Chapter 99 - Kebenaran dari segala masalah
Chapter 99 - Kebenaran dari segala masalah
Kerajaan miskin, tidak memiliki hal menarik, tidak memiliki tempat pariwisata yang unik, sumber dayanya yang mereka miliki juga tak begitu banyak. Mereka hanya mengandalkan perikanan mereka yang jauh lebih unggul dibandingkan sektor lain.
Dalam masa perang besar, Kerajaan Abyc mendapat posisi yang amat penting untuk aliansi suci untuk menjadi benteng pertahanan bagian selatan untuk Aliansi suci, karena sekutu Kekaisaran–Negeri Elf tepat berbatasan di bagian timur mereka.
Mereka harus menjadi yang paling depan dan siap dalam segala apapun kondisi, hingga suatu ketika Aliansi terpukul mundur karena kemunculan pasukan Kekaisaran di perbatasan Negeri elf dan Abyc. Mereka dipukul mundur dan satu persatu kota mereka diinvasi oleh aliansi Kekaisaran.
Hingga suatu hari semua invasi itu berhenti meninggalkan kerusakan yang amat parah hampir di semua kota. Raja hari itu berpikir untuk bersiap membalas, namun tak lama sebuah kabar buruk terdengar. Anggota aliansi suci keluar satu persatu hingga mengakhiri perang begitu saja.
Kerajaan miskin yang tak memiliki sumber daya yang melimpah, janji yang aliansi suci berikan pada mereka juga tak ditepati yang membuat mereka semakin merugi. Meski begitu mereka dapat melalui hari-hari pasca perang tanpa bantuan siapapun dan tetap bertahan dalam ambang kehancuran kerajaan mereka.
**
"Kabar yang saya dengar, mereka melarikan diri ke Kerajaan Hertia. Tapi ada kabar lain juga beredar jika putra mahkota dan keluarga kerajaan beserta petingginya menetap di Kerajaan Nord, tapi ada kabar lagi juga jika mereka tengah pergi ke Kerajaan Meridonialis yang ada di bagian timur laut kerajaan mereka. Maafkan saya karena tidak memiliki informasi pasti," jelas Scintia lagi lalu menunduk saat meminta maaf.
Void menggelengkan kepalanya sambil tersenyum "Tidak, mengetahui mereka hidup saja sudah sangat bagus, Scintia. Terlebih semua informasi mu ini sangat berharga untuk Kekaisaran, berkat dirimu aku bisa menebak kenapa Kerajaan Abyc sangat ingin menjadi aliansi Kekaisaran. Terima kasih, ya," ucap Void memuji segala usaha yang telah dilakukan oleh Scintia.
Scintia telah kembali dari pengintaiannya di Kerajaan Abyc. Ia langsung menuju perpustakaan setelah bertanya kepada salah satu pelayan yang mengetahui keberadaan sang Kaisar, memberitahu segala informasi yang ia dapat kepada Void lalu esoknya mereka memberi tahu semua informasi itu kepada Ink Owl.
"Kalau begitu dugaan kita meleset, paduka," ucap Ink Owl setelah mendengar semua informasi dari Scintia "Jika seperti ini membuka kemungkinan jika Kerajaan Abyc benar-benar mencari perlindungan di Kekaisaran," jelasnya mengambil kesimpulan dari informasi itu.
Void mengangguk "Benar," ucapnya tanda setuju "Kemungkinan pangeran mahkota beserta para menteri yang ia bawa pergi ke negeri lain bukan untuk berlindung tetapi untuk hal lain," jelasnya.
"Apa mungkin ..."
"Setelah mereka kalah, mereka pergi ke kerajaan lain untuk mencari bantuan untuk mengambil alih takhta lagi," tambah Void melanjutkan ucapan Scintia yang juga menduga hal yang sama.
