Panik (4)
Panik (4)
Ya, ia sama sekali tidak melihat An Xiaoyang di bawah, meskipun ia telah berenang sangat dalam.
Ketakutan yang teramat sangat kini ia rasakan. Ia terus berteriak dengan mata memerah, memukulkan tinjunya ke laut, mengarahkan pandangannya ke sekeliling, dan hampir putus asa ketika ia tidak dapat menemukannya.
Sementara An Xiaoyang, yang akan meninggalkan pantai kerikil di tepi laut itu, seketika tersentak ketika sayup-sayup mendengar suara yang bergema.
Untuk sesaat, ia mengira dirinya sedang berhalusinasi.
Tetapi setelah langkahnya terhenti, dengan hati-hati ia menyelidik suara itu. Suara yang memanggil namanya itu benar-benar bukan... hanya sekadar ilusinya sendiri.
Suara itu nyata.
Alhasil, An Xiaoyang lekas berbalik dan ia dihadapkan dengan seorang pria di bawah yang tidak jauh dari sana.
Rupanya Sang No benar-benar muncul di laut?!
Saat itu, Sang No terus meneriakkan namanya seperti orang gila, terus berenang di sekitar tepi laut tanpa menyerah, terus mencari tanpa henti… dan terus berusaha untuk menemukannya.
Mata An Xiaoyang seketika melebar. Untuk sesaat, ia benar-benar mengira dirinya telah salah mendengar dan melihat.
Tapi sosok itu benar-benar Sang No.
Dan ketika An Xiaoyang melihat tampilan Sang No saat ini, hatinya sangat remuk.
Ia belum pernah melihatnya seperti itu.
Seperti seseorang yang kehilangan sesuatu yang teramat berharga, hingga membuatnya menangis dalam kebingungan.
Padahal selama ini, pria itu selalu terlihat ceria, bahagia, nakal ... bahkan ketika tersenyum, ia seperti anak kecil yang menggemaskan… An Xiaoyang bisa membayangkannya karena ia telah menyaksikannya sendiri.
Tapi kali ini.
Sang No terlihat begitu hancur di laut seperti orang gila.
Tentu adegan ini akan selalu terukir jauh di lubuk hati An Xiaoyang, meninggalkan jejak yang sulit untuk dihapus, terlepas dari alasan apa pun kenapa Sang No bisa ada di sini.
Tak bisa ditahan lagi, rasa masam di hidung An Xiaoyang kembali menyergap disertai matanya yang terasa semakin panas. Sampai akhirnya, ia berjalan mundur selangkah demi selangkah di pantai batu yang terjal itu.
Matanya terus mengunci sosok Sang No dengan erat, meski kabut air mulai mengaburkan pandangannya sedikit demi sedikit.
Sementara di lain sisi, beberapa anak di sana langsung didorong pergi oleh anak laki-laki berusia 12 tahun itu, mungkin karena ia melihat dua orang di sana saling mendekat.
Dan ketika Sang No dengan mata merahnya terus berusaha mencari seseorang dan berencana untuk menyelinap lagi——
"Sang No!"
Tiba-tiba, teriakan seorang gadis di belakang berhasil menghentikannya.
Tampak An Xiaoyang berteriak dengan sekuat tenaga saat itu.
Sekujur tubuh Sang No membeku sesaat, seolah ia sedang merenung sejenak. Sampai, tubuhnya mulai berbalik perlahan.
Di pantai bebatuan itu, sosok kecil yang terlihat basah kuyup mendekat ke tepi.
Ia basah kuyup, bahkan rambutnya masih meneteskan air, wajahnya tampak memucat, dan sosok itu menatapnya dengan air mata berlinang.
Kini, giliran Sang No yang mengira jika apa yang ia lihat hanyalah ilusi.
Tentu alasannya masuk akal. Saat ini pun, pikirannya hanya dipenuhi oleh An Xiaoyang dan sekarang ia sedang berusaha keras menemukannya.
Bahkan ujung jarinya gemetar hebat.
Hingga—-
Ketika An Xiaoyang masuk ke dalam air dan berenang ke sisinya, barulah Sang No merasakan jantungnya berdebar kencang.
Tanpa pikir panjang, ia segera berenang ke tepi dan langsung memeluk An Xiaoyang erat-erat begitu keduanya benar-benar dekat.
Sentuhan nyata di tangannya membuatnya menangis tak terkendali.
Semakin lama, pelukannya semakin erat membekap sembari ia membenamkan kepalanya di rambut An Xiaoyang. Dan di saat itulah cairan panas dari mata Sang No akhirnya luruh tanpa bisa dicegah.
"Maaf... maafkan aku... Xiaoyang, aku salah. Ini semua salahku. Jangan membuatku takut seperti ini, jangan lagi, oke..."