Jodoh Tak Pernah Salah

Part 337 ~ Cobaan



Part 337 ~ Cobaan

3Egi datang untuk melakukan hipnoterapi keempat kalinya dengan Kamil. Alhamdulilah Egi semakin baik dan ketertarikannya pada pria sudah hilang. Melihat pria tampan sudah biasa dan tak ada lagi getaran. Egi pun belajar agama sedikit demi sedikit. Egi sudah belajar sholat dan sudah hafal bacaannya.     

Egi pun meminta Clara untuk sama-sama memperbaiki diri. Wanita itu menurut dan mulai meninggalkan dunia malam. Tak lagi mabuk-mabukan ke klub malam. Mereka juga menahan diri untuk tidak minum wine.     

Kamil kembali memberikan sugesti positif pada Egi. Pria itu tak lagi abreaksi. Sikapnya lebih tenang dari sebelumnya. Egi hanya menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari Kamil. Terapi kali ini berjalan lebih cepat. Hanya butuh waktu dua jam. Kamil menyentuh Egi dan membangunkannya.     

"Bagaimana?" Kamil menatap Egi dengan perasaan bangga.     

"Lebih baik Kamil. Terima kasih telah membantu aku selama ini."     

"Tidak perlu berterima kasih. Sudah kewajibanku. Jika tidak ada keinginan kamu untuk sembuh maka tidak akan bisa sembuh. Bagaimana? Perempuan lebih menarik bukan?" Kamil bercanda memukul lengan Egi. Tak serius memukul hanya bermain-main.     

"Kamu bisa saja Kamil," jawab Egi tersipu malu. Wajahnya memerah bak kepiting rebus.     

"Aku senang jika kamu bereaksi seperti itu. Bagaimana hubunganmu dengan Clara.Kamu beruntung, perempuan itu setia mendampingimu."     

"Iya. Aku sangat bersyukur padahal dulu aku sangat membenci dia. Asal kamu tahu dia pernah memperkosaku."     

Kamil membelalak tak percaya dengan penuturan Egi.     

"Of the record ya. Bisa malu Clara," ucap Egi dengan wajah sumringah.     

"Rahasia terjamin termasuk terapi kamu." Kamil mengacungkan jempol.     

"Senang berkenalan dengan kamu."     

"Aku juga senang."     

"Baiklah Kamil aku pamit. Semoga aku tak datang lagi kesini untuk terapi dan mentalku pulih dengan baik."     

"Amin. Datanglah sesekali kesini sebagai teman bukan klien."     

"Tentu."     

Egi pergi dari tempat praktik Kamil menuju jalan pulang. Egi bersiul bahagia karena sebentar lagi bisa bertemu dengan Ira. Sudah lama Egi tidak bertemu sang tante. Ia sangat rindu.     

"Tante aku kembali,"ucap Egi bicara sendiri.     

Ketika Egi sedang mengendarai mobil. Ia mengerem mendadak karena ada seseorang yang melintas ketika menyeberang jalan. Jantung Egi mau copot takut mencelakai orang. Mata Egi membelalak ketika mengetahui siapa yang hampir dia tabrak.     

"Davi," panggil Egi lirih. Davi adalah temannya satu komunitas gay dan merupakan seorang aktor terkenal di Indonesia.     

Davi pun melihat Egi dan masuk ke mobil tanpa permisi.     

"Syukurlah Gi gue ketemu sama lo."     

"Lo kok bisa lari-lari kayak gini?"     

"Cepat jalankan mobilnya sebelum mereka menemukan gue."     

"Ada apa sebenarnya?" Egi kebingungan dengan sikap aneh Davi. Kenapa aktor papan atas seperti Davi bisa terdampar di jalanan.     

"Nanti gue cerita," kata Davi was was.     

Davi menoleh sekeliling memastikan mereka tidak mengejarnya.     

Setelah mereka pergi jauh. Egi dan Davi berhenti di sebuah kafe. Kebetulan kafe itu milik teman mereka yang juga anggota komunitas gay.     

Mereka mendapatkan tempat privasi untuk bicara.     

"Ada apa sebenarnya Davi? Kenapa aktor macam lo bisa menggembel di jalanan?"     

Davi mengambil napas dan membuangnya. Menghilangkan ketegangan yang baru saja di alaminya.     

"Kakak gue bawa gue pergi rukiyah. Dia mau menyembuhkan gue."     

