Tamparan Ketujuh (2)
Tamparan Ketujuh (2)
"Maksudmu mengenai Prajurit Rui Lin?" Fan Zhuo bertanya, dengan tatapan ingin tahu di wajahnya. Ia sebelum ini bertanya pada Jun Xie mengenai hubungannya dengan Prajurit Rui Lin tetapi begundal kecil itu terlalu malas untuk menjelaskan padanya dan menghindari topik itu menunjukkan rasa malasnya.
Jun Wu Xie mengangguk.
Fan Zhuo mengamati Jun Wu Xie dengan serius, terlihat begitu perhatian sebelum ia bertanya, "Prajurit Rui Lin akan datang besok, bukan?"
"Mmm." Jun Wu Xie mengangguk lagi.
Ujung mulut Fan Zhuo naik sedikit. Prajurit Rui Lin akan datang ke sini besok, dan Jun Xie mengatakan padanya ia perlu pergi untuk beberapa saat. Dua peristiwa yang kelihatannya terpisah membuat Fan Zhuo yakin pasti ada hubungan di antara mereka.
Namun, Jun Wu Xie masih tidak berniat menjelaskannya sedikit demi sedikit pada Fan Zhuo dan setelah ia mengucapkan beberapa kata perpisahan pada Fan Zhuo, ia segera pergi.
Jarak antara Kerajaan Qi dan Akademi Angin Semilir tidak terlalu jauh dan mereka akan selalu datang lewat jalan utama.
Long Qi memimpin timnya Prajurit Rui Lin, pasukan yang gagah dan perkasa, berderap melewati jalanan lebar, tentara berjubah baja perak itu duduk tegak di atas punggung kuda perang mereka. Suasana mengagumkan itu terpancar dari rombongan pria tangguh membuat semua orang yang melewati mereka di jalanan buru-buru memberi jalan.
"Bos, Nona Muda benar-benar ada di Akademi Angin Semilir?" Seorang prajurit di sebelah Long Qi bertanya, dengan rasa rindu menghiasi matanya.
Long Qi memandang prajurit itu, tatapannya serius.
"Kita tidak berhak ikut campur dengan urusan Nonamu."
Prajurit itu mundur, dan cepat-cepat mengangguk. Tetapi sebuah tatapan penuh harap walaupun begitu tetap berada di matanya.
Sebagai rombongan yang lewat di jalan utama, para pria dari Prajurit Rui Lin harus memasuki jalan kecil. Walaupun lebih sempit, jalur itu panjang, diselimuti ketenangan, walaupun, sedikit berangin. Jalan yang lebih kecil hanya cukup menampung tiga kuda yang berjalan sejajar, dan pepohonan lebat berbaris di sepanjang tepi jalan, di kedua sisi jalan. Karena saat itu sudah senja, tidak banyak orang yang melihatnya.
Tiba-tiba, satu sosok muncul di jalur itu. Dari kejauhan, berkas cahaya matahari terbenam bersinar cerah dari balik sosok itu, membuat wajah sosok itu tertutup bayangan hitam. Cahaya senja dari area di sekeliling sosok itu dari belakang, menciptakan lingkaran berwarna emas di sekitar sosok itu.
Long Qi menatap heran, dan menunjuk dengan tangannya. Semua orangnya segera berdiri, berwaspada dan bersiap.
Namun, ketika Long Qi memimpin orang-orangnya maju, ia baru saja menjadi lebih dekat dengan sosok itu ketika tiba-tiba ia membuang sikap waspadanya dan segera berlutut dengan satu kaki!
"Nona Muda!"
….
Di Akademi Angin Semilir, satu hari telah berlalu. Kehebohan yang mengguncang Fakultas Penyembuh Roh telah mereda. Tetapi sisa getaran itu belum sepenuhnya berhenti ketika berita lain yang mengguncang bumi terdengar, dan langsung menciptakan badai lain yang mengamuk dan mengoyak seluruh isi akademi sekali lagi.
Di depan pintu Akademi Angin Semilir, ratusan prajurit berbaju perang, menunggang di atas kuda perang yang gagah, menghalangi seluruh jalan masuk. Di belakang kuda perang yang siaga, adalah seorang pria tinggi, wajahnya sekeras baja, aura yang dipancarkan keluar oleh para tentara itu begitu menusuk. Punggung mereka yang tegak lurus, membuat semua murid yang berkumpul di depan pintu akademi, takut untuk melangkah maju.
Tetapi di tengah barisan tentara yang mengagumkan dan mengintimidasi ini, ada sosok yang berdiri sendirian dan terlihat mencolok.
Berbusana dengan balutan kain putih, keanggunannya yang lembut, wajahnya yang cantik tak bercela. Semua murid Akademi Angin Semilir yang berkumpul di sini, mendadak terkagum, tanpa satu pun pengecualian.
Di dalam Akademi Angin Semilir, mereka tidak kekurangan pemuda tampan. Tetapi tidak ada yang menarik perhatian mereka daripada seorang gadis yang duduk di atas kuda indah di depan mata mereka.
Gadis berpakaian putih itu, terlihat masih agak muda. Aura memikat di sekitar gadis itu membuat orang mau tidak mau tertegun karena kecantikannya, tetapi juga merasakan ketakutan yang tak dapat dijelaskan ketika memandang wajah cantik tak bercela. Wajah gadis itu dingin dan tanpa emosi, matanya yang sejernih kristal terlintas dengan aura dingin. Seraya ia melewati kerumunan murid-murid, mata itu tidak berubah sedikit pun dan dengan siapa pun.
Dingin, mencekam dan entah bagaimana menakutkan.
"Siapa orang-orang ini?" Seorang pemuda di balik pintu berbisik keras.
"Itu adalah Prajurit Rui Lin! Pasukan paling kuat!" Mata yang tajam menunjuk bendera yang berkibar terkena angin dan berteriak lembut.