Halo Suamiku!

Melindunginya (4)



Melindunginya (4)

0Jelas, di layar masih menunjukkan rekaman adegan yang ada di dalam kamar mandi.     

Dan Leng Yunchen telah bertekad untuk menghancurkan semua data yang ada di Flash Disk itu.     

Wajahnya yang merah padam masih tampak membara dan kini ia berjalan dengan hentakan keras selangkah demi selangkah.     

Hanya saja, matanya seketika tertuju ke arah layar komputer.     

Dan tentu saja apa yang tergambar di sana tidak dapat dihindari.     

Ya, terlihat jelas sebuah gambaran sosok cantik yang telanjang dan bahkan—!     

Leng Yunchen pun segera menarik kembali pandangannya tepat di detik setelahnya dengan wajah tertekuk.     

Kemudian ia bergegas menindak masalah ini dengan memeriksa seluruh isi komputer.     

Benar saja, bahkan ia tidak menyangka jika ada terlalu banyak video tak senonoh yang tersimpan di dalam Flash Disk dan semuanya berasal dari hotel kecil ini. Mereka semua diam-diam direkam hingga menciptakan berbagai macam video. Terlebih lagi, setelah mendengarkan apa yang dikatakan orang-orang itu sebelumnya, pemilik hotel sepertinya tidak hanya diam-diam merekam pengunjungnya, tetapi rekaman itu juga dijual dan disebarluaskan di internet.     

Sampai akhirnya, setelah Leng Yunchen memastikan bahwa semua rekaman itu musnah, ia langsung melemparkan Flash Disk itu ke lantai, sementara sepatu bot militernya menginjak benda kecil itu tanpa ampun!     

Flash Disk pipih itu seketika hancur menjadi puing-puing begitu Leng Yunchen mengangkat kaki.      

Lalu ia bangkit dan bersiap untuk naik ke atas, tetapi sebelum kakinya melangkah lebih jauh, tidak lupa ia menendang mereka sekali lagi dengan marah.     

Masih tersisa lima menit sesuai waktu yang dijanjikan Leng Yunchen untuk adiknya membersihkan diri.     

Alhasil, ia mengeluarkan sebatang rokok lain demi membuang waktu.     

Ia pun menyalakannya begitu saja dan menunggu dengan tenang di luar.     

Asap yang menguar seketika memenuhi udara, membuat wajahnya yang dingin dan tampan sedikit mengabur. Bahkan sepasang mata gelap itu juga sedikit tersamarkan hingga membuat tidak ada satu pun yang bisa melihat dengan jelas apa yang ia pikirkan.     

Tepat di saat ia baru memejamkan mata sembari bersandar di dinding koridor, sebuah gambaran tiba-tiba muncul di benaknya tanpa terkendali.     

Kaki yang ramping, putih, halus, jenjang——     

Dari bawah hingga perlahan-lahan naik ke atas!     

Sontak Leng Yunchen membuka matanya dan gambar-gambar itu langsung menghilang. Meski begitu, degup jantungnya masih sulit dikendalikan dan napasnya pun naik turun dengan keras.     

Brengsek—-!     

Seraya menggertakkan gigi, Leng Yunchen berbalik untuk meninju dinding—!     

Pukulan itu tentu saja membuat lampu gantung kuning di atasnya bergetar hebat.     

Dan di saat yang sama, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka.     

"... Kak?"     

Suara yang agak tenang dan elegan terdengar setelahnya.     

Di malam yang gelisah dan gerah ini, suara itu seolah membawa sedikit kesejukan, begitu menenangkan hati yang masih jumpalitan.     

Tetapi beberapa hal tampaknya bertentangan dengan sisi lain Leng Yunchen.     

Begitu menoleh ke belakang, ia melihat bahwa rambut sebahu adiknya masih sedikit basah, sementara wajahnya yang putih, bersih dan lembut itu menunjukkan rona merah samar-samar khas orang selesai mandi. Kali ini ia mengenakan kemeja putih panjang, yang hanya menutupi pahanya dan di bawah sepasang kaki putih halus tersemat sandal hotel yang tipis.     

Benar-benar menunjukkan seorang gadis yang masih ranum, muda sekaligus lembut.     

Bahkan berhasil membuat Leng Yunchen tampak konyol hanya dengan menatapnya seperti ini.     

Untuk sesaat, sepertinya ia lupa seperti apa sosok Leng Xiaomo selama ini, apa yang telah ia lakukan di masa lalu, dan siapa Leng Xiaomo baginya.     

"Kakak, kamu kenapa?"     

Tanya Leng Xiaomo dengan heran sembari tanpa sadar mendekatinya.     

Dengan cepat Leng Yunchen menanggapi panggilan ini. Dan saat ini, ia menatapnya seraya menegaskan dalam hati bahwa sosok yang ada di hadapannya kini adalah adiknya sendiri.     

Ya, adiknya.     

Buru-buru ia mengambil rokok yang terselip di mulutnya sambil berkata, "Tidak, tidak ada, aku hanya sedang berpikir."     

Mendengar apa yang Leng Yunchen katakan, Leng Xiaomo pun meliriknya dengan curiga, lalu berbalik, membuka pintu dan masuk lebih dulu.     

Meninggalkan Leng Yunchen yang masih menarik napas dalam-dalam di belakangnya, sebelum akhirnya mengikutinya masuk.     

Hanya saja, sesaat setelah ia masuk, sebuah kalimat tiba-tiba terlontar dari mulutnya tanpa bisa dijelaskan, "... Gadis kecil, kamu sudah dewasa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.