Mereka bertiga menduga hal yang sama. Meski pemberontakan berakhir tetapi kepergian sang pangeran bersama dengan para menteri menjadi ancaman untuk para pasukan pemberontak, sebab kepergiannya bisa saja untuk meminta bantuan Kerajaan lain untuk mengambil alih Kerajaan Abyc lagi dari tangan pasukan pemberontak. Semua itu menjadikan alasan yang sangat kuat bila mereka benar-benar ingin bergabung dengan Aliansi kekaisaran untuk mencari perlindungan dari Kekaisaran dan aliansinya.
Void terduduk di kursi kerja Ink Owl, menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan mata.
"Lalu dugaan kita tidak benar-benar meleset," ucap Void lagi, membuat Ink Owl memasang wajah bingung.
"Apa maksud anda, paduka?" tanya Ink Owl kepada sang Kaisar.
Void langsung menjawab pertanyaan itu dengan mata yang masih terpejam "Ink Owl, arti kudeta adalah penurunan kekuasaan secara paksa oleh pihak lain, kurang lebih begitu, kan?"
"Tentu, paduka."
"Kalau begitu sejak tergantinya sang Raja Kerajaan Abyc, maka mereka sudah melakukan kudeta. Aku tidak suka dengan kabar burung, tapi bukankah sebelumnya kau juga sudah mendengar bagaimana kematian Raja Abyc yang sangat mendadak?"
Napas Ink Owl tercekat dan wajahnya tampak terkejut begitu sadar maksud perkataan sang Kaisar.
"Kudeta sudah dilakukan sejak putra mahkota atau tepatnya sang pangeran naik takhta menggantikan raja sebelumnya. Tetapi kemudian ia di kudeta lagi oleh militernya dan penduduknya sendiri, lalu pangeran melarikan diri dan meminta bantuan ke Kerajaan lain lalu para pemberontak mencoba menjalin hubungan dengan Kekaisaran secepat mungkin agar mendapatkan perlindungan. Ya mereka tidak akan sanggup jika harus menahan serangan dari 3 kerajaan sekaligus, aku akan menjamin jika mereka kalah," jelas Void dengan wajah serius lalu ia menegakkan tubuhnya lagi.
Pola yang Void pikirkan telah lama terjawab, pemberontakan penduduk dan militer menciptakan masalah yang berbeda lagi untuk Kekaisaran. Void mengambil foto yang Scintia ambil di Kerajaan Abyc, terus menatapi sosok pendeta palsu yang tengah melepas jubah pendetanya yang dibalik itu memaki pakaian biasa dengan rompi merah lalu memakai jubah hitam yang diberikan oleh orang lain.
"Paduka, lalu sekarang bagaimana? Apakah kita akan mengabaikannya? Menurut saya tidak baik jika Kekaisaran terlibat saat ini, bisa bisa Kekaisaran kena imbas dari 3 kerajaan manusia yang mungkin akan menyerang Kerajaan Abyc," tanya Ink Owl sekaligus memberikan saran kepada sang Kaisar.
"Entahlah," ucap Void singkat lalu menjatuhkan foto di atas meja "Mau bagaimana juga kita tetap dalam bahaya," tambah Void.
Wajah Ink Owl berubah menjadi amat kesal, menyadari semua permasalahan yang berujung pada keterlibatan Kekaisaran. Hanya Scintia seorang yang kebingungan di ruangan yang dalam sekejap menjadi hening itu.
"Ma—maaf, apa maksud paduka?" tanya Scintia seraya mengangkat sebelah tangannya.
Namun Ink Owl yang menjawabnya "Nona Scintia. Jika pangeran berhasil mendapatkan takhtanya lagi maka semuanya akan kembali seperti dugaan paduka, kemungkinan mereka akan membuat masalah dengan Negeri Elf. Meski saat ini belum ada bukti tetapi paduka dan saya sendiri pun mengkhawatirkan hal itu."
