Part 116 ~ Desahan Dila
Part 116 ~ Desahan Dila
"Jika kamu tidak menjawab pertanyaanku, aku tak segan melepaskan pakaian kamu," ancam Bara bak vonis di telinga Dila.
"Jangan mengancamku Bara. Kalau sekedar mengancamku buka baju, buka saja. Lagian kejantananmu tidak bangun. Kalau kamu normal ketika aku menindihmu, sesuatu dibawah sana sudah bangkit," bisik Dila tajam di telinga Bara.
"Kau!" Gigi Bara bergemeletuk menahan marah.
"Kenapa?" Dila membusungkan dada menantang sang suami.
"Jangan buat aku khilaf Dila," ancam Bara.
"Khilaf? Mana mungkin kamu bisa khilaf di rumahku?"
"Jangan memancing emosiku. Aku bisa khilaf yang tidak bisa kamu sangka sebelumnya."
"Khilaf apa? Memperkosaku lagi?"
"Aku tidak memperkosa kamu," bantah Bara geram. "Aku hanya meminta hakku sebagai suami. You are mine. Kamu dan tubuhmu milikku sejak kita akad nikah."
Dila mendesis seraya mendorong Bara hingga terhuyung ke belakang. Penampilan Bara yang hanya menggunakan CD tak dihiraukannya.
"Tahu apa kamu arti akad nikah? Kamu menikahiku karena paksaan papamu bukan? Aku pun menikah denganmu karena paksaan ayahku. Kita tidak saling mencintai. Bagaimana kita bercerai saja? Tidak. Lebih baik kita melakukan pembatalan pernikahan setelah enam bulan. Aku juga ingin bahagia dan tak ingin terjebak menikahi suami gay seperti kamu."
"Dalam mimpimu saja. Sampai kapan pun kamu akan tetap jadi istriku. Aku tidak akan menceraikan kamu."
"Dalam mimpimu juga aku akan jadi istrimu selamanya."
Bara mendekati Dila dan memegang erat pinggangnya. Tak ada jarak diantara mereka.
"Tidak ada yang bisa membantah Aldebaran. Selagi aku masih sabar, jangan memancing aku Fadila Elvarette."
"Aku tidak takut akan ancaman kamu Bara."
"Jangan pancing aku."
"Aku tidak takut."
"Dila kamu membuat aku marah," kata Bara emosi.
Bara merapatkan tubuhnya pada Dila, ia merasakan dada Dila menempel pada dadanya. Dila berusaha memberontak, tapi kalah kuat dengan sang suami. Dalam satu gerakan cepat, Bara melumat bibir Dila.
Dila memberontak, namun Bara tak menyerah. Ia mendorong Dila hingga terbaring di ranjang. Dila dibawah dan Bara diatas. Bara mengangkat tangan Dila di atas kepalanya. Dila tak berkutik. Bara mendekatinya. Ia kembali mencium bibir Dila, melumat dan mengecap. Sang istri menolak ciumannya, menggeleng-gelengkan kepalanya menolak ciuman sang suami. Tak sudi! Tak sudi! Jijik!
Bara mendesak Dila. Ia semakin bernafsu memberi Dila pelajaran. Sebenarnya ia tak merasakan apa-apa. Demi memberikan sang istri pelajaran karena telah menghina dan melawannya Bara membabi buta mencium Dila. Bara berhasil melesakkan lidahnya dalam mulut Dila. Ia melumat lidah Dila.
Jangan tanya apa yang dirasakan Dila. Ia merasa dilecehkan lagi. Bayangan pemerkosaan malam itu menghantuinya. Ia menyesal telah memancing emosi sang suami, tapi jika ia diam makanya ia membenarkan sikap sang suami.
"Lepaskan aku brengsek," maki Dila ketika Bara melepaskan ciumannya karena ngos-ngosan.
Bara tak bisa bernapas karena terlalu lama mencium sang istri.
"Masih mau bermain-main denganku?"
"Aku tidak takut," balas Dila sengit mengelap bibirnya. Tak sudi jika bibir Bara menempel di bibirnya, apalagi Bara sudah pernah berciuman dengan Egi. Tak kapok melawan Bara, ia yakin Bara tidak akan memperkosanya lagi karena dari tadi ia memperhatikan milik Bara yang tak kunjung ereksi. Dila mengambil kesimpulan jika malam ini, ia tidak akan menjadi bulan-bulanan Bara.
Bara menaikkan sebelah sudut bibirnya. Ia bukannya tidak tahu jika Dila memperhatikan miliknya. Seringai iblis Bara muncul. Jangan harap Dila bisa lepas malam ini. Walau Jojo tidak ereksi, masih ada jalan lain memberi Dila pelajaran. Tak satu jalan ke Roma.
