Jodoh Tak Pernah Salah

55. RENCANA TIA



55. RENCANA TIA

0Bara dan Dila masih beradu netra. Mereka menatap satu sama lain. Degub jantung Bara semakin kencang dan cepat. Merasa familiar dengan wanita yang telah menindihnya. Hatinya menghangat ketika melihat mata wanita itu. Entahlah, Bara seperti mengenal wanita itu namun lupa dimana. Dila menatap mata Bara dalam. Jantungnya memompa darah lebih cepat dan keras. Dila ngos-ngosan seperti orang berlari jauh. Ini bukan pertama kalinya ia dan Bara dalam posisi intim, namun suasana dan kondisinya telah berbeda. Jantung Dila berdetak lebih kencang, berpacu seperti balapan MotoGP, melaju tanpa mau berhenti karena belum menemukan garis finish. Posisi ini mengingatkan Dila saat pertama kali jatuh cinta pada seorang Aldebaran.     

Mereka masih saling menindih satu sama lain. Cukup lama Bara termenung menatap Dila. Kesadarannya kembali muncul.     

"Sampai kapan kamu menindih tubuh saya?" Tanya Bara dingin, menatap lawan bicara dengan tatapan intimidasi. Bara merasa ada yang aneh dengan dirinya. Kenapa ia tidak bisa marah ketika wanita itu menyentuh tubuhnya seperti ia marah pada Kinanti?     

"Maaf," cicit Dila bangkit dari tubuh Bara dengan perasaan entah berantah. Ada rasa getir dan nyeri menyergap hati Dila. Bagaimana Bara tidak lagi mengenalinya padahal mereka saling mencintai. Hati Dila gerimis, menyadari jika ia tak lagi memiliki tempat di hati Bara. Pria itu sudah menikah dan punya anak, itulah pemikiran Dila.     

Dila harus tahu diri. Dia yang meninggalkan, wajar saja Bara ingin move on dan melanjutkan hidupnya. Ada rasa kecewa menyelimuti batinnya. Kenapa Bara tidak mencarinya selama ini? Kenapa Bara tidak cari tahu alasannya meninggalkan? Kenapa Bara tak cari anak-anaknya? Apakah Bara sudah lupa jika mereka melakukan program bayi tabung? Apakah Bara menganggap program bayi tabung mereka gagal?     

"Seharusnya kamu tidak berlama-lama di atas tubuh pria yang lain yang bukan suami kamu," ucap Bara ketus membersihkan bajunya dari pasir pantai yang menempel.     

"Apa kata kamu?" Dila meradang tak terima ucapan Bara. Pria itu seolah menghinanya mengatakannya bukan perempuan baik-baik. Batin Dila menolak dikatakan seperti itu. Dia bukanlah wanita seperti yang dituduhkan Bara. Kata-kata pria yang telah memberikannya tiga orang anak sangat beracun bahkan racunnya lebih mematikan dari racun ular.     

"Apa kamu tuli? Seorang Aldebaran tidak akan mengulangi perkataannya lagi. Tidak ada siaran ulang. Kamu pikir ini pertandingan sepak bola?" Balas Bara lebih ketus seraya berkacak pinggang menunjukkan kesombongannya.     

"Pria sialan," maki Dila tersulut emosi. Ia menendang tulang kering Bara hingga pria itu melonjak kesakitan.     

"Dasar ular betina," geram Bara memegangi kakinya yang sakit. Tendangan wanita itu sangat kuat hingga membuatnya meresa ngilu dan nyeri.     

Dila tak peduli dengan kesakitan Bara akibat tendangannya. Dia menutup telinganya dan meninggalkan pria itu begitu saja. Sementara Bara meronta dan berteriak agar Dila bertanggung jawab atas perbuatannya. Dila masa     

Dari jauh Tia dan Daniel menyaksikan Bara dan Dila yang saling tindih. Tanpa mereka ketahui keduanya mengikuti sejak tadi. Mata Daniel dan Tia membola ketika melihat pertengkaran keduanya.     

"Siapa wanita itu?" Tanya Daniel menatap Tia. Tumben-tumbenan sang bos bisa dekat dengan orang asing.     

"Mana gue tahu." Tia mengangkat bahu seolah tak tahu apa-apa.     

"Gue enggak yakin lo enggak tahu. Apa pun tentang Pak Bara lo udah tahu duluan. Pak Bara belum ngomong lo udah tahu duluan kemauan beliau," cecar Daniel menaruh rasa curiga.     

"Terserah deh," ucap Tia meninggalkan Daniel. Jangan sampai Daniel tahu apa rencananya. Namun tiba-tiba ia berpapasan dengan sang atasan.     

"Pak Bara." Tia menutup mulutnya dengan tangannya. Berakting seolah-olah kaget melihat Bara basah-basahan dan pakaiannya penuh dengan pasir.     

"Kok Bapak basah dan kotor gini?"     

"Enggak usah banyak tanya," jawab Bara ketus. "Kamu darimana malam-malam keluyuran sendirian disini? Mana Daniel?"     

