Datang ke Kota Chan Lin Lagi (2)
Datang ke Kota Chan Lin Lagi (2)
Jun Wu Xie menyapa dengan anggukan pelan.
Mu Qian Fan segera melangkah mundur untuk membiarkan mereka masuk dan ia berkata antusias, "Masuk dan silakan duduk."
Jun Wu Xie dan kawannya masuk ke rumah itu dan menemukan bagian dalam rumah itu bahkan lebih usang daripada bagian luarnya. Selain hanya memiliki ranjang kayu tua dan lapuk serta kursi dan meja kayu bekas, seluruh rumah berdinding empat itu bisa dikatakan kosong.
"Huff, mengapa semua ini begitu familiar?" Qiao Chu menyapukan pandangannya di ruangan kosong itu dan mengingat palung tempat mereka berada sebelum ini, sebelum bertemu dengan Jun Wu Xie.
Di tahun-tahun itu, mereka berada di situasi yang tidak jauh berbeda dari Mu Qian Fan.
"Kau memiliki begitu banyak uang dari sebongkah batu hitam itu, mengapa kau masih …." Qiao Chu bertanya, seraya memandang Mu Qian Fan keheranan.
Batu hitam pekat itu telah dijual seharga ratusan ribu tael dan itu bukan jumlah kecil. Hanya mengambil beberapa ratus tael dari situ akan membuat hari-hari Mu Qian Fan jauh lebih mudah.
Mu Qian Fan juga menyadari hal itu ketika ia melihat pemuda di hadapannya, sedikit malu dengan keadaannya yang miskin ia berkata, "Aku memberikan semua uang itu pada keluarga saudara seperjuanganku. Banyak dari saudaraku adalah tulang punggung keluarga mereka dan kebanyakan dari mereka memiliki orang tua dan muda yang sangat bergantung pada penghasilan para pria itu. Sekarang mereka tidak ada lagi di dunia ini, meninggalkan anak-anak mereka yatim dan istri-istri mereka menjadi janda dan tak ada orang yang akan merawat mereka, bagaimana aku bisa menikmati uang itu? Setidaknya aku masih hidup dan cukup aktif untuk bertahan hidup. Keluarga mereka memerlukan uang itu lebih daripada aku."
Mu Qian Fan bukan hanya memberikan semua uang yang ia terima di lelang hari itu, ia bahkan mengeluarkan semua tabungannya yang telah dikumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun dan tidak menyisakan satu sen pun untuk dirinya.
Qiao Chu dan Fei Yan bertukar pandang dan mata mereka dipenuhi dengan rasa kasihan, juga rasa penghormatan yang terpendam.
Mu Qian Fan sudah hidup begitu miskin dan ia tak mengambil sedikit pun uang perungu dari perolehan itu. Ia merasa sangat malu terhadap saudara seperjuangannya yang pergi dari dunia ini hingga ia lebih baik membiarkan dirinya menderita daripada menyentuh uang yang ditukar dengan nyawa saudara-saudaranya.
Mungkin karena Qiao Chu dan Fei Yan memperlihatkan mata yang dipenuhi rasa kasihan dengan sangat jelas sehingga itu membuat Mu Qian Fan bahkan semakin malu.
"Tempatku agak kecil, mohon maaf. Apakah kau mau … duduk di ranjang?" Mu Qian Fan segera berjalan ke tempat tidur dan menarik selimut yang sudah berubah warna menjadi gelap karena jarang dicuci. Ia berusaha untuk merapikan seprei yang kusut dengan tangannya dan melangkah ke pinggir sambil menyengir, mempersilakan Qiao Chu dan kawannya untuk duduk.
Melihat Mu Qian Fan dalam keadaan seperti itu, Qiao Chu merasa dirinya tercekat.
Bagi Qiao Chu, itu tidak penting seberapa banyak kekayaan yang dimiliki seseorang, atau seberapa mampunya orang itu, tetapi yang lebih penting adalah seberapa tulus hatinya.
Pada Mu Qian Fan, Qiao Chu melihat kemantapan rasa tanggung jawab seorang pria dewasa, dirinya sendiri hidup dalam kemiskinan yang hina, tetapi tidak tergoda sedikit pun untuk mengambil uang yang ada di tangannya. Tanpa mengabaikan kemampuan Mu Qian Fan, tindakannya yang tidak egois terhadap keluarga para saudaranya yang telah meninggal telah membuat Qiao Chu dan kawan-kawannya menyimpan rasa hormat yang tinggi.
Jun Wu Xie menyapukan pandangannya ke sekeliling rumah itu sebelum ia berkata singkat.
"Semua keluar." Dan ia berbalik keluar.
Mu Qian Fan terlihat sangat malu. Ia tahu di dalam hatinya, dengan keadaan rumahnya yang seperti itu, ia seharusnya tidak mengundang tamu. Walaupun pemuda di hadapannya masih muda, menilai dari cara mereka berpakaian, mereka kelihatannya bukan berasal dari latar belakang biasa.
Qiao Chu dan kawan-kawannya dengan patuh keluar dari rumah dan Mu Qian Fan bergegas mengejar mereka. Setelah ia keluar, Mu Qian Fan bahkan menutup pintunya dengan hati-hati.
Ia belum pulih dari luka-lukanya dan ia tidak dapat menemukan pekerjaan untuk menghasilkan uang. Rumah kecil ini setidaknya menjadi tempat berlindung dari hujan dan angin baginya.
Namun, Mu Qian Fan baru berjalan beberapa langkah dari rumah itu ketika Jun Wu Xie mendadak mengeluarkan satu tongkat bara dan menyalakannya. Ia kemudian mengambil api yang menyala itu dan melemparkannya ke atap rumah Mu Qian Fan!