Misi Rahasia {2}
Misi Rahasia {2}
"Yang Mulia Raja ada di dalam, Selir Cheng. Jika ingin hamba bisa mengumumkan kedatangan Anda," kata Li Zheng Xi.
Dia kemudian mengangkat tangannya, berjalan masuk ke dalam kamar Chen Liao Xuan. Ya, dia adalah Selir kesayangan Chen Liao Xuan. Dan untuk memberitahu tentang keberadaannya di sini itu sangat hal yang tidak perlu sama sekali. Ini adalah kediaman Chen Liao Xuan, itu sama artinya itu adalah kediamannya juga. Untuk kemudian dia mengedarkan pandangannya. Suaminya itu tampak baru keluar dari bilik mandi, dia bersama dengan salah seorang pelayan laki-lakinya sedang membantu Chen Liao Xuan memakaikan baju. Untuk kemudian, Chen Liao Xuan memandang Cheng Wan Nian, dia masih diam dan kembali sibuk mengenakan pakaian, hingga Cheng Wan Nian berinisiatif untuk menggantikan posisi pelayan dan mengenakan pakaian untuk Chen Liao Xuan.
"Yang Mulia Raja, rasanya sudah sangat lama kita tidak seperti ini. Hamba datang ke kediamanmu untuk memakaikan pakaian serba jubahmu. Kamu duduk di kursi kemudian aku menyisir rambutmu, memakaikan mahkota kebesaranmu. Hamba benar-benar merindukan hal seperti itu datang lagi untuk kita. Momen di mana kita bisa romantis-romantisan berdua. Momen di mana kita sangat bahagia dan penuh dengan cinta,"
Chen Liao Xuan hanya diam, dia tak menanggapi sama sekali apa pun ucapan dari Cheng Wan Nian. Tapi dia juga tidak keberatan saat Cheng Wan Nian menyentuhnya seperti ini. Untuk kemudian Cheng Wan Nian menuntunnya untuk duduk, rambut panjangnya disisir dengan begitu lembut. Lewat pantulan cermin sosok keduanya tampak dari sana. Chen Liao Xuan yang duduk dengan tenang serta Cheng Wan Nian yang berdiri di belakangnya sambil menyisir rambutnya. Menghias rambu Chen Liao Xuan dengan demikian rupa, sampai Cheng Wan Nian mengambil mahkota milik Cheng Liao Xuan dan menyematkannya tepat di kepalanya.
"Yang Mulia, malam ini kamu hendak pergi ke mana sampai kamu harus memakai pakaian seperti ini? Bukankah ini sudah sangat larut untukmu pergi melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan istana? Atau kamu hendak melakukan tugas rahasia?"
"Bukan aku…," kata Chen Liao Xuan pada akhirnya. Dia kemudian melirik, salah satu pakaian santainya yang ada di sisi kanan pakaian kerajaan yang diambil oleh Cheng Wan Nian. "Aku tidak mengatakan jika aku hendak pergi ke suatu tempat atau menghadiri pertemuan kerajaan. Aku ingin menghabiskan malamku dengan membaca buku di kamar. Lalu kau datang, dan memakaikan pakaian kerajaan serta mahkota ini kepadaku. Bukankah, kau yang telah keliru?" katanya. Cheng Wan Nian pun terkekeh mendengar ucapan dari Chen Liao Xuan. Sementara Chen Liao Xuan hanya bisa memutar bola matanya dengan jenggah. Jujur, dia sangat enggan untuk berkata manis dan berperilaku baik kepada Cheng Wan Nian. Namun bagaimanapun juga Cheng Wan Nian adalah salah satu selirnya, dan itu tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun juga.
"Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba benar-benar lupa. Saking bahagianya hamba bisa melakukan ini lagi dengan Yang Mulia, membuat hamba menjadi tidak sadar jika sekarang sudah malam."
Cheng Wan Nian kembali membuka mahkota dari Chen Liao Xuan, melepaskannya dan menaruhnya di tempatnya lagi. Kemudian dia membuka jubah kebesaran Chen Liao Xuan. Sesudah semuanya baik-baik saja dan kembali seperti tadi. Cheng Wan Nian memandang Chen Liao Xuan dengan senyuman manisnya.