"Hadir Pak." Daniel tiba-tiba muncul seraya mengabsen dirinya pada sang atasan.     

"Yuk balik kamar," ajak Bara pada kedua anak buahnya. Bara dan Daniel satu kamar sementara Tia berada di kamar sebelahnya.     

Tia menuliskan pesan untuk Daniel tak lama kemudian pesan itu sampai.     

Tia : Jangan bilang sama Pak Bara jika kita ikuti beliau. Ini rahasia kita berdua Daniel.     

Daniel : Ada apa sih sebenarnya?     

Tia : Gue belum bisa cerita sama lo.     

Daniel : Kenapa belum?     

Tia : Belum saatnya Daniel. Gue mohon lo tutup mulut. Ada saatnya gue cerita sama lo.     

Daniel : Janji?     

Tia : Janji. Dah dulu gue mau mandi dan tidur.     

Daniel : Good night istri masa depan.     

Tia : Jangan menggombal. ( Tia membaca sampai tersipu malu)     

Daniel : Gue serius Tia. ( Daniel kesal sendiri Tia enggak peka dengan perasaannya).     

Tak ada balasan lagi Tia. Daniel merungut kesal. Lagi-lagi usahanya gagalnya buat mendekati Tia.     

"Kenapa wajah kamu kayak orang kalah judi gitu?" Tanya Bara setelah selesai mandi. Pria itu sudah menggunakan pakaian tidur dan sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.     

"Gagal lagi pedekate sama Tia?" Bara menebak.     

"Begitulah Pak." Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal dan merasa malu dengan atasannya.     

"Payah kamu Niel. Kamu emang boleh pintar dan berprestasi di kantor di usia kamu yang masih muda, tapi urusan cinta kamu nol besar." Ledek Bara duduk di atas sofa.     

"Duh Bapak bisa banget kalo meledek saya." Daniel senyum-senyum sendiri mengingat sang bos yang masih sendiri pasca berpisah dari sang istri. Daniel dan Bara sangat dekat sehingga pria itu berani sesekali meledek sang CEO.     

"Kasus saya dan kamu beda Daniel. Saya belum bisa mencari pengganti karena ingatan saya belum pulih. Saya tidak percaya begitu saja dengan ucapan Dian mau pun papa. Ada kebohongan dalam ucapan mereka. Jika saya sudah mengetahui kebenaran dibalik perpisahan dengan istri pasti akan menikah lagi."     

"Bapak setia banget. Jarang di zaman sekarang ada CEO yang setia seperti Bapak. Biasanya CEO itu..."     

"CEO itu angkuh dan suka main perempuan." Bara memotong ucapan Daniel.     

"Nah itu Bapak tahu." Daniel tergelak tawa.     

"Kamu." Bara malah menjitak kepala Daniel.     

"Bapak sakit." Daniel memprotes tindakan Bara.     

"Pasal satu bos selalu benar. Pasal dua, jika bos salah kembali ke pasal satu." Bara mengerjai Daniel.     

"Ya Pak saya tahu diri." Daniel mencibirkan bibirnya.     

"Kok bisa basah-basahan sih Pak?" Jiwa Daniel kepo dan ingin tahu apa yang terjadi dengan sang bos.     

"Saya mau berendam di tengah laut perempuan itu, istrinya Dino mengira saya bakal bunuh diri. Dia sok-sokan menyelamatkan saya malah bikin saya tenggelam."     

Daniel tak dapat menghentikan tawanya. Pria itu tertawa terpingkal-pingkal. Daniel tahu kebiasaan Bara jika sang bos suka berendam di tengah laut pada malam hari karena air laut sangat hangat. Ini merupakan terapi buat Bara, menenangkan jiwanya yang sepi.     

******     

Cuap-cuap author     

Maaf ya para pembaca setia JTPS. Novel ini sudah tidak update sejak tanggal 3 Desember 2020. Maaf sudah seminggu berlalu baru bisa update. Terima kasih kalian masih setia menunggu cerita ini. Mungkin aku akan bercerita kenapa aku bisa ga update dalam waktu seminggu ini. Hari kamis tanggal 3 aku habis sholat subuh jatuh di kamar mandi dengan posisi duduk dan bunyi krekkkkk… Itu pinggang aku sakit sekali ketika jatuh dan tubuh memar semua karena menahan kepala agar tidak terbentur.     

Aku berusaha bangun dari kamar mandi meski pinggang encok. Aku minta olesin minyak pijit sama suami biar sakitnya ilang. Suami mijitin biar enggak sakit lagi. Hari kamis itu aku emang gak masuk kantor karena sudah ijin sebelumnya. Anakku yang paling besar sakit diare dan demam sejak hari Minggu. Aku mau fokus rawat anak yang lagi sakit. Aku juga minta pijit sama tukang pijit langganan aku biar badan lebih enakan. Ternyata sore sakitnya semakin menjadi dan makin sakit. Tubuh aku ngilu dan nyeri, tiba-tiba demam, menggigil. Mendadak aku diare. Sekali lima menit harus ke kamar mandi dan yang dikeluarin itu cuma air. Mendadak pinggang ke bawah enggak bisa digerakin dan kaku. Buat jalan aja aku harus dibantu suami ke kamar mandi. Kondisi aku semakin enggak memungkinkan. Nangis tiap mau jalan. Akhirnya suami ambil keputusan buat bawa ke UGD.     

