Mo Yesi Tidak Mungkin Membohonginya
Mo Yesi Tidak Mungkin Membohonginya
Tidak heran Mo Yesi berinisiatif menawarkan untuk mengajak Qiao Chen pergi bersama. Jadi, terakhir kali Qiao Mianmian mengajak Qiao Chen, Nenek Mo dan Mo Yesi sudah mencurigai identitas Qiao Chen. Kali ini, Mo Yesi langsung bersiap untuk melakukan tes DNA untuk Qiao Chen.
Bagi Qiao Mianmian hal ini sangat di luar dugaannya dan mengejutkan. Tapi Qiao Mianmian tahu, Mo Yesi tidak mungkin membohonginya. Lebih tidak mungkin menggunakan hal semacam ini untuk bercanda dengannya. Meskipun Mo Yesi sudah menyelidiki bahwa Qiao Chen berasal dari panti asuhan, kalau begitu Qiao Chen dan Qiao Mianmian memang tidak mungkin saudara kandung.
"Mo Yesi, aku tidak keberatan jika kau ingin melakukan tes DNA pada Qiao Chen. Tapi, sebelumnya, bisakah jangan memberitahu Chenchen bawa dia berasal dari panti asuhan? Jika dia tahu, hatinya pasti akan sedih."
Mo Yesi mengangguk. "Kau tenang saja, aku tahu. Kecuali setelah dites menunjukan bahwa dia adalah anak keluarga Mo kami, kalau tidak, aku tidak akan memberitahu hal ini padanya."
*
Keduanya berjalan di taman selama lebih dari setengah jam dan kembali. Begitu mereka kembali, mereka melihat Qiao Chen juga perlahan berjalan ke ruang tamu sambil membantu memapah Nenek Mo. Begitu melihat Mo Yesi dan Qiao Mianmian, Qiao Chen menyapa dengan baik, "Kak, Kakak ipar."
"Kalian sudah kembali."
Nenek Mo menepuk ringan punggung tangan Qiao Chen, dan berkata dengan ekspresi sedih di wajahnya, "Mianmian, aku baru saja mengobrol dengan Chenchen tentang masa kecil kalian. Aku baru tahu kalian kehilangan ibu saat kalian berdua masih sangat kecil. Bahkan Nenek yang begitu mencintai kalian juga pergi lebih awal.
"Kalian pasti sangat menderita selama bertahun-tahun. Terutama Mianmian, aku dengar Chenchen mengatakan bahwa kau sudah pindah keluar dari rumah sejak lama? Kemudian Chenchen jatuh sakit dan kau harus bekerja paruh waktu di luar untuk membantu biaya pengobatannya, benarkah begitu?"
Qiao Mianmian tercengang, dan memelototi Qiao Chen, pura-pura marah. "Chenchen, untuk apa kau mengatakan ini pada nenek?"
Qiao Chen mengedipkan matanya dan berkata dengan ekspresi tidak berdosa, "Nenek yang bertanya padaku, aku tidak mungkin tidak menjawab, atau sampai membohongi nenek, kan. Selain itu, yang aku katakan itu benar. Kak, kau begitu menderita. Demi penyakitku, kau berkorban begitu banyak. Jika bukan karena dirimu, aku mungkin sudah sejak lama ...."
"Jangan bicara sembarangan!" Qiao Mianmian tidak menunggu Qiao Chen selesai berbicara, Qiao Mianmian sudah menyela perakataan Qiao Chen.
"Kau adalah adik laki-lakiku, sudah seharusnya aku berkorban untukmu. Kakak iparmu baru saja memberitahuku beberapa hari yang lalu bahwa dia akan segera melakukan operasi untukmu. Setelah operasi selesai, kau akan sama seperti orang normal. Di masa depan, semuanya akan baik-baik saja. Dan jangan mengungkit hal-hal buruk di masa lalu."
"Benar." Nenek Mo juga menepuk tangan Qiao Chen, menatap Qiao Chen dengan makna yang dalam di matanya, dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Semua akan menjadi semakin baik di masa depan. Hari-hari sulitmu dan kakak perempuanmu sudah berlalu. Di masa depan, hari-hari kalian akan semakin baik, orang yang mencintai kalian dan kalian cintai juga akan semakin banyak.
"Chenchen, kau baru saja memberi tahu nenek bahwa impianmu adalah menjadi pemain e-sports profesional, kan?"
Qiao Mianmian menemukan bahwa Nenek Mo memandang Qiao Chen seolah-olah Nenek Mo sedang melihat cucunya sendiri. Meskipun masih belum dikonfirmasi apakah Qiao Chen benar-benar anak dari keluarga Mo, tapi Nenek Mo jelas sudah menganggap Qiao Chen sebagai cucunya. Saat pertama kali bertemu, Nenek Mo juga sudah bersikap sangat baik terhadap Qiao Chen. Tapi kali ini, sikap Nenek Mo menjadi lebih baik.
"Iya." Qiao Chen mengerutkan bibirnya dan tersenyum, senyumnya sedikit malu. "Nenek, apakah kau akan merasa bahwa ini bukan pekerjaan yang layak?"