Halo Suamiku!

Kisah Cinta Manis di Hari Natal (7)



Kisah Cinta Manis di Hari Natal (7)

1Terlihat tempat tidur kecil dengan selimut putih bersih tepat di samping jendela.     

Selimut putih tipis itu terasa lembut, sementara kedua sosok di dalamnya meringkuk bersama di bawah sinar bulan yang terang.     

Saat itu, An Xiaoyang mengenakan piyama longgar dengan kaki telanjang.     

Sedangkan Sang No sudah melepaskan mantelnya, yang membuatnya kini hanya mengenakan sweater beludru tipis abu-abu. Setelah beberapa saat, ia semakin mendekap tubuh An Xiaoyang untuk mendekat ke dadanya, dan dagunya menempel di atas kepala kecil kekasihnya dengan tangan An Xiaoyang terus memeganginya.     

Posisi kedua remaja itu terasa sangat pas.     

Dan sekarang, An Xiaoyang telah lebih dulu terlelap. Ia tidur di pelukan Sang No dengan ketenangan pikiran dan meringkuk dengan nyaman     

Hingga akhirnya, waktu bergulir menit demi menit dengan tenang.      

Sampai ketika waktu menunjukkan tengah malam tepat di hari Natal, Sang No perlahan membuka matanya, memandangi penampilan An Xiaoyang yang tenang, kemudian dengan lembut mengecup mata dan mulutnya yang kemerahan.     

"An Xiaoyang ..." Sang No membisikkan nama itu dengan begitu hangat.     

"Aku mencintaimu."     

Ini pertama kalinya ia mengucapkan dua kata yang begitu sakral.     

Meski ringan untuk dikatakan, tetapi sebenarnya sangat berat.     

Dan meski An Xiaoyang jelas tertidur, tetapi sudut bibirnya tampak menciptakan lengkungan kecil yang manis, seperti seorang gadis yang bermimpi sedang jatuh cinta di ujung bulan malam itu.     

Siapa yang tahu apa yang dikatakan Sang No padanya?     

Itu adalah sebuah keyakinan.     

Bagaimanapun, Sang No memang selalu memberinya lebih banyak makna daripada yang ia berikan.     

Selama ini, Sang No selalu menyelamatkan dirinya.     

Jadi cintanya pada Sang No lebih dari sekadar cinta.     

Mulai sekarang, ia harus berusaha untuk berbuat lebih baik, menjadi orang yang lebih baik, dan terus menemaninya.     

  **     

Dua hari kemudian.     

Setiap orang yang harus pergi telah meninggalkan villa Rong Zhan. Leng Yunchen yang sibuk di ketentaraan baru-baru ini tentu sudah bertolak lebih dulu. Leng Xiaomo juga disibukkan dengan setudinya. Begitu pun Bo Jing yang telah membawa Josh ke Amerika untuk perawatan. Kini, semuanya tampak berada di jalur masing-masing.     

Sementara itu, setelah kembali dari Afrika Selatan, sekarang Bo Yi juga tinggal di Amerika. Padahal mereka semua mengira ia akan kembali ke rumah dan menetap, tetapi tidak disangka ia justru berlari jauh dari rumah dan membeli tempat tinggal di Amerika. Dari apa yang dikatakan Youyou, Bo Yi sedang membesarkan banyak anak kucing di sana.     

Kebanyakan dari mereka adalah kucing liar. Alasannya, karena ia tidak terlalu banyak berinteraksi dengan orang asing, jadi ia ditemani oleh anak-anak kucing setiap hari.     

Sekarang, ia memang sering mengurung diri di rumah. Kegiatan yang seringkali ia lakukan hanyalah melukis. Meski kepribadiannya terbagi, tetapi ketika tidak terpancing, maka ia akan terlihat normal.     

Kali ini, semua lukisan berkat dari goresan tangannya terlihat jauh lebih realistis. Menurut pengalamannya di Afrika Selatan, beberapa dari lukisan itu adalah semua jenis binatang dan berbagai kehidupan mereka, termasuk adegan hangat dan pembunuhan kejam yang dilakukan oleh pemburu liar.     

Saat Youyou bertanya mengapa ia ingin melukis, Bo Yi mengatakan selain menyukainya, ia berharap setelah melukis, dirinya bisa mengadakan pameran lukisan dan menghimbau manusia untuk melindungi hewan.     

Tentu orang tua Bo Yi sangat mendukung.     

Demi putranya yang telah lulus dari universitas luar negeri yang terkenal dan mengambil jurusan keuangan internasional, mereka telah menyiapkan investasi sendiri, perusahaan saham gabungan dan aset tetap, yang tentunya sudah sangat cukup untuk menunjang kehidupan Bo Yi ke depan.     

Terlebih lagi, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan putra kedua mereka saat ini. Ya, ia telah mengalami begitu banyak mimpi buruk yang seharusnya tidak pernah terjadi padanya. Jadi sekarang, keinginan terbesar orang tua Bo Yi hanyalah ia hidup bahagia.     

Hanya itu yang bisa mereka doakan.     

Tentunya, mereka juga berharap Bo Yi bisa keluar dari masa lalu dan memulai hidup baru.     

Tapi.     

Bisakah mereka benar-benar menunggu sampai hari itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.