"Yang Mulia, sudah berapa purnama Yang Mulia tidak singgah di dalam kediamanku. Sekarang, hamba telah datang untuk Yang Mulia. Maka izinkanlah hambah melayani Yang Mulia dengan sepenuh hati. Untuk masalah apa yang telah hamba lakukan hamba benar-benar menyesal dan Yang Mulia telah melakukan hukuman untuk hamba bukan? Kita adalah suami istri yang sudah disatukan oleh langit dan Dewa. Jadi hamba mohon, tolong berikan hamba kesempatan sekali lagi untuk membuktikan diri kalau hamba masih menjadi Selir terbaik untuk Yang Mulia. Hamba mohon…."
Chen Liao Xuan masih diam, dia agaknya bingung apa yang harus dilakukan sekarang. Untuk kemudian dia memiliki sebuah ide. Dia mengibaskan tangannya, seluruh penerangan yang ada di kamarnya langsung mati seketika sehingga menjadi gelap-gulita. Biasanya saat seperti ini adalah pertanda jika dia sedang bersama dengan selirnya dan tak bisa diganggu.
Pelan, Chen Liao Xuan mendekatkan wajahnya pada wajah Cheng Wan Nian. Tepat sebelum dia mencium bibir Cheng Wan Nian, selirnya itu langsung pingsan dalam pelukannya. Chen Liao Xuan menempelkan tangannya pada kepala Cheng Wan Nian karena dia ingin memberinya ilusi jika saat ini keduanya sedang bercinta. Untuk kemudian Chen Liao Xuan tidur di sebelah Cheng Wan Nian. Ya, dia benar-benar hanya tidur, karena sebagian dari tubuhnya kini sudah berada di dalam kamar milik Lim Ming Yu.
Dada Lim Ming Yu tampak berdebar tak karuan, dia benar-benar sedang dalam keadaan berkecamuk sekarang. Antara bahagia, grogi dan juga antara dia merasa kurang percaya diri. Semuanya bercampur menjadi satu saat Chen Liao Xuan mau datang ke dalam kamarnya. Dia yang saat ini sedang duduk itu pun tampak menoleh, saat melihat Chen Liao Xuan membuka pintu kamarnya dengan kedua tangan. Kedua pasang mata itu tampak bertemu, tanpa berkedip, sehingga Lim Ming Yu tampak terkesiap kemudian dia berdiri. Dia tampak memegangi dadanya sedari tadi, kemudian dia menundukkan kepalanya dalam-dalam dan memberi hormat kepada Chen Liao Xuan.
"Hormat hamba, Yang Mulia," kata Lim Ming Yu. Dia hendak mendongak tapi tubuhnya sudah digendong oleh Chen Liao Xuan. Membuat Lim Ming Yu menahan napas karena dia tampak kaget bukan main.
Pelan, Chen Liao Xuan menarik tali yang mengikat pakaian milik Lim Ming Yu, hingga pakaian itu jatuh begitu saja. Mata Lim Ming Yu tak henti-hentinya melihat Chen Liao Xuan bahkan nyaris tanpa kedip sama sekali.
"Malam ini kita harus melakukan sebuah misi, yaitu untuk melahirkan seorang Putra Mahkota. Mohon bantuanmu jika mungkin aku kasar kau bisa memberitahuku,"
Lim Ming Yu bahkan tak berani untuk memandang wajah Chen Liao Xuan, dia hanya mengangguk sampai bibir Chen Liao Xuan mulai mencumbu lehernya dengan begitu posesif. Lim Ming Yu langsung mengejang, terlebih saat jemari Chen Liao Xuan menari lincah di atas dadanya. Dia tampak sedang bergemuruh, dia nyaris gila dan menginginkan lebih kepada Chen Liao Xuan. Tapi dia tidak berani mengutarakannya, yang bisa dia lakukan hanya pasrah dengan sentuhan yang diberikan oleh Chen Liao Xuan.