Dokter Hantu yang Mempesona

Guru



Guru

3"Ibu pamit sekarang. Jaga dirimu baik-baik. Tidak ada yang lebih penting daripada nyawa."Shangguan Wanrong melepaskan tangan Feng Jiu dan menatapnya dalam-dalam. Saat ini, suara Duan Mubai dan yang lainnya datang dari luar.     

"Adik Junior?"     

Dia berbalik badan dan berjalan keluar. Setelah dia menutup formasi penghalang gua, dia segera menemui mereka. "Saya telah bertemu dengan Kakak Senior sekalian."     

"Adik Junior, kami tahu kamu akan pergi hari ini jadi kami datang kesini untuk mengantarmu." Alkemis peringkat ketiga dalam senioritas berkata sambil tersenyum. "Apakah kamu sudah siap?"     

"Ya, saya baru saja bersiap untuk pergi." Shangguan Wanrong mengangguk.     

"Biarkan kami mengirim kamu pergi!" Duan Mubai berbicara sambil membuat isyarat untuk mengajaknya pergi bersama.     

Shangguan Wanrong tersenyum dan berjalan bersama mereka ke gerbang sekte dan mengobrol di sepanjang perjalanan. Ketika dia mengetahui dari mereka bahwa Tetua Matahari Ketiga telah menjalani pengasingan untuk membuat pil obat, dia hanya bisa tersenyum.     

Setelah mereka mengirimnya keluar gerbang sekte, mereka berhenti sejenak. "Adik Junior, kamu sendirian di luar jadi harap hati-hati dalam segala hal."     

"Saya tahu." Shangguan Wanrong membungkuk kepada mereka. "Terima kasih atas bantuan Kakak Senior sekalian. Sekarang sudah terlambat, jadi saya pamit dulu."     

"Hati-hati di perjalanan."     

"Hati-hati di jalan, Kakak Junior."     

"Jaga dirimu."     

Mereka berbicara sambil menyaksikan Shangguan Wanrong pergi. Ketika gerbang sekte ditutup, mereka saling memandang sejenak kemudian pergi satu per satu.     

Duan Mubai tidak langsung kembali ke puncak kedelapan tapi pergi ke daerah pencari kerja serabutan. Setelah dia mengingat permintaan Shangguan Wanrong, dia berpikir ingin memindahkan pesuruh itu ke sampingnya agar dia bisa menjaganya.     

Pada saat yang bersamaan, di gua Shangguan Wanrong, Feng Jiu terbaring di tempat tidur dan tidak bisa bergerak. Meskipun demikian, dia diam-diam menggerakkan energi spiritual di tubuhnya untuk membuka segel akupuntur.     

Membiarkan ibunya pergi sendiri akan terlalu berbahaya karena Tetua Matahari Ketiga tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini. Dia bahkan sangat yakin bahwa orang itu telah menunggu ibunya di luar gerbang sekte.     

Energi spiritual di tubuhnya mulai bergerak. Dia merasa sedikit tidak nyaman karena kepergian ibunya dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Untungnya, dia masih punya rencana.     

Ketika dia memikirkannya, hatinya yang semula cemas menjadi lebih rileks. Dia pun berkonsentrasi untuk membuka segel akupuntur.     

Sementara itu, di luar gerbang sekte, Shangguan Wanrong berjalan menuruni gunung secara perlahan. Tidak ada seorang pun di belakangnya, tapi dia merasa seolah-olah ada sepasang mata yang mengikutinya dan bersiap untuk menyerangnya kapan saja.     

Firasat itu membuat tubuhnya kaku dan merasa sangat ketakutan.     

Selama dia berjalan menyusuri jalan pegunungan, suara gemerisik di hutan terdengar mirip seperti angin bertiup dan seperti ada orang yang menginjak dedaunan. Meskipun dia merasa waspada, dia harus tetap tenang untuk menghindari kecelakaan selama perjalanan.     

Apakah itu hanya khayalan? Apakah dia hanya terlalu cemas?     

Dia berpikir untuk segera keluar dari wilayah yang melarang penerbangan. Kemudian, dia akan pergi menaiki pedang terbang dengan cepat. Selama dia bisa pergi dari tempat ini, Tetua Matahari Ketiga akan kesulitan menemukannya.     

Dia merenung sambil mempercepat langkahnya untuk menuruni gunung. Dia pergi lebih cepat. Namun, ketika dia hendak meninggalkan perbatasan yang melarang penerbangan, sebuah suara yang sangat familiar tiba-tiba datang dari belakang..     

"Wanrong."     

Seluruh tubuhnya menegang karena terkejut. Dia segera berbalik dan melihat Tetua Matahari Ketiga yang berpakaian abu-abu berdiri tidak jauh dari sana sambil menatapnya. Dia pun mencoba untuk tenang dan bertanya secara perlahan. "Guru? Kenapa anda ada di sini?"     

Saat berbicara, dia tidak berjalan maju tapi justru mundur sambil menatap orang yang datang dengan hati-hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.