Tak ada bukti jika sang pangeran itu ada hubungannya dengan organisasi yang disebutkan oleh Jenderal Uridonia, tetapi Void dan Ink Owl merasakan kejanggalan hal yang sama saat pemberontakan terjadi hampir bersamaan dan dua pemberontakan terjadi di dekat perbatasan Aliansi Kekaisaran.
Bagai memakan buah simalakama, mau bagaimana pilihan Void pada akhirnya akan menimbulkan potensi untuk kekacauan untuk Kekaisaran. Meski begitu dirinya harus memilih salah satu untuk membuat jalan paling aman untuk masa depannya dan juga masa depan Kekaisaran serta aliansinya.
"Owl, aku sudah memikirkan sesuatu. Tapi sebelum itu, aku ingin mendengar solusi darimu. Mau bagaimana juga kita tidak bisa terlepas dari masalah ini, walau aku tahu seperti itu aku tetap ingin perdamaian di Kekaisaran. Kau mengerti?" ucap Void kepada penasihatnya itu.
"Dengan kata lain anda ingin solusi yang paling aman untuk Kekaisaran?" tanya lagi Ink Owl memastikan.
"Benar sekali," balas Void disertai anggukan kepala.
Sebuah perintah yang sulit namun tidak mustahil untuk diciptakan, Ink Owl merenung dan terdiam dengan mata yang terpejam. Kepalanya mematah ke kiri dan ke kanan tanda ia tengah berpikir sangat keras. Gelak tawa ingin Void keluarkan kala melihat burung hantu itu, namun ia menahannya sekuat tenaga untuk menjaga harga diri Ink Owl.
"Kalau begitu ..."
Ink Owl menjelaskan solusi yang ia dapat, meski pada akhirnya Kekaisaran kemungkinan besar mendapat masalah tetapi hanya solusi yang ia katakan yang paling memiliki jalan paling aman untuk Kekaisaran. Seakan satu pikiran, memiliki solusi yang hampir mirip dengan apa yang dikatakan oleh Ink Owl, solusi di mana mereka tak perlu memasukkan Kerajaan Abyc ke dalam aliansi mereka tetapi bisa meninggalkan nama Kekaisaran di Kerajaan Abyc.
"Ah!" Scintia tiba-tiba menjerit dengan wajah terkejut "Maaf paduka, saya melupakan informasi yang harus saya katakan kepada anda. Sebenarnya ..."
Lalu informasi terakhir yang dikatakan oleh Scintia membuka peluang yang amat besar untuk rencana mereka.
Beberapa hari kemudian.
Sebuah ruangan dengan pilar-pilar penyangga yang melingkar dihiasi oleh bendera-bendera berwarna latar biru, tengahnya adalah perisai warna emas dengan ukiran, lalu di depannya sebuah cangkir wine dengan warna serupa yang bagian atasnya dan bawahnya di balut oleh dedaunan serta bunga, entah apa makna bendera itu.
Sebuah meja bundar berada tepat di ruangan, para petinggi dan pihak militer yang mengenakan ban lengan merah di lengan mereka duduk hingga memenuhi sekeliling meja bundar itu.
Seorang petinggi bertanya dengan nada tinggi "Apa Kekaisaran belum memberikan balasan?"
Petinggi yang bertanggung jawab untuk mengurus masalah itu pun menjawab "Belum, Kaisar sendiri berkata akan membicarakannya dengan pemimpin Negeri Dwarf dan Negeri Elf."
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi!" bentak petinggi lainnya sembari memukul meja "Jika seperti ini, sebentar lagi Kerajaan Herita, Meridonialis dan Nord akan menyerang Kerajaan kita dan bajingan yang membunuh raja kita itu akan naik tahta!" tambahnya memperjelas masalah yang mereka hadapi.
Lalu seseorang dari pihak militer, seorang Jenderal yang mengatur semua prajurit Kerajaan Abyc bernama Helsper pun berkata "Saya takut mengatakan ini tetapi apa yang dikatakannya benar, prajurit-prajurit yang mengintai di beberapa kota 3 kerajaan itu berkata jika banyak prajurit yang sudah berkumpul di dekat kota yang dekat dengan perbatasan kita. Dugaan saya, mungkin 2 hari lagi mereka akan tiba di Kerajaan Abyc. Dengan waktu itu saya bisa mengatur pertahanan untuk menghambat mereka."