Duh perjuangan buat ke UGD luar biasa. Masa pandemi banyak banget aturannya. Aku dan suami sabar aja. Ampe kami dapat giliran di periksa. Dokter umum periksa aku dan tanyakan keluhan. Aku jawab apa yang aku rasakan. Terus aku disuruh rontgen buat liat ada tulang yang retak atau apa ketika jatuh tadi. Aku ikuti prosedurnya dan hasilnya langsung keluar. Dokter membacakan, tulang ekor aku enggak retak atau apa, cuma ada syaraf terjepit akibat jatuh, tulang belakang aku mengalami cedera sehingga aku mengalami cedera punggung dan merasakan nyeri, sakit dan ngilu yang luar biasa. Dokter suruh rawat karena aku mengalami diare sekali lima menit, takut mereka aku mengalami infeksi usus akibat jatuh. Terpaksa aku harus dirawat dengan perasaaan emosional. Aku enggak mau dirawat karena anak-anak bakal rewel. Anakku ada dua orang. Satu umurnya 2,5 tahun, satu lagi umurnya 5 bulan dan ASI pula. Drama pun dimulai karena aku dirawat. Kedua anakku rewel karena bundanya enggak ada dirumah. Aku minta pulang lebih cepat karena anak-anak enggak bisa lagi jauh dari bundanya. Seninnya aku pulang paksa dari rumah sakit meski kondisiku belum fit banget.     

Sekarang aku masih dalam masa pemulihan. Aku belum bisa update banyak seperti author lainnya. Mungkin pembaca JTPS yang lama tahu betapa leletnya novel ini aku update dulunya. Baru kencang ketika pertengahan tahun ini. Biar kalian enggak nodong aku update banyak aku harus ceritakan kondisi aku yang sebenarnya. Aku ibu dua orang anak dan seorang pegawai bank. Aku kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Buat update dari kantor aku itu curi-curi waktu istirahat. Kalo frontliner bank enggak boleh pegang hp. Aku nulis full ketika udah dirumah dan anak-anak sudah tidur. Sambil menyusui yang kecil kadang aku ngetik novel ini. Curi-curi waktu pokoknya. Makanya dengan waktu yang terbatas novel aku yang satunya lagi Doctor Couple : Pernikahan Sang Dokter Cinta updatenya lelet sangat.     

Dari bulan November kerjaan aku udah numpuk buat kejar target akhir tahun. Sampai ahir tahun ritme kerja tinggi dan banyak kerjaan. Biasanya pulang jam 5 sore molor sampai jam 8 malam. Sampai rumah aku mandi, makan, momong anak, siapin makanan suami dan baru tidur jam 12 malam, anak-anak mau main dulu karena bundanya pulang malam. Aku bikin jadwal buat nulis jam 4 pagi. Makanya aku bisa update pagi beberapa minggu belakangan ini. Jadi nulis itu benar-benar atur waktu dengan baik antara kerjaan, urus anak dan suami. Yang punya anak masih kecil-kecil pasti tahulah drama aku ngurus anak yang masih 2,5 tahun dan 5 bulan. Inilah dibalik layar perjuanganku menulis kisah Bara dan Dila.     

Menulis adalah hobiku, makanya meski sibuk aku usahakan terus menulis. Aku enggak menyangka jika JTPS sangat dicintai pembaca karena genre sendiri awalnya LGBT. Tapi aku terharu dengan kalian yang mengapresiasi aku dengan begitu tinggi dengan membaca cerita ini menggunakan koin, membeli hak istimewa dari tier rendah sampai tier tinggi. Semoga rejeki kalian dimudahkan dan dilancarkan. Maaf aku belum bisa jadi penulis full time karena kerjaan utama aku sebagai pegawai bank. Jujur saja aku ingin menjadi penulis full time agar bisa update lebih banyak untuk kalian. Dukung dan support aku dengan membaca cerita ini dengan menggunakan koin agar penghasilan menulisku bisa lebih besar dari penghasilan utama. Aku akan membalas kalian dengan memberikan cerita yang lebih bagus dan update yang lebih banyak. Mungkin bagi kalian 2 koin itu per bab tidak seberapa, tapi bagi aku sangat berarti.     

Sekian dari aku semoga kalian mengerti kenapa aku updatenya ga nentu. Semoga kita semua diberi kesehatan. Aku masih dalam PEMULIHAN. Aku usahakan update karena enggak enak sama kalian yang telah rela membeli koin untuk baca cerita ini terutama pembaca yang membeli hak istimewa tier paling tinggi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.