Halo Suamiku!

Mencuri Ciuman (5)



Mencuri Ciuman (5)

0Napas Leng Xiaomo seketika berhenti.     

Bahkan bulu matanya pun tidak berani berkedip barang sedetik.     

Hanya dengan melihat kakaknya dari dekat.     

Ia merasa telinganya seolah terbakar.     

Terlebih lagi di malam seperti itu, keduanya dibangunkan oleh adegan tak senonoh dari kamar sebelah. Sungguh, ia tidak lagi bisa menahan rasa malu yang menggerogotinya. Bahkan jika bisa, ia ingin menggali lubang untuk dirinya sendiri.     

Tapi siapa yang tahu jika situasi seperti ini akan terjadi sekarang.     

Sementara Leng Yunchen hanya menatapnya dengan begitu tenang, meski sekilas terbersit sorot yang cukup membingungkan.     

"Kakak…"     

Bisik Leng Xiaomo dengan suara samar. Meski telinganya ditutup oleh Leng Yunchen, namun tetap saja tidak banyak suara yang mampu teredam.     

Bahkan tempat yang disentuh oleh tangan Leng Yunchen justru terasa semakin panas.     

Hingga membuat Leng Xiaomo benar-benar ingin melarikan diri.     

"Seharusnya aku tidak membawamu ke sini." Perlahan, suara rendah Leng Yunchen terdengar lembut di malam yang sunyi itu.     

Matanya pun masih menatap lurus ke arah Leng Xiaomo dengan sorot yang cukup familiar. Meski demikian, tidak ada yang bisa menebak apa makna dari kalimat yang baru ia lontarkan.     

Mungkin di mata Leng Xiaomo, ia hanya memikirkan hal tak senonoh itu..     

Tapi tidak dengan Leng Yunchen. Menurutnya ini mewakili banyak hal, banyak, sangat banyak…     

Kini, tampak mata Leng Xiaomo sedikit berkedip, seolah ia berpura-pura acuh atau semacamnya, "Itu bukan masalah besar, Kakak. Lagipula aku bukan anak kecil. Biarkan saja. Toh, bukankah kakak sendiri juga mengatakan jika aku bukan lagi gadis kecil seperti dulu?"     

Pernyataan itu seolah menegaskan semua hal yang masih abu-abu di sini.     

Dan terus terang, tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi.     

Hanya saja, dasar hati Leng Yunchen seolah tidak bisa menahan tawanya begitu mendengar apa yang baru dilontarkan adiknya. Jika gadis itu benar-benar tampak tidak masalah dengan ini, maka ia tidak akan begitu gugup dan malu seperti sekarang.     

Ia tidak buta, tetapi apa yang ia sadari saat ini hanya untuk dirinya sendiri. Cukup menyimpannya rapat-rapat tanpa perlu mengungkapkannya.     

Kemudian, terlihat Leng Xiaomo menggosok telinganya, sebelum akhirnya, ia membuka suara yang sedikit tercekat, "Kakak, singkirkan tanganmu. Gatal sekali."     

Gatal!     

Ya, dengan telapak tangan Leng Yunchen yang masih menempel di telinganya, ia begitu patuh dan pendiam seperti anak kucing.     

Leng Yunchen pun menatapnya sebentar, lalu perlahan-lahan menarik tangannya sambil berkata dengan suara yang dalam, "Cepatlah tidur."     

Tanpa melawan, Leng Xiaomo hanya bergumam samar dan segera menutup mata dengan patuh.     

Butuh lebih dari sepuluh menit untuk Leng Xiaomo bisa kembali menguasai diri. Ketika beberapa benturan dinding yang keras dan suara-suara erangan di seberang semakin melengking, Leng Xiaomo pun menutup kelopak matanya cukup erta sembari menundukkan kepalanya yang kecil. Tidak ada yang tahu apa yang ia pikirkan dan ekspresi seperti apa yang ia miliki.     

Hanya saja, ia merasa suasana menjadi jauh lebih hening dari biasanya.     

Belum lagi dengan adanya Leng Yunchen di sini.     

Di saat itu, ia meletakkan tangannya di belakang kepala, sedangkan pergelangan tangannya digunakan untuk menutupi mata. Ya, seperti Leng Yunchen yang terlihat setiap saat, wajahnya yang dingin selalu tanpa ekspresi.     

Tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Mungkin ia sudah benar-benar terlelap, meski hanya ia yang tahu kebenarannya.     

Benar, ia terjaga sepanjang malam.     

Bahkan otaknya terus memilah-milah apa yang harus ia hindari dan semua yang terasa tidak masuk akal.     

Ia adalah kakak Leng Xiaomo.     

Dan tidak ada yang perlu diragukan lagi.     

Ia memang telah secara tidak sengaja melihat tubuhnya, di mana itu adalah bagian yang sangat rahasia.     

Meski Leng Xiaomo tidak tahu, tapi ia tetap merasa malu. Lebih tepatnya tidak tahu malu.     

Tapi kenyataannya, ia harus mengakui bahwa setelah semua ini terjadi, ia akan tetap memperlakukannya seperti sebelumnya dan ia akan mencoba untuk melupakan adegan itu tanpa perlu mengingatnya lagi.     

Karena sosok itu adalah adiknya dan tidak ada bedanya dengan saudara kandungnya sendiri. Jadi, itulah kenapa ia tidak akan memiliki ide jahat semacam itu, seperti berniat melakukan sesuatu padanya.     

Selain itu, ia juga telah menyukai gadis lain.     

Dan apa yang terjadi malam ini, hanya karena…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.