Dokter Hantu yang Mempesona

Lembut dan Mabuk



Lembut dan Mabuk

0Wajar saja jika Tuan mengeluarkan anggur berkualitas yang harganya lebih dari seribu yen. Dia ternyata sedang menunggu Dokter Hantu di sini. Tapi, apakah Tuan berhasil membuat Dokter Hantu mabuk?     

Dua pria itu melirik Leng Shuang. Mereka membawa Leng Shuang keluar dari sini. Kalau tidak, meskipun Dokter Hantu mabuk, Tuan mereka tidak akan bisa melakukan apapun kalau ada Leng Shuang!     

Serigala Abu-abu berbalik dan tersenyum. "Leng Shuang, kembalilah dan beristirahat lebih awal! Kami akan berjaga di sini."     

Leng Shuang hanya melirik mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia terus berdiri di halaman dengan tenang. Dia sudah mendengar percakapan di dalam kamar. Sejujurnya, dia merasa khawatir jika Nona mabuk setelah terlalu banyak minum karena suasana hatinya sedang tidak baik. Mungkin ada sesuatu yang akan terjadi.     

Setelah diabaikan oleh Leng Shuang, Serigala Abu-abu menyeringai dan bertanya. "Leng Shuang, sudah berapa lama kamu melayani Dokter Hantu? Dia jelas sangat mempercayaimu! Ketika dia pergi ke Negeri Green Gallop, dia hanya akan mengajakmu..."     

Leng Shuang melihat dua pria itu mendekat. Dia langsung mengerutkan keningnya. "Kamu..." Ketika dia hendak bicara, bagian belakang kepalanya tiba-tiba terasa sangat sakit. Dalam sekejap, dia pingsan dan jatuh ke lantai.     

Serigala Abu-abu mengamati Leng Shuang yang sedang terkapar di lantai.      

Dia memicingkan matanya dan bertanya. "Kenapa kamu tidak menangkapnya?"     

Bayangan Satu menatap Serigala Abu-abu dan menjawab.      

"Kenapa kamu tidak menangkapnya?"     

"Posisimu lebih dekat dengannya!"     

"Aku pikir kamu yang akan menangkapnya!"     

Setelah berdebat, mereka diam sejenak dan saling memandang. Serigala Abu-abu berkata.      

"Cepat bawa dia ke kamar."     

"Kamu bisa menggendongnya sendiri. Aku tidak mau."     

Bayangan Satu mundur. Dia tidak mau melihat Serigala Abu-abu.     

Ketika Serigala Abu-abu mendengar ucapan Bayangan Satu dan melihat dia mundur, dia sangat ingin menendangnya. Akhirnya, dia hanya menatap Bayangan Satu sambil cemberut, lalu melihat Leng Shuang yang masih tidak sadarkan diri di lantai. Dia merasa ragu sejenak. Kemudian, dia menunduk dan menggendong Leng Shuang ke kamar yang ada di samping halaman.     

Feng Jiu mengenakan jubah. Ketika dia melepaskan jubahnya, dia hanya mengenakan blus. Dia memegang mangkuk besar yang berisi anggur dan meneguk semuanya. Dia lalu membanting mangkuk itu dengan keras. "Tuang lagi!"     

Tuan Neraka sedang duduk di sampingnya. Kedua matanya menyipit karena pandangannya mulai kabur. Dia memperhatikan wajah Feng Jiu yang kemerahan karena sedang mabuk.     

Tuan Neraka tidak menuangkan anggur lagi.      

Dia justru meletakkan beberapa makanan di dalam piring Feng Jiu. "Makanlah."     

"Anggur. Aku ingin anggur." Feng Jiu melambaikan tangannya. Dia mendorong mangkuk anggur ke hadapan Tuan Neraka kemudian menunjuk mangkuk itu. "Di sini. Tuangkan saja."     

Setelah melihat sikap Feng Jiu, Tuan Neraka mengangkat kendi anggur dan menuangkannya ke dalam mangkuk. Itu adalah anggur spirit yang tidak terlalu membahayakan tubuh. Selain itu, Feng Jiu sudah menelan makanan. Tidak masalah jika dia minum lagi.     

Feng Jiu menghabiskan mangkuk demi mangkuk sehingga anggur di dalam kendi habis. Tuan Neraka mengguncang kendi anggur kosong itu. Dia menoleh pada Feng Jiu yang sedang duduk di sampingnya sambil mengangkat alis. "Kenapa kamu menatapku?"     

Feng Jiu menopang dagunya. Dia sedang memandang Tuan Neraka sambil tersenyum. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kedua matanya berbinar. Entah kenapa, Tuan Neraka merasa bahwa pemandangan ini sangat menarik.     

Feng Jiu ternyata cukup menggemaskan ketika sedang mabuk.     

Menggemaskan? Tuan Neraka tidak menduga bahwa kata itu akan muncul di dalam benaknya.     

"Biar aku ceritakan sebuah rahasia. Mendekatlah." Feng Jiu memandang Tuan Neraka. Matanya tampak memukau saat dia memberi isyarat dengan jarinya.     

Jantung Tuan Neraka berdetak dengan kencang. Dia mendekati Feng Jiu sambil menatap bibir yang lembut dan mempesona milik Feng Jiu. Saat itu, nafasnya menjadi semakin berat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.