Part 150 ~ Penyangkalan Bara
Part 150 ~ Penyangkalan Bara
"Lantas?" Dila melengos dan semakin dongkol dengan sikap Bara yang sengaja mengalihkan pembicaraan tanpa menjelaskan alasan kenapa ia besikukuh mempertahankan pernikahan mereka.
"Ayo kesana!" ajak Bara menarik tangan Dila menuju taman bermain.
"Tidak mau!"
"Temani aku bermain sayang. Sekali saja. Kita naik roller coaster."
"Tidak mau," tolak Dila dengan tegas. Ia bergeming ketika Bara menarik tangannya.
Dengan usil Bara merebut smartphone Dila dan menyimpan dalam saku jas yang ia kenakan.
"Jika tidak mau temani , aku tidak akan antar pulang. Handphone kamu sudah aku sita dan kamu tidak bisa menghubungi bule laknat itu minta jemput."
"Kau...." Cebik Dila kesal. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Lama-lama bersama Bara bisa-bisa ia tensi tinggi karena sering marah.
"Temani aku sekali ini saja," rayu Bara mengedipkan mata membuat Dila jijik.
"Tidak mau ya tidak mau!" Bentak Dila.
"Ya sudah kalau begitu," kata Bara tersenyum manis melihar kumpulan preman mengganggu wanita yang berjalan sendirian. Ia berbalik ke belakang menatap Dila.
"Jika kamu tidak mau ikut tidak jamin kamu bakal selamat. Lihat di belakang sana ada preman yang mengganggu perempuan yang sendirian jalan. Aku tak jamin mereka tidak mengganggu kamu jika tak ikut denganku."
Dila menoleh ke belakang, ia melihat beberapa orang preman mengganggu seorang wanita bule yang berjalan sendirian. Dila bergidik ngeri, mau tidak mau ia ikut naik roller coaster bersama Bara.
"Keputusan yang tepat sayang," kata Bara tersenyum evil.
Dila mengerutkan bibirnya kesal. Ia merunduk memandangi kakinya. Ia kesal tak punya pilihan.
"Jangan merunduk sayang. Lihat ke depan nanti kamu jatuh. Apa kamu malu melihat wajah tampan suamimu? Atau aku terlalu tampan jadi kamu tak kuasa melihat ketampananku?" tanya Bara narsis dan sok kepedean.
"Tampan dari Hongkong. Kamu tidak ada apa-apanya dengan Lee Min Ho."
"Tentu saja berbeda. Lee Min Ho oplas makanya ganteng sementara aku ganteng alami dari orok," kata Bara mengumbar senyum evil.
Dila ingin sekali merobek mulut Bara karena kenarsisannya. Pedenya sangat tinggi dan merasa paling tampan sedunia.
"Ayuk sayang naik," ajak Bara memberikan tangannya untuk Dila genggam, namun lagi-lagi sang istri menepis tangannya. Batal dech romantisnya….
Saat akan menaiki roller coaster, Dila berbalik.
"Kenapa?" tanya Bara kebingungan.
Dila mengulum bibirnya,"Aku tidak berani naik itu."
Bara tak dapat menahan tawanya. Ia tertawa terpingkal-pingkal. Ternyata Dila takut naik roller coaster. Dila benar- benar semakin menggemaskan di mata Bara ingin sekali menciumnya, tapi Bara menepis pikiran mesumnya.
Bara mengelus puncak kepala Dila seraya tersenyum. Bara baru tahu jika Dila takut naik wahana permainan yang berbau ketinggian.
Bara mengulurkan tangannya menanti sambutan dari Dila. Bara sabar menunggu, membujuk dan meyakinkan Dila jika tidak akan terjadi apa-apa. Dila mengangkat wajahnya, mencari penguatan dari wajah Bara. Lama-lama Dila luluh dengan bujukan Bara, ia menyambut tangan Bara dan mereka menaiki roller coaster. Harapan Dila semoga waktu cepat berlalu dan ia segera turun dari wahana ketinggian ini dan pulang ke rumah Mira.
Hanya naik roller coaster Dila. Tidak akan apa-apa. Kamu harus melawan ketakutan kamu akan ketinggian. Semangat Dila. Semangat! Dila menyoraki diri sendiri dalam hati agar tidak takut dan menggenggam tangan Bara dengan erat.
