Ponsel Maut (1)
Ponsel Maut (1)
Betapa cemasnya ia jika penerbangannya tertunda hanya untuk segera bertemu orang itu?
Sampai, Leng Xiaomo tiba di kamar mandi, bergegas menarik satu bilik pintu, duduk di atas penutup toilet, mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dengan santai.
Asap perlahan keluar dari bibirnya dan alisnya yang sempat membeku akhirnya perlahan terentang, bahkan ia menutup matanya perlahan, menikmati momen tenang yang langka di sini.
Hanya saja.
Tepat di detik setelah ia menutup mata.
Segala sesuatu di sana berangsur-angsur menyatu dengan dirinya dan semua suara di sekitarnya tampak semakin jelas di telinganya. Kemampuan yang ia miliki saat ini tentu tidak bisa terlepas dari pelatihan iblis dasar yang ia ikuti saat berusia tujuh atau delapan tahun, yang membuat kepekaannya terhadap suara menjadi sangat jelas.
Selain suara pemberitahuan di aula bandara yang sayup-sayup terdengar, ia juga mendengar seorang pria mendesis di urinoir tepat di toilet pria yang ada di sebelah.
Awalnya, ia hanya menggelengkan kepalanya dan tidak mau mendengarkan, tetapi tiba-tiba telinganya menangkap beberapa suara berisik setelahnya…
Seketika itu juga, Leng Xiaomo mengerutkan kening. Suara apa itu?
Suaranya terdengar seperti gemerisik kantong plastik, lalu suara langkah kaki yang tergesa-gesa, mirip dengan keragu-raguan perjuangan manusia, dan tiba-tiba, Leng Xiaomo melebarkan mata, sementara tangannya yang memegang rokok dengan agak kaku.
Peredam pistol!
Bagi orang awam, suara yang dikeluarkan oleh peredam pistol tidak akan menarik perhatian mereka. Peredam memang dipasang pada saluran aliran udara peralatan aerodinamis pistol, di mana akan sangat mengurangi suara yang dikeluarkan dari senjata, tetapi bukan berarti bahwa peredam pistol itu tidak akan mengeluarkan suara.
Dan tentu saja, bukan berarti tidak ada yang tidak bisa mendengarnya... Itulah kenapa Leng Xiaomo tahu betul.
Dan membuatnya langsung waspada.
Pasti ada sesuatu yang terjadi di kamar mandi pria di sebelah.
Kini, Leng Xiaomo yang duduk di toilet perlahan menghabiskan rokok terakhirnya, lalu ketika semuanya tampak tenang, ia mengangkat penutup toilet, melemparkan rokoknya ke dalam, menekan flush untuk menghilangkan jejak, dan kemudian membuka pintu untuk keluar dari toilet.
Setelah mencuci tangan di wastafel, ia pun menekan topi baseball hitamnya dan bersiap untuk pergi.
Ya.
Tentu ia akan berpura-pura tidak tahu apa-apa, tidak mendengar apa-apa, dan tidak menemukan apa-apa.
Karena memang selalu ada berbagai hal yang terjadi di dunia ini. Ada banyak pasang surut dan potensi krisis yang tersembunyi di bawah perdamaian.
Apalagi, ia sendiri telah melihat banyak hal, entah itu ketika menjalankan misi di markas atau saat ia mencoba melakukan pembunuhan berantai dengan seorang profesor psikologi di sekolah.
Hanya saja, ketika Leng Xiaomo keluar, tiba-tiba seorang pria berkacamata juga tampak bergegas keluar dari toilet pria dan langsung menabraknya. Pria itu sontak mundur dua langkah dan terjatuh ke lantai.
Erangan kesakitan terdengar dari mulutnya, hingga ia tampak mengerutkan kening cukup dalam. Pria itu tidak tinggi, kacamatanya juga turut jatuh ke lantai setelah ia menabrak Leng Xiaomo. Namun saat tanganya terulur untuk mengambil kacamata itu, ia tampak gemetar.
Bahkan pria itu buru-buru berjuang untuk bangun, terlihat sangat cemas dan bingung.
Tak hanya itu, salah satu tangannya juga tampak tersangkut di saku mantel seolah-olah ia sedang memegang sesuatu.
Sementara Leng Xiaomo yang baru saja ditabrak memang sempat mundur selangkah, tetapi tidak ada yang terjadi karena ia kurus dan tubuhnya yang gesit secara tidak sadar bisa cepat menghindar.
Mau tak mau, pandangannya diarahkan untuk menatap pria yang bergegas bangun itu. Memang tidak ada ekspresi apa pun di wajahnya, tetapi mata bersorot sangat dalam. Kemudian ia berbalik untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meski pria itu telah menabraknya.
Tetapi tepat di saat itu, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak keras, "Di sana—!"
Begitu Leng Xiaomo mendongak ke atas, ia melihat tiga pria berpakaian preman melewati kerumunan di bandara dan berjalan ke arahnya dengan cepat.