35. I SEE YOU
35. I SEE YOU
Mata Dila berkaca-kaca melihat gelak tawa dari ketiga anaknya. Dino sangat pintar memainkan peran sebagai ayah triplets. Pikiran Dila berkelana. Seandainya tak ada ancaman dari Iqbal mungkin sampai hari ini mereka masih bersama. Bukan Dino yang akan bercanda tawa dengan triplets tapi Bara.
Dila akan selalu cengeng ketika mengingat Bara. Betapa takdir tak pernah berpihak padanya. Bertahun-tahun menunggu kepulangan Fatih dari Mesir namun pada akhirnya ia malah dijodohkan dengan Bara.
Dila menerima pil pahit ketika mengetahui suaminya seorang gay dan bahkan kekasih pria itu hadir ke pesta pernikahan mereka. Dila melepaskan segalanya, namun Bara datang mencoba menggenggam cintanya. Dila memberikan Bara kesempatan kedua dan membantunya untuk kembali ke kodrat. Cinta datang tanpa diundang. Dila pun jatuh cinta pada Bara dan ingin melanjutkan pernikahan mereka hingga akhir hayat mereka.
Ujian kembali diterima Dila ketika rahasia besar Bara terbongkar. Keluarga besarnya mengetahui suaminya mantan gay. Berbagai macam usaha dilakukan Defri dan Iqbal untuk memisahkan mereka.
"Tinggalkan Bara! Jika kamu tidak meninggalkan pria itu makan jangan salahkan aku membongkar semua kejahatan dia di masa lalu. Pria itu akan masuk penjara dengan serentetan pembunuhan yang telah dia lakukan. Dian juga akan masuk dalam lingkaran setan ini. Jika kamu keras kepala maka aku akan melaksanakan ancamanku. Pada akhirnya kamu tak akan bisa bersama dengan Bara," ucap Iqbal suatu ketika.
Dila melangkah mundur. Ia menggigil dan gemetar. Demi apa pun ia tak bisa membiarkan suaminya dalam penjara. Ancaman hukuman untuk pembunuhan berencana sangat berat. Jika Iqbal melakukannya maka Bara bisa di penjara seumur hidup. Ia tak akan membiarkan semua itu terjadi.
"Apa pilihan kamu Dil?" Iqbal menatap sinis.
"Aku tak menyangka kakakku sendiri menjadi duri dalam rumah tanggaku." Dila menyeka air mata yang menetes di pipinya.
"Aku akan meninggalkan Bara. Aku melakukannya bukan demi harga diri keluarga kita tapi karena aku tak ingin suami dalam penjara."
"Apa lebihnya pria itu? Mantan gay? Tak ada yang baik bisa diambil dari Bara." Iqbal malah melecehkan Bara. Dila semakin sakit hati.
"Setidaknya dia tak seburuk kamu yang tega memutuskan hubungan suami istri. Percayalah apa yang kamu lakukan padaku akan berbalik padamu. Kau membuat aku meninggalkan suamiku. Bara kehilangan aku. Suatu hari takdir akan membawa kamu merasakan apa yang dirasakan Bara. Kamu membuat aku meninggalkan suamiku. Kelak istri-istrimu yang akan meninggalkan kamu," ucap Dila tajam berusaha tegar. Tak lagi menaruh rasa hormat pada Iqbal. Tak lagi memanggilnya dengan sebutan uda.
Iqbal tertawa mengejek, "Kamu menyumpahiku Dil?"
"Aku bukan menyumpahi kamu tapi ini doa seorang istri yang kamu sakiti. Doa seorang istri yang kamu paksa meninggalkan suaminya. Bukankah doa orang teraniaya didengar Tuhan? Dosa kalian terlalu banyak telah memisahkan suami istri yang saling mencintai yang mencoba meraih ridho Tuhan dalam pernikahan mereka." Dila membuang muka. Lalu melangkahkan kaki meninggalkan Iqbal.
"Tunggu Dil." Pekik Iqbal menghentikan langkah Dila.
Dila menoleh ke belakang dengan tatapan marah dan benci.
"Aku akan mengatur bagaimana kamu akan pergi dan akan kemana." Iqbal berusaha tersenyum menyembunyikan ketakutannya. Iqbal takut doa Dila terkabul. Dila tak menggubris, meninggalkan Iqbal begitu saja.
Dila mengerem mobil mendadak ketika hampir menabrak seseorang. Gara-gara melamun ia tak melihat jalan. Mata Dila membelalak ketika melihat sosok Bara melintas di depannya, namun pria itu tak melihatnya. Dila melongo dan kaget melihat suaminya ada di negara ini. Kenangan bersama Bara kembali meracuni pikirannya. Ia ingin berlari menggenggam Bara namun ia urungkan. Ada Dino dan anak-anak. Suara klakson mobil memekakkan telinga. Pengemudi di belakang mengomel dan memaki Dila karena mobilnya tak jalan.
