Halo Suamiku!

Mencuri Ciuman (3)



Mencuri Ciuman (3)

0Lagi pula, kamu orang yang sangat baik…     

Meski kata-kata ini terdengar sangat sederhana, tapi berhasil membuat rasa malu di hati Leng Yunchen semakin tak bisa dikendalikan.     

Sontak ia melihat ke bawah, ke arah di mana Leng Xiaomo berbaring, rambut hitam lembutnya tergerai seperti tinta, wajahnya yang putih dan halus begitu cantik dan menawan, sementara bulu matanya yang panjang tampak menangkap cahaya bulan yang keluar dari jendela.     

Tampilannya kali ini benar-benar menyihir Leng Yunchen saat itu.     

Ia orang yang baik, ia orang yang baik…     

Ah!     

Apa ia benar-benar orang baik?     

Tentu alasan kenapa ia bersikap baik karena Leng Xiaomo adalah adiknya.     

Meski sebenarnya ia sendiri juga pasti memiliki banyak hal yang memalukan. Ya, setiap tentu tentu memiliki dua sisi, sisi gelap dan sisi terang. Namun sisi gelap dalam diri Leng Yunchen sudah ia tekan sebaik mungkin.     

Sama seperti keinginan jahatnya saat di kamar mandi sebelumnya, yang sudah sangat ditekan olehnya.     

Sungguh, ia sendiri juga termasuk binatang tak beradab seperti yang ia katakan pada orang-orang itu.     

Entahlah, Leng Yunchen tidak tahu bagaimana ia harus menanggapi kata-kata adiknya setelah ini. Yang jelas, ia hanya ingat untuk mengatakan agar Leng Xiaomo tidak takut dan bahwa ia akan melindunginya dengan baik.     

Hanya saja, tepat di saat ia kembali berbaring, sebuah suara di hatinya seolah mencibir dan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia benar-benar bukan orang baik.     

Leng Xiaomo sendiri juga merasa tidak nyaman pada akhirnya.     

Dengan sikap Leng Yunchen dan pikiran liar dalam benaknya, ia hanya mampu berbaring dengan gelisah.     

Meski keduanya kini berbaring di ranjang yang sama, tetapi mereka memiliki mimpi yang berbeda. Apa yang mereka pikirkan sebenarnya?     

Mungkin tidak ada yang tahu kecuali diri mereka sendiri.     

Apa yang terjadi barusan seperti membuat keduanya terjaga dan tahu apa yang mereka lakukan satu sama lain, identitas mereka sebenarnya dan apa yang harus dilakukan nanti.     

Namun, waktu berlalu dengan tenang. Hingga, sekitar di paruh kedua malam, Leng Xiaomo akhirnya perlahan ingin terpejam.     

Karena pikirannya penuh dengan kekacauan, jadi rasa kantuk seolah enggan untuk menghampiri.     

Namun tiba-tiba, suara bunyi dari toilet sebelah terdengar saat itu.     

Suara gemerisik yang diakibatkan dari efek insulasi suara ruangan yang tidak jelas, seketika membuat Leng Xiaomo bangun, tetapi setelah benar-benar tersadar, hal itu langsung membuatnya sangat kesal. Tentu saja, ia baru akan tertidur, tapi dibangunkan secara paksa karena suara itu. Jadi bagaimana bisa ia kembali tidur dengan nyenyak?     

Jika bisa, ia sangat ingin membunuh orang saat ini.     

Tampak Leng Xiaomo sedikit menggertakkan gigi.     

Alhasil, ia mulai bergerak gelisah di tempat tidur dan memilih berbalik menghadap ke arah Leng Yunchen. Namun tanpa diduga, sosok kakaknya muncul tepat di matanya dan sosok itu berbaring sangat dekat dengannya.     

Ia hanya menatap sembari menarik sudut bibirnya, seolah sedang menertawakan dirinya sendiri.     

Dan di saat inilah, Leng Xiaomo tidak lagi benar-benar mendengar suara mengganggu sebelumnya.     

Hanya saja, semua itu tidak bertahan lama. Terdengar pria di sebelah seperti mengatakan satu atau dua patah kata setelah kembali ke tempat tidur. Entah apa yang ia katakan, tetapi kemudian, dinding tempat mereka tidur tiba-tiba seperti digedor, "Dug, dug, dug".     

Sontak Leng Xiaomo melebarkan matanya.     

Karena setelahnya, terdengar erangan wanita, suara tempat tidur yang bergetar hebat hingga menabrak dinding, jeritan tiada henti dan semuanya berlangsung cukup lama. Yang pada akhirnya, mau tak mau Leng Xiaomo hanya mampu berbaring di sini dengan hampa. Wajahnya penuh dengan kerumitan sekaligus menciptakan rona kemerahan.     

Sialan!     

Kenapa adegan seperti itu harus terjadi di tengah malam seperti ini!     

Terlebih, suaranya begitu nyaring.     

Cukup. Ia tidak ingin peduli dengan apapun lagi. Kini, Leng Xiaomo beralih menatap kakaknya lekat-lekat, yang membuat napasnya seketika hampir berhenti.     

Bodoh! Bagaimana jika suara keras di sebelah membuat kakaknya terbangun nanti?!     

Sesaat setelah pemikiran itu muncul, Leng Xiaomo melihat kakaknya sedikit mengernyit, dan kemudian perlahan membuka matanya——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.