Harga yang Harus Dibayar (1)
Harga yang Harus Dibayar (1)
Upaya Negeri Yan saat ini lebih fokus untuk membangun perekonomian mereka dan memastikan rakyat mereka tetap ahli dalam berperang, untuk mempertahankan kekuasaan mereka yang tak tergoyahkan.
Jun Wu Xie merenungkan semua fakta ini. Peta harta karun yang menuju ke makam Kaisar Kegelapan terdiri dari delapan bagian yang terpisah. Satu bagian peta saat ini tak diketahui keberadaannya oleh Dua Belas Istana dan itu tersimpan di tangan Fan Zhuo. Tujuh bagian lainnya dipegang oleh tujuh istana berbeda dari Dua Belas Istana dengan konfrontasi tak terucap di bawah kekuatan Kaisar Kegelapan dan dominasi kekuatan mutlak Rezim Kegelapan.
Dua Belas Istana takut untuk melakukan kejahatan tak termaafkan dengan mengganggu istirahat abadi Kaisar Kegelapan dan maka itu mereka mengirimkan orang-orang mereka untuk bekerja sama dengan berbagai kelompok kekuasaan di Dunia Bawah, menyerahkan peta yang berharga pada orang-orang pemegang kekuasaan yang mengabdi pada mereka, dan diam-diam membantu mereka menemukan lokasi makam Kaisar Kegelapan.
Hingga saat ini, Jun Wu Xie mengetahui tiga dari semua peta itu. Selain yang dipegang Fan Zhuo, satu ada di tangan Klan terbesar, Klan Qing Yun. Yang lainnya ada di akademi dengan peringkat tiga terbaik di seluruh dataran, Akademi Angin Semilir yang terkenal. Dengan sebuah analisa dari dua contoh sebelumnya, tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa kambing hitam yang dipilih oleh Dua Belas Istana adalah kekuasaan tertinggi yang memiliki pengaruh besar di Dunia Bawah. Kelompok kekuasaan yang lebih rendah tidak akan memiliki sumber daya yang cukup untuk menghadapi rintangan di Tebing Kaki Surga.
Istana yang terlibat dengan hal ini, total ada tujuh. Jun Wu Xie tidak tahu tindakan macam apa yang telah diambil kelima istana lainnya, tetapi ia hanya tahu bahwa setiap istana yang terlibat dengan semua ini memiliki minat yang tinggi terhadap berbagai kelompok kekuasaan yang mereka kendalikan.
Dan Negeri Yan bisa jadi salah satu kelompok kekuasaan yang dipilih oleh ketujuh istana ini.
"Putra Mahkota Negeri Yan." Jun Wu Xie melirik pemanah yang bersujud lemah di tanah di hadapannya dan Jun Wu Xie tahu bahwa ia telah melontarkan semua yang ia ketahui.
Maka tidak ada lagi informasi yang bisa didapatkan dari pria ini.
"Akan … akankah kau mem … membebaskan kami sekarang …." Pemanah itu memohon, menggaruk-garuk tanah, tubuhnya gemetar.
Jun Wu Xie menatap busur di tangan pemanah itu yang merupakan perwujudan roh cincinnya.
"Serahkan."
Pemanah itu bingung sekejap sebelum ia menyadari Jun Wu Xie menatap roh cincinnya. Ia tak ragu-ragu sedikit pun dan segera menyerahkan busur itu.
Jun Wu Xie mempelajari busur itu sesaat sebelum ia berkata pada Kucing hitam kecil di pundaknya, "Coba."
Kucing hitam kecil segera mengeong patuh.
Pemanah itu menatap kosong pada Jun Wu Xie, sepenuhnya tidak memahami apa yang dilakukan Jun Wu Xie.
Namun, beberapa saat setelahnya, ia tertegun diam dengan apa yang dilihatnya di depan matanya!
Kucing hitam kecil itu mengangkat tapak kakinya dan memegang satu ujung busur panah itu, perlahan mendorongnya ke mulut kecilnya.
Busur panah yang terlihat keras tiba-tiba digigit dengan gigi tajam kucing hitam kecil dan segera ditelan!
Sebelum pemanah itu pulih dari pemandangan yang mengejutkan, rasa sakit karena roh cincinnya dirusak paksa menyerang dirinya dan ia tiba-tiba menyadari dirinya menggeliat di atas tanah karena tubuhnya kejang!
Siksaan itu menyerang tubuhnya tanpa henti, membuat wajahnya berubah menjadi hijau dan mulutnya langsung memuntahkan busa.
"Miauw?"
[Ini … bisa dimakan, tetapi teksturnya agak berbeda dari Binatang Roh]
Gigitan busur panah itu berubah menjadi wujud roh yang tak berbentuk di mulut Kucing hitam kecil. Ia tidak mengunyahnya dan Kucing hitam kecil hanya menelannya bulat-bulat ke dalam perutnya.
Kucing hitam kecil sebelumnya menelan singa emas Mo Xuan Fei dan itu adalah pertama kalinya ia menelan roh cincin. Jun Wu Xie hanya ingin mengujinya dan tidak berpikir hal ini akan sukses!
Kucing hitam kecil menelan roh senjata sedikit demi sedikit dan pemanah itu sudah tergeletak, tubuhnya kejang tanpa henti di tanah, bola matanya membalik hingga hanya terlihat berwarna putih, dan napasnya terengah-engah.
Berpelukan bersama di dalam kelompok, kawan pemanah itu tak dapat melakukan apa pun tetapi hanya menonton dengan mata melotot semua yang telah terjadi, hati mereka diselimuti ketakutan yang sangat besar dan melumpuhkan!