Ucapannya membuat kegelisahan para petinggi lainnya semakin menjadi. Serangan tiga kerajaan berkat permintaan sang pangeran benar-benar terjadi, jika satu kerajaan saja sang Jenderal itu percaya diri pasukan Abyc bisa menahannya bahkan memukul mundur mereka tetapi jika 3 kerajaan sekaligus maka mereka tak bisa berbuat banyak. Satu-satunya pilihan yang terlintas di pikiran mereka hanyalah menyerahkan tahta kepada pangeran busuk yang membunuh keluarganya sendiri.
Kesetiaan yang tak padam pada sang Raja sebelumnya menimbulkan amarah yang begitu bergejolak ketika mengetahu bagaimana sang Raja mati di tangan anaknya sendiri yaitu sang pangeran, meski tahu dia adalah putra dari sang Raja tetapi mereka tetap tak menerima keberadaan pangeran itu.
"Pangeran Raudels tidak boleh berkuasa, kalian semua tahu bagaimana kelakuan dia selama ini di Kerajaan. Jika memindahkan kekuasaan kepadanya maka Kerajaan pangeran tidak waras itu. Kalau saja ... Dia ..."
"Jangan berharap yang tidak mungkin, kita saja tidak tahu dimana orang itu berada."
Mereka kembali terdiam dengan raut wajah pasrah disertai kebingungan setelah membicarakan sosok yang menghilang dari sisi mereka. Tiba-tiba seseorang mendobrak masuk ke dalam ruangan, membuat semua perhatian mereka teralih kepada orang itu. Dia adalah prajurit Abyc, napasnya sangat terengah-engah kala ia langsung berlutut di hadapan para petinggi dan juga jenderalnya.
"Ketuk sebelum masuk! Apa kau tidak memiliki sopan santun?" bentak sang Jenderal.
Prajurit itu pun membalas "Maafkan saya, jenderal. Tetapi ada berita darurat yang harus saya sampaikan!"
"Katakanlah!" titah sang Jenderal itu.
"Baru saja kami mendapat informasi dari prajurit yang menyusup ke kota dekat perbatasan di 3 kerajaan. Saat ini pasukan dari Kerajaan Hertia, Kerajaan Meridonialis dan Kerajaan Nord sedang bergerak menuju perbatasan Kerajaan kita."
Wajah para petinggi langsung menegang, perkiraannya sedikit meleset dari apa yang Jenderal prajurit katakan kepada para petinggi lainnya. Pasukan yang bergerak itu hanya akan memakan waktu satu hari untuk mencapai perbatasan jika bergerak sekarang.
"Buat barikade pertahanan, jangan biarkan mereka masuk ke dalam wilayah kita apapun yang terjadi!" titah sang Jenderal.
"Baik!" jawab prajurit itu kemudian dirinya pergi dari ruangan itu.
Sang Jenderal itu berbalik kembali menghadap para petinggi, ia kemudian membungkukkan tubuhnya dan berkata "Maafkan saya, prediksi saya meleset. Mereka ternyata bergerak jauh lebih cepat, saya akan pergi untuk menyiapkan semua pasukan untuk bertahan," ucapnya, kemudian ia pergi dari ruangan itu meninggalkan para petinggi yang telah pasrah dengan kondisi mereka.
Seorang petinggi bernama Hugo yang merupakan penanggung jawab untuk rencana berhubungan dengan Kekaisaran pun berdiri dan berkata "Kita tidak memiliki pilihan, kita harus bersiap menghadapi kondisi paling buruk yang akan terjadi dan ... Berdoa, mungkin keajaiban dewa akan menghampiri kita," ucapnya yang sudah tak bisa berbuat banyak.
