Kalau Kamu Berani Bersikap Tidak Baik Padanya
Kalau Kamu Berani Bersikap Tidak Baik Padanya
"Kalau aku boleh memberitahumu, masalah ini terkait dalam kasus pembunuhan. Kamu boleh tidak mengatakannya sekarang. Tapi kalau sudah memasuki kantor polisi, jangan terkejut dengan cara interogasi yang akan mereka lakukan padamu," cibir Asisten Zhang.
Ketika Fan Xiao mendengar kasus pembunuhan, wajahnya seketika berubah menjadi pucat pasi. Dia pun berkata, "Pria itu hanya menyuruhku untuk menabrak Anda. Saya tidak tahu apa-apa… Ini semua tidak ada hubungannya dengan saya."
Melihat ada seseorang berjalan ke arah mereka, Asisten Zhang menepi, sementara Fan Xiao mengikutinya. Mereka pun berjalan menuju tempat tersembunyi.
Setelah sampai di tempat yang tersembunyi, Asisten Zhang bertanya lagi, "Siapa pria itu?"
"Dia adalah seorang pria berusia 30-an. Dia mengenakan kacamata." Suara tegas Asisten Zhang membuat Fan Xiao ketakutan. Bahkan dia menjawab dengan suara yang gemetaran.
Kemudian, Asisten Zhang mengeluarkan ponselnya dari sakunya. Dia menekan sebuah foto di album untuk memperbesarnya dan menunjukkan pada Fan Xiao. Dia pun bertanya, "Apa dia orangnya?"
"Benar, dia orangnya," kata Fan Xiao sembari mengangguk.
Asisten Zhang menarik ponselnya dan menarik perawat yang kehilangan fokus pandangannya itu. Dia kembali berkata, "Lain kali, kamu tidak boleh setuju untuk melakukan hal-hal yang bodoh. Apa menurutmu itu baik kalau harus mengorbankan nyawa seseorang hanya demi mendapatkan uang?"
"Saya tidak akan berani untuk melakukannya lagi. Dia memberi saya 3000 Yuan dan mengancam untuk melaporkan kepada polisi kalau saya tidak melakukan apa yang diperintahkannya." Fan Xiao tampak seperti akan menangis.
"Karena kamu sudah mengambilnya, maka simpanlah. Lain kali, jangan pernah melakukan hal-hal yang bodoh seperti itu lagi," ucap Asisten Zhang dengan suara dingin.
Tadi, Asisten Zhang menunjukkan foto-foto Gu Shikang padanya. Setelah dikonfirmasi oleh Fan Xiao, dia pun kembali ke kamar pasien VIP untuk melapor ke Gu Jinchen. Dia mendorong pintu kamar pasien dan melihat bahwa, selain Gu Jinchen, ada seorang pria yang duduk di sofa. Pria itu mengenakan pakaian bergaya barat. Kakinya ditumpuk menjadi satu dan penampilannya tampak tenang serta elegan. Pria itu juga bersikap hangat, namun wajahnya tampak cool dan acuh tak acuh. Pria itu memiliki kelima aspek ciri-ciri pria bangsawan.
Bagaimana mungkin Ji Jinchuan mengunjungi Presiden Gu? Gumam Asisten Zhang dalam hatinya.
Gu Jinchen melihat kedatangan Asisten Zhang dan bertanya, "Bagaimana dengan investigasinya?"
Asisten Zhang mengalihkan pandangannya dari Ji Jinchuan ke Gu Jinchen dan menjawab, "Pelakunya adalah Wakil Presiden Gu."
Ji Jinchuan sedikit mengernyit. Suara memesonanya yang terdengar dalam dan berat berkata, "Gu Shikang?"
"Iya," jawab Gu Jinchen. Dia merasa tubuhnya membeku. Meskipun mereka sering berselisih, tapi bagaimanapun juga mereka adalah saudara satu ayah dari ibu yang berbeda. Dia tidak menduga jika pria itu ingin membunuhnya. "Aku sudah mengira kalau dia pelakunya."
Mendengar hal itu, Ji Jinchuan bangkit dari sofa. Dia mengambil jas dan mantelnya, lalu berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Jinchuan…" Gu Jinchen memanggilnya. "Apa yang akan kamu lakukan?"
Ji Jinchuan menghentikan langkah kakinya. Dia menjawab tanpa membalikkan badan, "Aku akan melakukan hal-hal yang seharusnya aku lakukan. Kamu tidak usah ikut campur."
"Bagaimana kabarnya?" Gu Jinchen bertanya sambil menyesap bibirnya.
"Dia baik-baik saja," jawab Ji Jinchuan. Dia mengetahui siapa yang dimaksud oleh Gu Jinchen. Dia lalu membalikkan badan, menatap Gu Jinchen dengan tatapan dalam dan tenang. Bibir tipisnya terbuka dan berkata, "Untuk kemarin, terima kasih…"
Jika Gu Jinchen tidak memberitahunya, Ji Jinchuan tidak akan tahu apa yang akan terjadi.
Gu Jinchen menatap Ji Jinchuan dengan takjub, bahkan Asisten Zhang juga terkejut. Ji Jinchuan selalu menjunjung tinggi harga dirinya, bahkan tidak pernah merendahkan dirinya untuk berterima kasih kepada orang lain.
Dengan segera, Gu Jinchen mengumpulkan ekspresinya yang terkejut dan berkata, "Kalau kamu berani tidak bersikap baik padanya, aku akan bersaing secara adil denganmu."
"Kamu tidak akan memiliki kesempatan itu." Ji Jinchuan tidak menunjukkan kekesalannya. Sebaliknya, dia bersikap tetap tenang. Dia menatap pria yang duduk di tempat tidur pasien itu. Tatapan matanya dalam dan tenang, bahkan tidak ada gelombang. "Dia sedang mengandung anakku, apa kamu masih tidak menyerah juga?"
"Karena aku sudah pernah membantu seseorang untuk membesarkan anak dari orang lain, aku juga bisa melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya." Gu Jinchen berkata dengan sungguh-sungguh.
"Aku akan membesarkan anakku sendiri," tegas Ji Jinchuan. Setelah mengatakan kalimat itu, dia berbalik dan berjalan menuju pintu, membukanya, lalu pergi.
Setelah itu, Gu Jinchen memejamkan mata, dia berusaha menekan rasa sakit yang terkumpul di dalam hatinya. Kepalanya bersandar ke kepala tempat tidur. Dia hanya bisa menatap ke langit-langit dalam keadaan linglung.