Dokter Hantu yang Mempesona

Kartu Undangan Senilai Seratus Ribu Emas



Kartu Undangan Senilai Seratus Ribu Emas

0Wanita cantik yang duduk di samping Penguasa Kota tersenyum. "Perintahkan orang-orang di dapur untuk bersiap menjamu dua teman Tuan Muda malam nanti."     

"Nyonya, Tuan Muda sudah memberikan perintah. Saat ini, staf dapur sedang membuat persiapan." Pelayan menjawab sambil tersenyum.     

"Baguslah." Wanita cantik itu mengangguk sambil memandang Penguasa Kota di sampingnya.     

"Pergi dan panggilah Lang'er." Penguasa Kota memberikan isyarat.     

"Baik." Ketika pelayan itu hendak pergi, dia melihat Tuan Muda Ning datang. Dia segera berbalik badan dan menyampaikan, "Tuan, Nyonya, Tuan Muda ada di sini."     

"Ayah, Ibu."     

Ketika Penguasa Kota dan istrinya melihat anak mereka berlari masuk, mereka berdua saling memandang sambil tersenyum. Wajah mereka dipenuhi dengan kasih sayang ketika mereka melihat tubuh anaknya yang gemuk.     

"Pelan-pelan, kamu sudah besar tapi masih suka berlari-lari. Jangan sampai pelayan menertawakanmu." Istri Penguasa Kota tersenyum dan menggeleng dengan pasrah.     

"Ibu." Ning Lang berjalan ke samping ibunya dan meraih tangannya. "Ayah, Ibu, biar aku beri tahu. Tadi..."     

"Kami tahu. Setelah kami masuk ke rumah, pelayan memberitahu kami bahwa dua temanmu datang untuk berkunjung. Ayah dan Ibu tahu." Istri Penguasa Kota menyela kata-kata Ning Lang sambil tersenyum. Dia pun menepuk-nepuk tangan putranya yang gemuk. "Nak, jarang ada temanmu yang datang ke sini. Jadi, berhentilah memikirkan cara untuk mencari uang dan bermainlah dengan dua temanmu. Ajak mereka untuk berkeliling kota. Kamu harus berusaha menjadi tuan rumah yang baik dan menjalin hubungan dengan teman-temanmu."     

Penguasa Kota mengangguk. "Itu benar. Dengarkan orang tuamu dan pergilah. Jangan tinggal di kota ini sepanjang hari. Jika kamu benar-benar tidak ingin keluar, maka kamu bisa kembali ke akademi. Kamu pasti punya banyak teman di akademi. Jika kamu tidak kembali dalam waktu yang lama, maka mereka akan sangat merindukanmu. "     

Ning Lang sadar bahwa orang tuanya selalu memaksa agar dia kembali ke akademi. Dia tidak bisa mendengarkannya lebih lama lagi. "Ayah, Ibu, jangan membicarakan hal ini. Telingaku sakit."     

Dia bermaksud memberitahu identitas Feng Jiu pada orang tuanya, tapi ketika dia melihat perilaku mereka, dia mengurungkan kembali kata-katanya. Dia memutar bola matanya sejenak. Namun pada akhirnya, dia hanya bisa tersenyum dengan mata menyipit seperti bulan sabit. "Ibu, Ayah, masih ada beberapa hal yang belum aku urus. Aku harus kembali dulu. Ngomong-ngomong, kalian tidak boleh menerima tamu malam ini. Aku akan menjamu tamu-tamuku setelah matahari terbenam."     

"Ya, ya. Maksudmu kedua temanmu itu, kan? Kami juga ingin bertemu dengan mereka."     

Ning Cheng tertawa ketika dia melihat aura licik di mata putranya. Dia menghela nafas dalam hati. Meskipun tindakan putranya yang sembunyi-sembunyi sangat tidak baik, namun tidak ada yang memahami putranya daripada ayahnya sendiri. Dia ingin tahu ide gila apa dipikirkan oleh putranya.     

"Kalian bisa bertemu dengan mereka nanti malam. Mereka sedang beristirahat sekarang. Aku pergi dulu. Ada beberapa hal yang harus aku tangani." Ning Lang melambaikan tangannya. Dia berbalik badan untuk pergi tanpa memberi mereka kesempatan untuk bicara.     

Setelah dia kembali di halaman kamarnya, dia langsung pergi ke ruang kerja. Dia duduk dalam waktu yang cukup lama lalu memanggil empat penjaga rahasia. Kemudian, dia menyerahkan barang-barang kepada mereka. "Ini adalah delapan kartu undangan. Bawa ini ke beberapa klan dan pasukan di kota. Beri tahu mereka bahwa satu kartu undangan bernilai seratus ribu emas."     

"Baik." Keempat penjaga rahasia menanggapinya dengan hormat dan bergegas untuk pergi.     

Ning Lang menggosok kepalanya sambil memperhatikan kepergian empat penjaga. Kilauan di mata mungilnya dipenuhi dengan kegembiraan dan semangat.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.