Krisis (3)
Krisis (3)
Dasar Tebing Kaki Surga memang dipenuhi banyak bahaya. Medannya tak terlihat, dan tak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Suhu udara yang dingin, kegelapan total dan bahaya yang mengancam kapan saja membuat orang merasa baru saja melangkahkan kakinya ke dalam neraka di tempat ini.
Terbebani dengan kaki patah dan tidak tahu apakah Tuan Mbek Mbek akan bertahan, Jun Wu Xie tak dapat bergerak dari tempat duduknya.
Walaupun ia memiliki pengalaman sebagai dokter hewan sebelum ini, tetapi Binatang Roh berbeda dari binatang peliharaan. Ia tidak yakin apakah ia bisa menyembuhkan Tuan Mbek Mbek hingga sehat seperti semula.
Kabut di sekelilingnya semakin tebal dan Jun Wu Xie tidak boleh lengah. Ia memanggil Teratai Kecil dan mengeluarkan kendi anggur yang ia siapkan di Tas Alam Semesta lalu menyerahkannya pada Teratai Kecil. Teratai Kecil menatap Jun Wu Xie dan mengalihkan pandangannya pada Tuan Mbek Mbek yang lemah. Bibirnya gemetar dan ia tergopoh-gopoh menghampiri Jun Wu Xie, kemudian mengeluarkan sebutir biji teratai dari dalam dan meletakkannya di tangan Jun Wu Xie.
"Biar dia menelannya. Ini mungkin bisa menolong. Jika itu tidak menolongnya … Aku akan membiarkan dia langsung menggigitku." Teratai Kecil memandang Jun Wu Xie dengan tatapan serius dan sungguh-sungguh seraya berbicara. Seperti waktu itu di Gugusan Puncak Berawan, ketika ia dengan berani menggigit sebagian kecil tubuhnya dan menyuapkan dagingnya pada Jun Wu Xie, Teratai Kecil benar-benar bertekad bulat.
Setelah mengajukan tawaran tanpa pamrih, Teratai Kecil mengangkat kendi anggur itu kemudian menengadahkan kepalanya dan menenggak anggur di dalamnya. Ia tahu jelas faktanya bahwa di tempat yang penuh dengan bahaya yang mengancam dari segala arah, wujud dirinya yang lain akan jauh lebih berguna.
Beberapa saat kemudian, Teratai Mabuk yang sedikit merona muncul di hadapan Jun Wu Xie. Begitu ia melihat keadaan Jun Wu Xie yang menyedihkan, matanya langsung terbakar dengan kemarahan dan ia melesat berdiri di samping Jun Wu Xie dalam sekejap.
"Sial." Teratai Mabuk berkata, meninju tanah dengan kedua tangannya yang terkepal.
"Lihat ke sekeliling. Jika kau bertemu dengan yang lain, bawa mereka ke sini." Jun Wu Xie berkata tenang. Dengan situasi krisis yang mereka hadapi sebelum ini, ia bertanya-tanya apakah mereka semua masih baik-baik saja, dan apakah mereka semua selamat.
"Baik." Teratai Mabuk memandang sekilas luka di kaki Jun Wu Xie dan menjawab dengan serius. Tubuhnya sesaat menjadi buram dan ia langsung menghilang untuk memeriksa keadaan sekitar.
Roh cincin tidak memerlukan penglihatan untuk mencari jalan. Mereka adalah wujud roh yang bisa mendeteksi makhluk hidup dari aura mereka. Jika mereka menemui bahaya, roh cincin dapat berubah menjadi bentuk roh tak berwujud dan segera kembali ke pemilik kontraktual mereka.
Menyuruh Teratai Mabuk memeriksa area itu membuat Jun Wu Xie tenang. Setelah ia akhirnya berhasil rileks, ia bisa mengambil sedikit waktu untuk memeriksa lukanya yang kotor.
Luka di kaki kirinya adalah yang paling kelihatan, dan selain itu, kekuatan yang bergemuruh ketika mereka dihempaskan juga telah menyebabkan luka-luka parah di tubuhnya dan ia merasakan sakit di seluruh tempat di tubuhnya, nyeri di punggungnya adalah yang paling parah.
Apa yang membuatnya merasa beruntung adalah, walaupun tubuhnya dipenuhi dengan banyak luka dan memar, setidaknya tidak ada satu pun yang fatal.
Jun Wu Xie menyuapkan biji teratai yang diberikan Teratai Kecil ke dalam mulut Tuan Mbek Mbek dan menuangkan air dari mata air surgawi ke dalam tenggorokan Tuan Mbek Mbek, berharap kekuatan yang dimiliki Binatang Roh Kelas Pelindung dapat menolong Tuan Mbek Mbek untuk bertahan hidup.
Tidak lama setelahnya, Teratai Mabuk kembali. Ia tak berhasil menemukan yang lain tetapi ia telah menemukan sebuah rumah tua yang terbuat dari batu, yang kelihatannya telah ditinggalkan cukup lama.
"Rumah batu?" Jun Wu Xie bertanya, dengan alis terangkat. Sebuah rumah batu di dasar Tebing Kaki Surga?
"Ya, tetapi kelihatannya rumah itu telah ditinggalkan cukup lama." Teratai Mabuk menambahkan.
Jun Wu Xie menyipitkan matanya merenung. Keberadaan rumah batu itu aneh, tetapi bisa dikatakan, mengingat situasi yang dialaminya, apa pun bentuk tempat berteduh yang bisa melindunginya adalah tempat yang paling tepat untuk didatangi.