Halo Suamiku!

Menyadari Perasaannya (5)



Menyadari Perasaannya (5)

0Leng Xiaomo tidak takut. Ia hanya ingin tahu seberapa kuat mereka, bisakah mereka digulingkan, dan akankah penjahat itu dikirim ke penjara?     

Sementara Leng Yunchen yang mendapat pertanyaan itu menjawab dengan tatapan masih fokus ke depan, "Segalanya tidak pernah sesederhana itu. Apalagi apa yang mereka inginkan tidak mudah untuk dijadikan bukti pemberat bagi hukuman atasan mereka. Ada terlalu banyak hal yang terlibat dalam kasus ini. Apa yang terjadi di Singapura hanyalah salah satu poin. Bahkan meski ada bukti, akan ada kambing hitam lain, jadi..."     

Sampai di titik ini, Leng Yunchen akhirnya menoleh untuk menatap adiknya dengan serius, "Xiaomo, apa kamu mengerti bahwa orang yang mendapatkan barang itu hanyalah memiliki peran kecil dalam kasus ini dan kami tidak dapat melindungi orang itu sepanjang waktu, karena kami juga memiliki banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan."     

Singkatnya, orang yang kebetulan memegang barang itu sekarang hanyalah orang yang sedang mendapat kesialan.     

Sontak kalimat ini membuat tali yang menjerat hati Leng Xiaomo putus seketika.     

Tapi putusnya tali itu seperti jawaban atas apa yang selalu ia pertanyakan, yang juga membuat hatinya sedikit lega.     

Tampaknya hanya ada satu solusi.     

Pertumpahan darah dan kekerasan.     

Tapi—-     

Leng Xiaomo masih ingin mengetahui lebih banyak. Jika kakaknya tahu bahwa orang yang memiliki benda itu saat ini adalah dirinya, akan bagaimana Leng Yunchen nanti? Apa yang akan ia lakukan?     

Setelah Leng Yunchen mendapatkan ponsel itu nanti, apa ia akan terus mengikuti atau melindunginya? Tidak akan membiarkannya dikejar dan dibunuh oleh orang-orang itu?     

Perlahan Leng Xiaomo menggelengkan kepala sembari melihat ke luar jendela dengan senyum kaku di bibirnya.     

Kakaknya sudah mengatakan jika ini masalah besar, sementara siapa yang memegang benda ponsel itu hanyalah poin kecil dari semuanya.     

Tapi jelas, Leng Xiaomo rasa jika permasalahan tentang ponsel ini tidak sekecil yang kakaknya katakan.     

Karena orang-orang itu ingin menangkapnya. Jika yang mereka incar dan bunuh adalah orang biasa, tentu tidak mungkin sembilan nyawa pun rela dipertaruhkan untuk melindungi. Leng Xiaomo berbeda, ia bukan orang biasa. Lantas, siapa dirinya? Ia adalah adik Leng Yunchen dan juga salah satu anggota dari kelompok senjata. Jika mereka mencelakainya, akan ada lebih banyak orang yang melawan hingga membuat orang-orang itu menyesalinya nanti.     

Bahkan jika mereka menyerah sekali pun, para anggota dari kelompok senjata tetap akan terus mengejar dan membunuh. Ya, mereka akan mendapat masalah dengan orang yang salah.     

Tapi sekali lagi, Leng Xiaomo tidak bisa menunggu untuk sebuah kematian. Itulah kenapa ia harus mengambil inisiatif untuk menyerang dengan anti pengintaian.     

Meski ia seolah terjebak, tapi Leng Xiaomo tahu bahwa ini masih menjadi waktu yang tepat untuk memberitahukan sesuatu pada kakaknya. Terlebih lagi, ia tidak bisa membuatnya khawatir.     

Ia juga tidak bisa membiarkan beberapa hal bocor dengan begitu cepat.     

Sungguh, ia lebih suka menikmati suasana tenang bersama kakaknya dan semua akan berlanjut tanpa kemajuan apa pun.     

Seperti yang ia lihat sekarang.     

Malam itu, lalu lintas tampak padat. Mereka terjebak di lautan mobil dan mereka berdua duduk berdampingan sepanjang waktu.     

Leng Xiaomo sendiri tidak tahu ke mana mobil ini akan membawa mereka.     

Tapi yang jelas, situasi seperti sekarang tidak bisa selalu ia dapatkan.     

Lima belas menit kemudian, barulah mobil berhenti di sebuah jalan. Ada sebuah supermarket kecil di satu sisi. Sebelum turun, Leng Yunchen berbalik untuk mengeluarkan sebuah kantong plastik hitam, lalu berkata kepada Leng Xiaomo, "Beristirahatlah di mobil, aku harus pergi ke sana dulu untuk membeli sesuatu."     

Kenapa ia harus membawa kantong plastik hitam jika ingin berbelanja?     

Namun, Leng Xiaomo hanya menatapnya dengan tenang, sampai akhirnya mengangguk lemah.     

Leng Yunchen memang selalu melakukan sesuatu untuk alasannya sendiri.     

Dan benar saja, Leng Xiaomo sama sekali tidak melihat kakaknya memasuki supermarket. Bahkan setelah cukup lama ia keluar dari mobil, sampai saat ini Leng Yunchen belum juga kembali. Sebaliknya, ia tampak melihat sekeliling, mengeluarkan sekotak rokok, mengeluarkan satu batang, menyalakan api, kemudian merokok di pinggir jalan.     

Ia juga dengan santai memegang kantong plastik hitam di tangan     

Seperti sedang menunggu sesuatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.