Jodoh Tak Pernah Salah

Part 130 ~ Pertemuan Tak Terduga ( 1 )



Part 130 ~ Pertemuan Tak Terduga ( 1 )

1Dila bernafas lega karena sudah selesai mengurus visa di kedubes Australia. Ia bisa pergi jauh tanpa diketahui oleh keluarganya ataupun Bara. Selama seminggu ini Dila berada di Jakarta untuk mengurus visa keberangkatannya ke Australia. Kebetulan sahabat kecilnya Almira alias Mira mengundangnya dalam pesta pembukaan cabang baru restoran suaminya. Dila menggunakan kesempatan itu untuk menenangkan diri dari permasalahan yang menderanya.     

Pagi itu setelah semalam Bara mengerjainya, Dila memutuskan pergi usai salat subuh. Saat orang satu rumah masih terlelap ia berangkat. Ia tak langsung terbang dari Padang menuju Jakarta, tapi Dila naik travel menuju kota Pekanbaru. Dari Pekanbaru Dila bertolak ke Jakarta. Selama itu Dila menonaktifkan nomor ponselnya. Dila mempunyai dua nomor. Satu lagi nomor handphonenya hanya diketahui oleh orang-orang terdekat seperti Naura, Almira dan Anda.     

Selama menghilang Dila hanya berkomunikasi dengan tiga orang tersebut. Ia telah meminta ketiganya tutup mulut tentang kepergiannya. Dila bahkan memohon kepada Naura untuk tidak menceritakan pada Dian ataupun Bara kemana ia pergi. Naura pun mengikuti permintaan Dila.     

Memang sudah berulang kali Dian menanyakan keberadaan Dila padanya, namun Naura berdalih tidak bisa menghubungi Dila karena nomor ponselnya tidak aktif sama sekali. Naura pun tidak menggunakan nomor ponsel yang biasa ia gunakan untuk teleponan karena takut disadap oleh Bara. Ia tahu Bara akan melakukan segala cara untuk menemukan Dila, tidak menutup kemungkinan jika Bara akan menyadap ponselnya jika sewaktu-waktu Dila menghubunginya.     

Dila selalu menggunakan masker kemanapun dia pergi. Ia sengaja melakukannya agar tidak ada orang yang mengenalinya. Selepas pulang dari Kedubes Australia Dila memutuskan pergi ke bank MBC cabang terdekat. Ia akan menarik uang dan menukarkan dollar Australia. Dila tidak banyak membawa uang cash ketika pergi makanya ia mengambil uang dalam jumlah yang besar lalu menukarkan dollar.     

Dila berencana akan tinggal di Australia selama tiga bulan. Semoga dalam waktu tiga bulan ia dapat menenangkan pikiran dan melupakan semua masalahnya. Dila tak habis pikir jika hidupnya akan seperti ini, terjebak pernikahan dengan Bara. Menjadi istri Bara merupakan kutukan untuknya. Antrian bank MBC cabang Matraman sangat ramai. Untung saja Dila mengenal teman-temannya yang ada di cabang Matraman sehingga ia mendapat kemudahan untuk menarik dan menukarkan dollar. Dila tidak perlu antir dan menunggu lama. Dila mendapatkan pelayanan layaknya nasabah prima.     

Ketika keluar dari bank MBC Cabang Matraman tanpa sengaja ia menabrak seseorang hingga ia jatuh. Dila kesakitan ketika pantatnya menyentuh lantai.     

"Maaf, aku tidak melihat," kata pria yang ditabrak Dila.     

Dila tidak memperhatikan pria yang ditabraknya. Dila menggunakan masker sehingga lelaki itu tidak melihat wajahnya. Ketika Dila bangkit, ia kaget bibirnya gemetar. Dila menatap wajah sang lelaki.     

Lelaki itu langsung mengenal Dila dari matanya. Mata perempuan yang selalu ia mimpikan siang dan malam.     

"Dila."     

"Abang Fatih."     

Mata Fatih mengerjap karena mengenal suara yang memanggilnya. Refleks Fatih membuka masker yang dikenakan Dila.     

Dila tidak percaya dan tak menyangka akan bertemu dengan Fatih. Setelah bertahun- tahun tidak bertemu mereka akhirnay di pertemukan disini.     

Sepulangnya dari Mesir Fatih tidak langsung pulang ke Padang karena ada beberapa urusan di Jakarta. Ia mengisi kuliah umum di berbagai universitas serta mendapat undangan mengisi kajian.     

