Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Memutuskan Semua Ikatan (2)



Memutuskan Semua Ikatan (2)

3[Roh biru …. Bagaimana mungkin ….]     

Orang yang baru saja melepaskan energi roh biru, sebenarnya adalah seorang pemuda kurus yang kelihatannya berusia empat belas atau lima belas tahun. Sungguh tak dapat dipercaya!     

Xiong Ba bahkan lebih terkejut, ia menganga melihat Jun Xie. Ia mengingat ketika mereka berada di Ibu kota Negeri Api, Jun Xie hanya memiliki kekuatan roh hijau. Tetapi dalam waktu kurang dari satu bulan sejak saat itu, pemuda ini telah menembus roh biru?     

Penembusan level kekuatan spiritual yang begitu cepat, benar-benar belum pernah terjadi sejak lampau dan tidak akan terjadi di masa depan, dan semua ini benar-benar menghancurkan persepsi yang dimiliki semua orang di dalam kerumunan!     

Saat ini di mana roh ungu hampir punah, roh nila sudah dianggap sebagai kekuatan yang paling hebat, dan hanya satu langkah sebelum roh nila adalah roh biru ….     

Mengangkat mata mereka untuk melihat dunia, apakah benar-benar ada roh biru semuda ini?     

Qu Wen Hao meremas dadanya, seraya menatap punggung Jun Xie yang begitu mantap melangkah, hatinya dipenuhi dengan keputusasaan.     

Ketua Klan lain dari Kota Seribu Monster tiba-tiba berdiri dan di belakang punggung Jun Xie ia berteriak, "Jun Xie! Kau begitu kuat! Mengapa kau menolak untuk menolong Nona Muda kami! Bukankah kau dan Nona Muda saling mengenal? Nona Muda telah ditangkap oleh Qu Xin Rui dan ia mati atau tidak sekarang kita tidak tahu. Kau memiliki dua Binatang Roh Kelas Pelindung. Mengapa kau tidak mau mengorbankan salah satunya untuk menyelamatkan nyawa seseorang? Jika kau mau … selamanya kau akan berjasa bagi Kota Seribu Monster!"     

Jun Wu Xie memutar kepalanya sedikit, dan menatap Ketua Klan yang berbicara padanya.     

"Karena kau lemah, itu membuat tindakanmu benar?"     

Ketua Klan langsung tertegun.     

Faktanya, Jun Wu Xie dan Kota Seribu Monster tidak ada kaitannya sama sekali dan alasan ia datang ke sini karena kesepakatannya dengan Qu Ling Yue untuk bekerja sama. Selain itu, Jun Wu Xie tidak merasa ia harus memberikan sesuatu demi Kota Seribu Monster.     

Ini jelas adalah masalah yang melibatkan orang-orang Kota Seribu Monster itu sendiri, tetapi mereka meminta padanya untuk menyerahkan apa yang ia miliki untuk menyelesaikan masalah mereka ….     

Jika ini diketahui oleh orang luar, mereka akan dihina dan ditertawakan oleh orang lain!     

Ia tidak ingin membuang tenaganya dengan orang-orang ini lagi dan Jun Wu Xie mengangkat kakinya untuk berjalan keluar dari Balai Klan Amukan Api, dan di sepanjang hidupnya, ia tak akan pernah menginjakkan kaki lagi di tempat itu!     

Sosok Jun Wu Xie dan Jun Wu Yao menghilang di pintu utama Balai Klan Amukan Api. Qu Wen Hao berusaha untuk berdiri, menolak bantuan yang ditawarkan oleh sang Ketua Klan.     

"Kepala Daerah Kota …." Xiong Ba menatap Qu Wen Hao yang terlihat memelas. Sehubungan dengan masalah ini, ia sudah tidak setuju sejak awal tetapi ….     

"Kepala Daerah …. Kau memang sudah salah …." Qing Yu berkata sambil mengembuskan napas panjang. Walaupun Jun Xie tidak meledak marah kali ini, tetapi dari tatapan matanya, Qing Yu mengerti hubungan mereka sebagai rekan kerja telah rusak, pemuda yang mereka undang untuk menyelematkan Kota Seribu Monster dari krisis yang mereka alami kini telah diusir pergi dengan tangan mereka sendiri.     

Qing Yu tidak akan pernah bisa melupakan, tatapan dingin dan menusuk yang ia lihat di mata Jun Xie.     

Wajah Qu Wen Hao pucat pasi, ia tak mengatakan apa pun. Ia melangkah limbung ke luar pintu, tangannya masih menggenggam Seruling Tulang Penjinak Roh dengan erat.     

Xiong Ba dan yang lain merasa putus asa. Mereka tidak tahu lagi, siapa di dunia ini yang bisa mengangkat mereka dari kolam lumpur ini, setelah mereka merusak harapan terakhir yang mereka miliki, dengan tangan mereka sendiri ….     

Qu Wen Hao meninggalkan Balai Klan Amukan Api, dan berjalan sendirian ke Ruang Awan Surgawi. Satu tendangan dari Jun Xie sebelum ia pergi, telah menghantam dadanya, melukai organ dalamnya. Ia merasakan rasa sakit yang luar biasa seolah organnya sedang dipanggang di dalam rongga dadanya tetapi ia tak peduli sedikit pun, namun hanya terus berjalan dengan langkah berat ke Ruang Awan Surgawi, sambil mengulurkan tangannya, dan mengetuk pintu yang terkunci rapat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.