"Emangnya lo kesurupan?" Reaksi Egi malah kocak terkesan memperolok Davi.     

"Keluarga gue udah tahu jika gue gay. Mereka bawa gue rukiyah biar sembuh jadi cowok normal. Gue udah dewasa enggak perlu mereka atur. Biarkan gue menjatuhkan pilihan gue."     

Egi memahami perasaan Davi karena pernah ada di posisi itu. Ketika pilihannya sebagai gay dianggap kewajaran dan ingin mendapatkan pengakuan, namun mendapatkan kecaman dan cibiran dari masyarakat. Apalagi dalam agama perbuatan gay dilaknat dan dinilai menjijikkan.     

Budaya timur tak mendukung keberadaan kaum gay dan mereka dianggap menyimpang karena penyuka sejenis. Jangan anggap orang Indonesia tidak mempunyai hak azasi pada kaum gay karena mereka berpedoman pada ajaran agama. Agama melaknat keberadaan kaum LGBT. Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan bukan adam dengan kaum adam.     

Binatang saja tak melakukan perbuatan laknat itu kenapa manusia yang memiliki akal dan pikiran melakukannya? Masa manusia yang memiliki akal kalah dengan binatang?     

"Lo kok diam aja?" Davi heran dengan sikap Egi yang tenang bukan seperti Egi yang dia kenal.     

"Gue enggak bisa mengomentarinya karena pernah ada di posisi lo."     

"Apa maksud lo?" Davi kaget hingga bangkit dari tempat duduknya.     

"Jangan bilang lo udah straight seperti Bara?" Mata Davi mendelik menatap Egi.     

Egi hanya tersenyum manis. Sikapnya lebih kalem dan tak banyak bicara seperti sebelumnya.     

"Jika Bara bisa kenapa gue enggak?"     

"Jangan bilang lo termotivasi karena Bara?"     

"Bisa dibilang begitu. Gue enggak bisa judge lo. Gue pernah di posisi lo. Ketika orang kayak lo dinasehati tidak akan mempan Davi kecuali ada keinginan dalam hati lo untuk berubah."     

"Lalu sekarang lo sudah normal gitu?" Davi mencoba meremas pangkal paha Egi namun pria itu menahan tangan Davi.     

Davi tersenyum mengejek melihat Egi.     

"Gue enggak bakal sentuh lo. Gue hanya menguji lo aja. Ternyata lo udah berubah. Gue bisa melihat kemarahan di mata lo ketika mencoba menjamah tubuh lo." Davi kembali duduk.     

Egi mengelus dada, satu cobaan bisa ditepisnya.     

"Gue gay Gi tapi gue bersih. Gue enggak pernah berhubungan. Pacaran gue hanya sebatas ciuman saja. Gue cuma pacaran sama Rizki."     

"Skandal video tiktok lo gimana?"     

"Udah redup. Untung saja si pembuat video itu hanya dengar selentingan kabar tentang gue. Kalo sampai dia punya bukti tamatlah karier gue. Enggak ada lagi produser yang kasih gue kerjaan. Karier gue sebagai aktor nomor satu bakal hancur. Manajer gue menemui si pembuat akun dan mengancamnya. Gue merasa terasingkan di keluarga gue. Apa gue bayar cewek buat nikah sama gue, agar keluarga gue berhenti rukiyah gue?" Davi meminta pendapat Egi.     

"Janganlah. Perbuatan lo menyakiti mereka. Dua kali lo bohongi. Satu masalah orientasi lo. Kedua pernikahan palsu lo."     

"Lalu gue harus gimana Egi biar keluarga gue berhenti ganggu gue dan ikut campur urusan gue?"     

"Pikirkan dengan matang."     

"Wawwww ada Egi," seseorang cowok datang masuk ke dalam ruangan privat tempat Egi dan Davi bicara.     

Laki-laki itu dengan seringai licik menatap Egi. Air liurnya menetes melihat kemolekan tubun Egi.     

"Kenapa lo bisa straight kayak Bara sich?" Tanyanya kesal seraya meremas bokong Egi. Pria itu salah satu anggota komunitas gay di klub Vegi. Pria itu sudah lama naksir pada Egi.     

"Rayyan," pekik Egi marah. Ia tak suka dilecehkan.     

Egi mencengkram kerah baju Rayyan dan memberikan bogem mental pada pria itu. Egi menghajarnya hingga babak belur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.