Jangan tanya perasaan keduanya. Mereka sudah bertahun-tahun memendam kerinduan. Dari mata menyiratkan kerinduan yang dalam dan rasa itu masih ada. Masih ada cinta untuk mereka walau sekarang sudah ada jurang pemisah di antara keduanya. Mereka berdua salling menatap tanpa berkata.     

Fatih semakin tampan dan berkarisma. Dila semakin dewasa tak nampak seperti gadis remaja yang pernah ditemuinya. Dila menyeka air matanya. Malu menangis di tempat umum. Melihat Fatih seperti angin penyejuk untuknya. Keduanya menangis haru tak menyangka akan bertemu tanpa sengaja. Fatih pun sudah berjanji tidak akan menemui Dila ketika di Padang. Sadar diri jika sang pujaan hati sudah menjadi istri orang lain, apalagi suami Dila seorang pejabat daerah. Untuk bersaing pun Fatih minder.     

Mereka menatap dalam diam sehingga satpam bank menegur mereka karena menghambat nasabah lain keluar masuk.     

"Maafkan kami," kata Dila tersadar.     

"Dila bisa kita bicara?" tanya Fatih. Dila mengiyakan.     

Fatih mengambil antrian ke teller. Dila sampai lupa mengajak Fatih ke dalam agar dapat pelayanan khusus seperti dia, tapi ia setia menunggu Fatih menunggu giliran. Mungkin Tuhan memberikan waktu untuk mereka bertemu setelah sekian lama tak bertemu.     

Fatih tidak dapat mengontrol perasaannya. Setelah sekian lama memendam kerinduan akhirnya, ia bertemu dengan Dila secara tak sengaja. Fatih menatap lekat wajah Dila, tak ada yang berubah dari wanita yang ia cintai. Dila masih cantik dan awet muda seperti dulu.     

Fatih terus memandangi Dila sampai ia lupa bahwa pujaan hatinya telah menjadi istri orang lain. Mereka menunggu antrian tanpa bicara sepatah kata pun. Dila dengan setia menunggu Fatih mengambil uang. Setelah urusan Fatih selesai di teller, mereka memutuskan pergi ke sebuah restoran masakan Padang. Kebetulan jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Sudah waktunya makan siang.     

Mereka bernostalgia memakan makanan kesukaan mereka sewaktu masih remaja. Mereka berdua tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Kerinduan mereka akhirnya terobati. Jarak, ruang dan waktu yang selama ini menghalangi telah mereka lewati. Fatih sudah ada di depan matanya.     

"Abang Fatih masih menyukai samba lado tanak dan samba buruak-buruak?" tanya Dila. Fatih mengangguk.     

Samba buruak-buruak adalah makanan khas Padang yang berisi ikan asin, jengkol, terong, kacang panjang dicabein. Fatih menyukai makanan itu karena enak dan menggugah selera.     

"Dila pasti masih menyukai gulai jengkol plus daun singkong," kelakar Fatih.     

Mereka berdua saling memesankan makanan kesukaan masing-masing. Senyum terbit dari kedua bibir mereka. Akhirnya setelah beberapa purnama mereka bertemu walau dalam kondisi yang berbeda. Makanan pesanan mereka pun datang. Mereka makan dengan lahap melepaskan perut mereka dari kelaparan.     

"Dila apa kabar?" tanya Fatih memulai percakapan setelah mereka selesai makan.     

"Baik. Abang apa kabar?"     

"Aku juga baik-baik saja."     

"Kapan balik dari Mesir?"     

"Dua minggu yang lalu?"     

"Kenapa tidak memberitahu aku?"     

"Bagaimana aku memberi tahu istri orang lain jika aku telah pulang."     

Jleb ucapan Fatih menghujam jantung Dila. Hatinya sakit ketika Fatih mengatakan semua itu. Jantung dan hatinya serasa diremas mendengar ucapan Fatih.     

"Maafkan aku," kata Dila tertunduk lesu.     

"Tidak ada yang perlu dimaafkan Dila," kata Fatih pilu."Mungkin kamu hanya ditakdirkan untuk jadi adikku bukan istriku."     

"Semuanya begitu cepat dan mendadak."     

"Itu membuat aku sangat terluka Dila," balas Fatih tak dapat menahan gerimis dihatinya.     

"Selamat atas pernikahan kalian," kata Fatih pilu. Sejujurnya ia tak sanggup mengatakan semua itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.