Batu Hitam Misterius (8)
Batu Hitam Misterius (8)
Selain lubang-lubang lumpur yang tak terlihat yang tersebar di tanah rawa, binatang buas yang mengerikan bersembunyi di dalam kabut tebal. Kelompok yang beranggotakan pria-pria berpengalaman dan tangguh telah kehilangan setengah dari pasukannya di bawah serangan Binatang Roh yang bersembunyi di balik kabut. Yang lebih menakutkan lagi, adalah racun yang terkandung di dalam kabut itu, yang terus menyelimuti mereka. Mereka tak memerhatikan hal itu pada awalnya, sampai beberapa di antara mereka keluar dari kabut itu dan menyadari luka di tubuh mereka terus mengeluarkan nanah dan membusuk setelah racun itu menyebar ke seluruh organ dalam mereka, barulah mereka menyadari betapa menakutkannya kaki Tebing Kaki Surga.
Di dalam kabut yang begitu tebal kau tak dapat melihat tanganmu sendiri di depan wajahmu, udara dipenuhi dengan racun, tanah dipenuhi dengan lubang rawa yang sangat banyak, Binatang Roh yang ganas, di mana setiap bahaya itu bisa mengambil nyawamu dengan mudah.
Itulah saatnya Mu Qian Fan akhirnya mengerti mengapa kliennya yang tahu persis lokasi Tebing Kaki Surga menawarkan sejumlah uang yang sangat banyak pada mereka hanya untuk membuat peta area itu. Ia pasti tahu bahaya yang mengancam di dasar Tebing Kaki Surga, dan para pria itu membayarnya dengan nyawa mereka sendiri.
Tetapi sudah terlambat untuk menyesal. Dengan satu-satunya pengecualian Mu Qian Fan, kelompok mereka yang terdiri dari sebelas orang sudah meninggal sepuluh orang. Selain Batu Giok Hitam yang tak dapat mereka potong, mereka tak mendapatkan apa-apa lagi.
Karena mereka tak dapat membuat peta itu, mereka tak akan dapat menerima sisa pembayaran dari klien itu. Ketika Mu Qian Fan kembali, ia mencari kliennya. Tetapi ketika klien itu tahu Mu Qian Fan dan kelompoknya hampir semua lenyap dalam misi mereka, mereka sudah kehilangan minat untuk melanjutkan pembicaraan dan hanya bertanya singkat mengenai apa yang terjadi di Tebing Kaki Surga dan kemudian mengusirnya pergi setelah itu.
Dengan semua saudaranya wafat, ia menjalani hidupnya dalam ketakutan hanya berpegang pada sebongkah batu rusak. Dalam upaya untuk memberikan penghiburan pada keluarga saudaranya yang berduka, Mu Qian Fan tak memiliki pilihan lain selain membawa Batu Giok Hitam dan menyerahkannya pada He Chang Le untuk dilelang.
Setelah Mu Qian Fan menyelesaikan ceritanya, ia menundukkan kepalanya. Tinjunya yang mengepal erat berlumuran darahnya sendiri.
Kenangan setiap saat yang dihabiskan di Tebing Kaki Surga sangat terpatri di dalam benaknya. Teriakan saudara-saudaranya detik-detik sebelum mereka meninggal terus menghantuinya dalam mimpi, bagaikan iblis yang terus mengejar.
"Itu sudah pasti bukan tempat yang baik dan kau seharusnya melupakan semua yang baru saja kau dengar dan menganggapnya sebagai sebuah cerita." Mu Qian Fan diam cukup lama sebelum ia mengangkat kepalanya, matanya dipenuhi dengan keputusasaan dan duka yang tak dapat digambarkan.
Jika saja mereka tak tergoda dengan uang yang ditawarkan, jika saja mereka lebih bersahaja dan hanya menerima misi-misi yang lebih sederhana, maka saudara-saudaranya masih akan hidup sekarang dan ia tak perlu menjadi seperti mayat hidup.
Luka-luka di tubuhnya sekarang menjadi sangat parah. Ia sudah kembali cukup lama dan luka-lukanya terus bernanah dan membusuk. Perban yang menutupi tubuhnya bukan untuk melindungi lukanya tetapi ia takut penampilannya yang mengerikan akan menakuti orang-orang yang melihatnya.
Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan racun yang didapatnya dari Tebing Kaki Surga dan ia tahu usianya tidak lama lagi. Ia hanya berharap, sebelum dirinya meninggal, ia dapat membantu keluarga saudaranya yang telah meninggal.
Jun Wu Xie dengan sabar mendengarkan Mu Qian Fan hingga ia selesai bercerita, wajahnya tak menunjukkan emosi sedikit pun.
Di mana Qiao Chu dan yang lain terlihat sangat serius.
"Apakah aku membuat kalian semua takut? Haha …. Tidak seburuk itu, hanya saja, jangan pergi ke tempat itu." Mu Qian Fan berpikir bahwa para pemuda ini ketakutan dengan apa yang dialaminya dan ia segera mengubah nada bicaranya dan mencoba untuk menggunakan kata-kata yang lebih ringan.
"Apakah kau masih akan tinggal di Kota Chan Lin untuk beberapa saat?" Jun Wu Xie bertanya tiba-tiba.