Bara dan Dila bergandengan tangan. Bara tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Ingin waktu segera berhenti agar kemesraan ini tidak cepat berlalu. Ingin selamanya Dila memegang tangannya dengan erat. Mereka menjajal roller coaster, walau Dila sempat ketakutan saat berada di ketinggian dan berteriak tidak jelas namun mereka menikmati wahana ini. Bara malah ingin naik ini terus, karena selama di atas Dila berteriak ketakutan seraya memeluknya dengan erat. Dila bahkan tak canggung menenggelamkan kepalanya di dada bidang Bara.
Bara memanfaatkan kesempatan mengelus rambut dan membelai punggung Dila memberi kekuatan. Mereka menikmati sensasi jeritan dan tawa dalam wahana yang mereka naiki. Lama kelamaan Dila menikmati naik roller coaster, tak ada ketakutan seperti saat naik tadi. Tanpa ia sadari menyunggingkan senyum pada Bara dan mereka beradu netra. Dila jadi salah tingkah karena terus memandangi wajah Bara.
Sejak kapan dia terlihat tampan? Apa mataku sudah rabun? Kenapa dia sangat tampan ketika tersenyum?" Rutuk Dila dalam hati.
"Ada apa Dila? Kenapa kamu menatap aku seperti itu?"
"Ada nyamuk di wajahmu," kata Dila sekenanya. Ia menampar pipi Bara dengan alasan memukul nyamuk.
Plak....tangan kanan Dila mendarat di pipi kanan Bara. Sontak pria itu berteriak kesakitan karena pukulan Dila bukan untuk mengusir nyamuk tapi menamparnya untuk melepaskan kekesalan.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Dila pura-pura khawatir padahal ia tahu jika tamparannya sangat keras dan menyakiti Bara.
"Perih dan sakit," kata Bara manja mendekatkan pipinya pada Dila.
"Butuh belaian biar sakitnya hilang," lanjutnya lagi.
"Kamu jangan cari kesempatan Bara." Gigi Dila bergemeletuk menahan sebal.
"Aku tidak cari kesempatan Dila. Ini benar-benar sakit sepertinya kamu tidak memukul nyamuk tapi menamparku."
"Kamu jangan asal menuduhku."
"Aku tidak menuduh, tapi merasa kamu sedang melepaskan sakit hati."
Roller coaster berhenti dan mereka segera turun. Dila tak menyangka bisa menaiki roller coaster sampai permainan terhenti. Ibarat keajaiban dunia, ketakutannya akan ketinggian bisa hilang. Ia begitu menikmati malam ini. Melihat jutaan bintang dari atas. Langit begitu cerah, bulan seakan malu-malu menunjukkan dirinya pada kegelapan malam.
Hati Bara berbunga-bunga. Malam ini ia sangat bahagia. Kedatangannya ke Australia sangat tepat. Tanpa sengaja ia menemukan Dila, mereka berdansa bersama hingga memenangkan lomba dan bermain wahana berdua. Tak ada yang lebih membahagiakan Bara malam ini kecuali kebersamaannya dengan Dila.
Andai waktu bisa ia hentikan, Ia akan menghentikan waktu agar moment mereka bersama bisa dilalui lebih lama. Bara menggandeng tangan Dila menuju mobil. Saat mereka berjalan beberapa preman menggoda Dila. Bara pasang badan melindungi sang istri. Dila bersembunyi dibalik punggung Bara takut di lecehkan.
"Kau mau pulang ke hotel bersamaku atau bagaimana?" tanya Bara ketika mereka di mobil.
"Antar aku ke rumah sahabatku."
"Siapa sahabatmu?"
"Namanya Almira biasa dipanggil Mira. Dia tetanggaku dan kami bersahabat. Aku, Mira dan Fatih bersahabat waktu kecil. Kami selalu pergi sekolah dan belajar bersama."
Bara menahan sebal dan cemburu ketika Dila menyebut nama Fatih. Bara menambah kecepatannya karena terbakar cemburu.
"Bara pelan bawa mobilnya," pekik Dila ketakutan. Bara sudah kembali ke sifat asli. Gampang emosian dan pemarah.
"Jangan pernah menyebut nama Fatih di depanku," kata Bara memukul setir mobil.