Kak, Datanglah (4)
Kak, Datanglah (4)
"Yah, Kak, sepertinya aku sudah memberitahumu bahwa aku punya 20 hari libur di bulan ini, dan seperlimanya telah berlalu. Aku sudah menghabiskannya di pulau tempat Su Li dan keluarganya tinggal," jawab Leng Xiaomo sembari membuka matanya ketika mendapati pertanyaan itu.
Sementara Leng Yunchen mengangkat alisnya dengan sorot keterkejutan. Jelas bahwa ia lupa jika adiknya pernah mengatakan ini sebelumnya..
Leng Xiaomo tahu itu. Jadi, ia hanya meliriknya sekilas, membuang muka dan kembali melihat ke luar jendela.
Dan ketika Leng Yunchen ingin menanyakan mengapa ia datang ke sini, ia mengurungkan kembali niatnya karena melihat adiknya yang tampak lelah, "Yah, kamu tiba di saat sudah sangat larut. Kursimu bisa disesuaikan untuk tidur sebentar, nanti kubangunkan jika kita sudah sampai."
"Yah, terima kasih."
Tanpa perasaan sungkan, Leng Xiaomo langsung menutup mata setelah mencari posisi nyaman di kursinya.
Bahkan meski ada tetesan air hujan yang jatuh dari jendela mobil, wiper yang terus-menerus menyapu hujan, jalanan yang licin, dan sangat tidak aman di malam hari, tetapi dengan Leng Yunchen di sisinya, Leng Xiaomo merasa jauh lebih nyaman daripada tidur di kamar. Menurutnya, tempat tidur besar di vila kecilnya sendiri di Amerika saja masih kalah jauh dengan kehadiran kakaknya.
Sepanjang jalan itu berhasil mereka lalui dengan sangat tenang dan normal. Hingga akhirnya, mobil tiba kembali ke kota.
Kali ini Leng Yunchen tidak melajukan mobilnya ke Distrik Jun, melainkan menuju ke apartemen bertingkat tinggi yang tertutup.
Tepat ketika mobil berhenti di lantai bawah, sebuah dering ponsel tiba-tiba terdengar.
Yang berhasil membuat Leng Xiaomo sedikit mengernyit dalam tidurnya. Karena kelelahan, tampaknya ia benar-benar telah terlelap di sepanjang jalan.
Leng Yunchen-lah yang saat itu buru-buru menjawab telepon segera setelah panggilan terhubung, "Halo, Ah Dong, bagaimana? Kamu berhasil menemukan Profesor Han?"
Entah apa yang lawan bicaranya katakan, yang pasti, jawaban itu membuat wajah Leng Yunchen terlihat tertekuk. Kemudian, ia berteriak cukup keras, "Apa yang kamu katakan? Dia sudah mati?!"
Seketika itu juga, Leng Xiaomo terbangun dari tidurnya.
Bahkan kata-kata yang baru saja kakaknya ucapkan serasa menyebar ke telinganya.
"Bagaimana bisa dia mati? Mereka membunuhnya?"
"Di mana rahasianya? Apa mereka berhasil mendapatkannya?!"
...
Leng Xiaomo perlahan membuka matanya sambil mendengarkan kakaknya yang berteriak di telepon dengan wajah muram.
Melihat itu, ia hanya menggaruk telinganya sembari memutar lehernya yang kaku. Kemudian ia membuka pintu dan melompat ke bagasi untuk mengambil barang bawaannya.
Jika saja Youyou yang tidur di mobilnya, pasti Leng Yunchen tidak akan rela berteriak seperti itu. Justru mungkin ia akan memeluknya dengan lembut saat wanita itu tidur.
Ya, tidak salah… kan?
Cibiran tak lagi bisa dihindari saat Leng Xiaomo memikirkannya.
Dan setelah keluar, ia berdiri di bagian bawah apartemen bertingkat tinggi itu untuk menunggu kakaknya selesai menelpon.
"Bernegosiasilah dengan polisi Singapura agar mengirim kembali tubuh Profesor Han untuk dimakamkan ..." Cukup lama Leng Yunchen sibuk dengan seseorang di ujung telepon itu.
Membuat Xiaomo yang sedang menunggu di luar hanya bisa menguap tiada henti karena masih mengantuk, tapi... tunggu!
Tiba-tiba saja Leng Xiaomo sedikit melebarkan matanya.
Apa yang baru saja ia dengar?
Polisi Singapura? Membawa tubuhnya kembali?
Hal ini membuat Leng Xiaomo tiba-tiba teringat kasus pembunuhan yang terjadi di bandara Singapura siang tadi dan pesawatnya datang dari sana hari ini.
Namun, ini pasti tidak ada hubungannya dengan apa yang dikatakan kakaknya.
Lagi pula, ada banyak orang yang membuat masalah di setiap negara akhir-akhir ini, jadi masalah itu sangat umum.
Alhasil, Leng Xiaomo tidak ingin memikirkannya lagi. Sampai akhirnya, setelah Leng Yunchen mengakhiri panggilannya dengan seseorang, ia keluar dari mobil dan berjalan di depan dengan ekspresi rumit di wajahnya.
"Ayo, naik."
Sembari mengambil alih barang bawaan Leng Xiaomo, ia membuka pintu dan mempersilakan adiknya masuk terlebih dulu, sementara ia berada di belakangnya.
Dan sejauh itu, Leng Xiaomo tidak menanyakan tugas yang sedang dikerjakan kakaknya karena——