Dalam gerakan cepat Bara melepaskan pakaian Dila hanya menyisakan bra dan celana dalam.
"Apa yang kau lakukan?" teriak Dila histeris, tak menduga jika Bara benar-benar melepaskan pakaiannya. Dila mengalungkan tangan ke dada menutupi payudaranya.
"Buat apa di tutupi?" sarkas Bara mencibir. "Aku sudah pernah melihatnnya dan sudah pernah nenen."
"Bara kau," geram Dila karena Bara berkata vulgar.
"Bicara vulgar antara suami istri itu biasa. Bukankah itu akan menambah gairah?" Bara berada di atas tubuh Dila. Hidungnya menempel pada hidung Dila.
"Kau…..," balas Dila cemas takut Bara akan melakukan sesuatu pada dirinya.
Bara tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
Jangan pernah bermain- main denganku Dila. Akan aku beri kamu pelajaran! Bisik Bara dalam hati.
Bara mencumbu Dila. Ia meneruskan ciumannya ke seluruh tubuh sang istri. Mencumbu bibir sang istri dalam-dalam, memberi kecupan di seluruh tubuh Dila, tak lupa meninggalkan tanda kepemilikian di beberapa titik.
Dila berusaha memberontak, tak menerima cumbuan Bara. Ia merasa jijik dan kotor. Bayangan Bara memiliki penyakit menular menghantuinya. Semakin ia berontak maka Bara akan semakin brutal mencumbu. Dila berusaha menahan perasaannya. Antara otak dan tubuhnya tidak sinkron. Otaknya menolak cumbuan sang suami, tapi tubuhnya menginginkan lebih. Dila mengutuk dirinya.
Capek memberontak tak membuahkan hasil. Dila pasrah menerima perlakuan Bara, memejamkan mata, berdoa semoga siksaan Bara cepat berakhir.
Bara memperhatikan lekat-lekat wajah Dila. Ia merasa bahagia bisa menghancurkan kesombongan sang istri. Dila menyerah dan pasrah dengan perlakuannya. Bara menyunggingkan senyum. Tak ada yang bisa menang melawannya.
Brengsek cepatlah akhiri siksaan ini. Aku ingin lepas dari kamu bajingan. Aldebaran aku membenci kamu. Menikah denganmu bencana untukku! Bisik Dila dalam hati.
Bara menaikkan sebelah alisnya. Dila masih menutup mata, tak berani lagi menatap wajahnya. Dengan gerakan cepat, Bara melepas bra Dila dan mulutnya melahap dada Dila. Ia menyusu layaknya anak kecil. Dila terpekik ketika Bara menjilati dan menggigit pu*ing payudaranya.
"Bara apa yang kamu lakukan? Hentikan!" pinta Dila ngos-ngosan. Ia menahan gejolak dalam tubuhnya. Ia tak boleh kalah yang pada akhirnya akan mempermalukan dirinya.
Bara tak menjawab pertanyaan Dila. Ia sibuk menyusu, tangan yang satunya meremas dan mempelintir dada Dila. Bara tertawa dalam hati, ia merasa menang karena benteng kokoh yang menaungi Dila akan runtuh. Bara tahu jika sang istri mulai terangsang apalagi ia melihat ada yang basah di bawah sana.
AKU TIDAK AKAN PERNAH KALAH DILA! Seringai Bara menatap lekat wajah Dila. Napas Dila ngos-ngosan menahan gejolak di tubuhnya.
Dila terhenyak ketika Bara membuka lebar kedua pahanya dan melepaskan celana dalamnya. Bara membenamkan kepalanya, memberikan oral sex pada Dila.
"Bara hentikan!" pinta Dila tak bisa menahan panas di tubuhnya.
Bara tak menggubris, sibuk menjelajahi pusat diri Dila. Ia memainkan lidahnya membuat Dila seperti cacing kepanasan. Bara bukannya tak tahu jika Dila sudah terangsang mengikuti permainannya.
"Bara hentikan aku mohon," pinta Dila sekali lagi dengan napas terengah-engah.
Bukannya berhenti, Bara semakin liar mengexplore tubuhnya. Tangannya pun tak diam menjelajahi setiap inci tubuh Dila. Tak ada bagian tubuh Dila yang tak luput dari jamahan Bara.
Tak kuat menahan gejolak dalam tubuhnya atas perlakuan Bara di pusat intinya, Dila mendesah panjang mencapai orgasmenya. Ini sungguh gila dan ia menikmatinya. Untuk pertama kalinya Dila menikmati seks walau hanya sekedar oral sex.