Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Sangat Mencintaimu (6)



Aku Sangat Mencintaimu (6)

0Chen Youran tersenyum mengejek, dengan sentuhan ironi yang mendalam dan aura dingin. Jari-jarinya sedikit mengepal. Suaranya yang agak serak terdengar jelas dengan tempo yang lambat, "Kalau kejadian itu tidak masuk hitungan maka di matamu apa aku harus merelakan walaupun sudah menangkap basah kalian saat di tempat tidur?"     

Dengan tenggorokan yang sedikit tercekat, Ji Jinchuan berkata, "Tidak, tidak seperti itu…"     

Sebelum Ji Jinchuan selesai berbicara, dia mendengar suara langkah kaki di tangga. Itu adalah Ji Nuo yang menuruni tangga. Ji Nuo berlari menghampiri Chen Youran dengan menaruh kedua tangan di belakangnya.     

"Ranran, aku juga punya hadiah untukmu," ucap Ji Nuo.     

Chen Youran menyesuaikan suasana hatinya dan senyum tipis muncul kembali di wajahnya. Meskipun dia sudah tahu hadiah apa yang akan diberikan si kecil, tetapi dia masih menunjukkan ekspresi penasaran.     

"Hadiah apa?"     

"Coba tebak." Ji Nuo berkata dengan misterius.     

Chen Youran menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak bisa menebaknya."     

"Aku ingin memberikan ini padamu. Aku melukisnya sendiri." Ji Nuo mengeluarkan sesuatu dari tangan yang ada di belakangnya dan berkata dengan sikap seolah memberikan harta karun yang begitu berharga.     

Chen Youran mengambil alih hadiah itu. Itu adalah lukisan cat air. Gambarnya menunjukkan seorang wanita yang sedang menggendong seorang anak. Latar belakangnya adalah awan putih dan matahari.     

Ji Nuo berdiri berjinjit dan mendekat ke Chen Youran. Dia menunjuk ke anak kecil pada gambar dan berkata, "Ini aku dan ini kamu."     

"Lukisan yang sangat bagus! Aku menyukainya." Ini pertama kalinya Chen Youran melihat Ji Nuo melukis. Dilihat dari lukisannya, si kecil sangat berbakat.     

Di luar ruang tamu, Entah sejak kapan kepingan salju bertiup dan mulai tersebar di mana-di mana. Kepingan-kepingan itu berkumpul menjadi satu membentuk gumpalan.     

Ji Nuo yang sangat senang dan bersemangat berkata, "Ranran, salju turun!"     

Ji Nuo ingin berlari keluar, tetapi Chen Youran mencengkeram kerah belakangnya dengan gerakan tangan yang cepat dan berkata, "Di luar terlalu dingin. Kamu tidak boleh keluar."     

"Aku ingin bermain dengan salju!"     

Ji Nuo kemudian mencoba melompat ke depan, tetapi Chen Youran tidak melepaskannya. Wajah Ji Nuo pun memerah ketika kerahnya ditarik.     

Chen Youran dengan cepat melonggarkan cengkeramannya dan berjongkok di depan Ji Nuo. Dia memegangi wajahnya dan berkata, "Bermain di luar tidak begitu menyenangkan. Aku akan membawamu ke tempat yang bagus, kita bisa membaca dan bercerita."     

"Oke." Ji Nuo bertepuk tangan dengan semangat.     

Chen Youran membawa Ji Nuo ke lantai atas. Ketika mereka mencapai tangga, Ji Nuo melihat kembali ke pria yang telah mereka lupakan dan berkata, "Ayah, pergilah bersama kami."     

Chen Youran tanpa sadar mengencangkan bibirnya. Dia tidak melihat ke belakang, matanya hanya jatuh pada anak tangga. Saat mendengar jawaban 'Ya' dari pria itu, tubuhnya sedikit menegang.     

Kemudian, Ji Jinchuan bangkit dan berjalan ke depan. Sebelum Ji Jinchuan mendekat, Ji Nuo mengulurkan tangannya untuk memeluknya.     

Chen Youran menaiki tangga dan membawa Ji Nuo ke lantai tiga lalu memasuki loteng yang telah dihancurkannya 5 tahun lalu. Loteng tersebut telah diubah menjadi studio. Melalui kaca jendela transparan yang besar, yang ukurannya dari lantai hingga ke langit-langit ruangan, mereka dapat melihat kepingan salju beterbangan di luar. Tempat ini sangat indah.     

"Ranran, bagaimana kamu tahu kalau rumah keluargaku memiliki tempat ini?" tanya Ji Nuo dengan wajah yang terkejut.     

"Aku dengar dari Ayahmu," jawab Chen Youran dengan tenang.     

Ji Nuo melirik Ji Jinchuan yang berada di sisi kanannya. Ayahnya sangat perhatian dan bahkan menceritakan hal-hal kecil seperti itu pada Chen Youran. Namun, sepertinya tidak ada kemajuan. Sepertinya, ayahnya itu harus berusaha lebih keras.     

"Ranran, di masa depan, kamu bisa sering datang ke rumahku untuk menemaniku. Ayahku sibuk setiap hari dan dia juga tidak mau menghubungi Tongtong. Tidak ada yang akan menemaniku bermain." Pada akhirnya, Ji Nuo mengerutkan bibirnya dengan sedih.     

"Oke." Chen Youran tersenyum. Di masa depan, dia akan meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk menemani Ji Nuo dan memberinya semua cinta seorang ibu yang telah hilang selama bertahun-tahun.     

Ji Nuo menatap Ji Jinchuan dan mengedipkan mata padanya. Ji Jinchuan melirik dengan ringan putranya yang sangat cerdik, kemudian membuang muka.     

Di salah satu sudut studio terdapat area bersantai. Terdapat sofa dan meja kecil di sana. Chen Youran lalu mengambil karpet dan membentangkannya di lantai. Kemudian, dia menggandeng Ji Nuo untuk duduk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.