"Ama," panggil Dino mengingatkan.
"Maaf Baba," ucap Dila menancap gas lalu membelah jalanan Kuala Lumpur.
"Ada apa dengan kamu?" Tanya Dino ketika mereka sudah sampai di rumah. Anak-anak sedang bermain di taman belakang.
"Tidak apa-apa Dino," jawab Dila gugup.
"Jika tidak apa-apa kenapa ekspresi kamu seperti itu?" Tanya Dino penuh selidik.
"Tidak apa-apa. Aku hanya lelah saja. Lelah mengurus anak-anak," kilah Dila meninggalkan Dino.
"Aku belum selesai bicara Dil? Kenapa kamu pergi aja?"
Dila berbalik pada Dino. Memasang senyum palsu lalu bertanya, "Mau bicara apa No?"
"Jika kamu lelah mengurus anak-anak biarkan mereka dengan pengasuh. Lain kali jangan melamun ketika menyetir. Kamu bisa membahayakan anak-anak."
"Maafkan aku," ucap Dila penuh penyesalan. Satu hal yang diinginkan Dila saat ini bisa menjauh dari Dino. Takut pria itu akan menginterogasinya kenapa melamun ketika menyetir. Dino pria sangat teliti. Mencermati sesuatu dengan amat mendetail.
"Kali ini aku maafkan Dil. Lain kali jika kamu melamun ketika membawa mobil aku tak akan pernah mengizinkan kamu menyetir mobil."
Dila meletakkan tangan di samping kepalanya seperti hormat bendera.
"Baik Pak bos. Siap laksanakan," ucap Dila tergelak tawa berusaha menggoda Dino agar tidak marah lagi.
"Kembalilah ke kamar dan istirahat." Dino menepuk pundak Dila.
Dila pergi dari hadapan Dino. Pria itu merebahkan diri di sofa. Ia benar-benar lelah dan butuh istirahat. Dino bukannya tak tahu apa yang Dila lamunkan. Tiga tahun terakhir ini ia tahu siapa yang ada dalam hati Dila. Bagaimana pun Dila berusaha menyembunyikan perasaannya dan membunuh rasa dalam hatinya namun hatinya masih dimiliki Bara.
Dino memicingkan mata. Beristirahat sejenak sebelum anak-anak menodongnya untuk pergi jalan-jalan. Dino salah telah mengucapkan janji. Pria itu berjanji mengajak anak-anak main ke mall jika sudah pulang dari kota Kuching. Anak-anak langsung menagih janjinya. Mau tidak mau Dino harus menuruti keinginan keempat anak itu. Jika Dino tidak menepati janji maka harus siap-siap melihat tangisan dan kebarbaran mereka. Salsa paling barbar ketika ia tak menepati janji. Anak itu akan tantrum dan guling-guling di lantai jika keinginannya tidak dipenuhi.
"Baba bangun?" Hanin menggoncang tubuh Dino.
Pria itu kaget dan bangkit melihat Hanin ketika membuka mata.
"Ada apa Hanin?" Dino memegang kedua pipi Hanin.
"Siapa Bara Baba?" Tanya Hanin polos. Diam-diam Hanin pernah melihat Dila memegang foto Bara dan menangisi pria itu.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu nak?" Dino tak jadi mengantuk dan ingin mendengarkan cerita putrinya.
*****
Maaf ya para pembaca setia JTPS. Novel ini sudah tidak update sejak tanggal 3 Desember 2020. Maaf sudah seminggu berlalu baru bisa update. Terima kasih kalian masih setia menunggu cerita ini. Mungkin aku akan bercerita kenapa aku bisa ga update dalam waktu seminggu ini. Hari kamis tanggal 3 aku habis sholat subuh jatuh di kamar mandi dengan posisi duduk dan bunyi krekkkkk… Itu pinggang aku sakit sekali ketika jatuh dan tubuh memar semua karena menahan kepala agar tidak terbentur.
Aku berusaha bangun dari kamar mandi meski pinggang encok. Aku minta olesin minyak pijit sama suami biar sakitnya ilang. Suami mijitin biar enggak sakit lagi. Hari kamis itu aku emang gak masuk kantor karena sudah ijin sebelumnya. Anakku yang paling besar sakit diare dan demam sejak hari Minggu. Aku mau fokus rawat anak yang lagi sakit. Aku juga minta pijit sama tukang pijit langganan aku biar badan lebih enakan. Ternyata sore sakitnya semakin menjadi dan makin sakit. Tubuh aku ngilu dan nyeri, tiba-tiba demam, menggigil. Mendadak aku diare. Sekali lima menit harus ke kamar mandi dan yang dikeluarin itu cuma air. Mendadak pinggang ke bawah enggak bisa digerakin dan kaku. Buat jalan aja aku harus dibantu suami ke kamar mandi. Kondisi aku semakin enggak memungkinkan. Nangis tiap mau jalan. Akhirnya suami ambil keputusan buat bawa ke UGD.
