluh Dila, Niken dan Vino pergi menuju UIA menemui Fatih. Mereka disambut oleh asisten Fatih dan dipersilakan duduk di ruangan rektor. Fatih sedang melakukan inspeksi di kampus.
Mereka disuguhkan makanan dan minuman. Tiga puluh menit kemudian Fatih datang menemui mereka.
"Sudah lama menunggu?" Sapa Fatih ramah.
"Tidak juga Pak." Mereka bicara formal.
"Apakah designnya sudah siap Bu Dila?" Fatih juga bicara formal karena ada dua orang bawahan Dila. Bagaimana pun hubungan mereka di masa lalu harus tetap profesional.
"Sudah." Dila menyodorkan design KTM pada Fatih.
Fatih mengambil design dan melihatnya.
"Warnanya sangat cocok dengan logo UIA. Penempatan logo UIA dan MBC sudah sesuai. Saya setuju dengan designnya," jawab Fatih tersenyum.
"Bagaimana dengan eksekusi pembuatan rekening tabungan pegawai dan mahasiswa?"
"Pertama kita akan buat rekening pegawai dulu Pak. Kami akan buat secara massal agar cepat. Bisakah kami mendapatkan data karyawan yang terdiri dari nama, tempat tanggal lahir, no KTP, nama ibu kandung, alamat rumah, no telepon? Bikin saja dalam format Excel Pak. Formulir pembukaan rekening akan kami bagi."
"Bisa. Nanti saya akan minta bagian SDM untuk memberikan data pegawai yang ibu minta."
"Baik Pak. Terima kasih atas bantuannya."
"Silakan dicicipi makanannya," kata Fatih pada Dila, Niken dan Vino.
"Terima kasih Pak."
Niken dan Vino diantar asisten Fatih menuju ruang SDM meminta data pegawai yang akan dibuatkan rekening tabungan.
Tinggal di ruangan itu Dila dan Fatih. Dila merasa canggung. Walau sudah membuang jauh perasaam tetap saja Dila canggung jika berduaan dengan Fatih.
"Dila," panggil Fatih.
"Iya," jawab Dila gugup.
"Kenapa kamu salah tingkah kalo berduaan denganku."
"Apa?" Dila kikuk. "Keliatan ya?"
"Sangat," jawab Fatih tergelak tawa.
"Aku tidak mungkin naksir kamu lagi. Kamu sudah jadi istri orang."