Duh perjuangan buat ke UGD luar biasa. Masa pandemi banyak banget aturannya. Aku dan suami sabar aja. Ampe kami dapat giliran di periksa. Dokter umum periksa aku dan tanyakan keluhan. Aku jawab apa yang aku rasakan. Terus aku disuruh rontgen buat liat ada tulang yang retak atau apa ketika jatuh tadi. Aku ikuti prosedurnya dan hasilnya langsung keluar. Dokter membacakan, tulang ekor aku enggak retak atau apa, cuma ada syaraf terjepit akibat jatuh, tulang belakang aku mengalami cedera sehingga aku mengalami cedera punggung dan merasakan nyeri, sakit dan ngilu yang luar biasa. Dokter suruh rawat karena aku mengalami diare sekali lima menit, takut mereka aku mengalami infeksi usus akibat jatuh. Terpaksa aku harus dirawat dengan perasaaan emosional. Aku enggak mau dirawat karena anak-anak bakal rewel. Anakku ada dua orang. Satu umurnya 2,5 tahun, satu lagi umurnya 5 bulan dan ASI pula. Drama pun dimulai karena aku dirawat. Kedua anakku rewel karena bundanya enggak ada dirumah. Aku minta pulang lebih cepat karena anak-anak enggak bisa lagi jauh dari bundanya. Seninnya aku pulang paksa dari rumah sakit meski kondisiku belum fit banget.
Sekarang aku masih dalam masa pemulihan. Aku belum bisa update banyak seperti author lainnya. Mungkin pembaca JTPS yang lama tahu betapa leletnya novel ini aku update dulunya. Baru kencang ketika pertengahan tahun ini. Biar kalian enggak nodong aku update banyak aku harus ceritakan kondisi aku yang sebenarnya. Aku ibu dua orang anak dan seorang pegawai bank. Aku kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Buat update dari kantor aku itu curi-curi waktu istirahat. Kalo frontliner bank enggak boleh pegang hp. Aku nulis full ketika udah dirumah dan anak-anak sudah tidur. Sambil menyusui yang kecil kadang aku ngetik novel ini. Curi-curi waktu pokoknya. Makanya dengan waktu yang terbatas novel aku yang satunya lagi Doctor Couple : Pernikahan Sang Dokter Cinta updatenya lelet sangat.
Dari bulan November kerjaan aku udah numpuk buat kejar target akhir tahun. Sampai ahir tahun ritme kerja tinggi dan banyak kerjaan. Biasanya pulang jam 5 sore molor sampai jam 8 malam. Sampai rumah aku mandi, makan, momong anak, siapin makanan suami dan baru tidur jam 12 malam, anak-anak mau main dulu karena bundanya pulang malam. Aku bikin jadwal buat nulis jam 4 pagi. Makanya aku bisa update pagi beberapa minggu belakangan ini. Jadi nulis itu benar-benar atur waktu dengan baik antara kerjaan, urus anak dan suami. Yang punya anak masih kecil-kecil pasti tahulah drama aku ngurus anak yang masih 2,5 tahun dan 5 bulan. Inilah dibalik layar perjuanganku menulis kisah Bara dan Dila.
Menulis adalah hobiku, makanya meski sibuk aku usahakan terus menulis. Aku enggak menyangka jika JTPS sangat dicintai pembaca karena genre sendiri awalnya LGBT. Tapi aku terharu dengan kalian yang mengapresiasi aku dengan begitu tinggi dengan membaca cerita ini menggunakan koin, membeli hak istimewa dari tier rendah sampai tier tinggi. Semoga rejeki kalian dimudahkan dan dilancarkan. Maaf aku belum bisa jadi penulis full time karena kerjaan utama aku sebagai pegawai bank. Jujur saja aku ingin menjadi penulis full time agar bisa update lebih banyak untuk kalian. Dukung dan support aku dengan membaca cerita ini dengan menggunakan koin agar penghasilan menulisku bisa lebih besar dari penghasilan utama. Aku akan membalas kalian dengan memberikan cerita yang lebih bagus dan update yang lebih banyak. Mungkin bagi kalian 2 koin itu per bab tidak seberapa, tapi bagi aku sangat berarti.
Sekian dari aku semoga kalian mengerti kenapa aku updatenya ga nentu. Semoga kita semua diberi kesehatan.