Petinggi lainnya yang terpengaruh dengan ucapannya menjadi sependapat, mereka hanya bisa percaya dengan kemampuan sang Jenderal yang harus membawa prajurit Abyc untuk menahan serangan mereka.
Beberapa jam berlalu, kabar pasukan dari 3 kerajaan yang akan datang disebar ke seluruh kota di Kerajaan Abyc. Para penduduk diminta untuk meninggalkan Ibukota sejauh mungkin untuk menghindari kemungkinan terburuknya, meski begitu beberapa penduduk ada yang menetap dan memilih untuk melawan para prajurit 3 kerajaan itu.
Mereka tidak takut, mereka juga tak menimbulkan kekacauan di kota mereka, penduduk yang benar-benar setia dan sama tidak menerima kematian sang Raja begitu saja.
Hugo murung melihat penduduk dari atas balkon istana yang begitu berusaha keras menunjukkan perlawanan mereka dengan membuat barikade disekitar Ibukota mereka untuk menghalangi laju prajurit yang akan datang esok hari.
"Tuan Hugo, ada apa?" tanya seorang petinggi, memiliki rambut tebal dan wajahnya yang jauh lebih muda darinya, tersenyum menunjukkan aura yang begitu positif dari dirinya "Wajah anda tampak kesal begitu," lanjutnya
Hugo menoleh ke arahnya dengan senyuman tipis "Tentu saja, melihat kerajaan kita menjadi kacau seperti ini, bagaimana saya tidak sedih? Anda sendiri bagaimana, Tuan Loyd? Padahal anda belum lama menjadi petinggi Kerajaan tetapi anda justru dihadapi masalah yang mustahil untuk diselesaikan," jawabnya sekaligus bertanya balik kepada petinggi muda bernama Loyd itu.
Loyd menjawab sembari melihat kondisi Ibukota "Saya sendiri tidak tahu. Mungkin saya mempercayai Jenderal Helsper, beliau adalah jenderal yang hebat jadi saya yakin beliau dapat menahan serangan 3 kerajaan lainnya," jawabnya benar-benar percaya diri seperti anak polos yang diberi harapan palsu.
Hugo hanya tertawa pelan mendengar itu sampai di tatap heran oleh Hugo "Kenapa anda tertawa begitu?" tanya Loyd keheranan.
"Haha, maafkan saya. Anda benar-benar percaya diri, saya yakin anda mungkin bisa membawa kerajaan ini lebih baik lagi nantinya," balas Hugo sambil tersenyum tipis.
"Tidak mungkin, saya belum berpengalaman jadi tidak mungkin saya bisa berkontribusi lebih di kerajaan ini," balas Loyd dengan santai.
Ia mengeluarkan liontin yang menggantung di lehernya, liontin yang di dalamnya terdapat sebuah kotak kecil di mana seharusnya di sana ada sebuah gambar namun ia hilangkan dengan sengaja.
"Liontin itu ..."
Hugo mengenalinya dengan sangat jelas, liontin itu adalah sebuah liontin yang hanya dimiliki oleh keluarga kerajaan.
"Ah, tuan putri yang memberikannya. Sewaktu saya menjadi petinggi kerajaan, putri memberikan ini kepada saya ... Tapi sekarang ..."
Kata-kata selanjutnya amat sulit ia katakan, ia menggenggam dengan sangat kuat dengan raut wajah yang tampak marah disaat yang sama juga kecewa.
Hugo tiba-tiba mengacak-acak rambutnya sembari berkata "Jangan sedih begitu, saya yakin beliau masih ada di dunia ini."
Loyd menutup liontinnya dan memasukkannya kembali ke balik pakaiannya dan tersenyum tipis tanpa berkata-kata. Ia juga yakin jika sang putri masihlah hidup, meski keluarga kerajaan menyatakan sang putri telah tiada saat perjalanannya menuju Kerajaan lain untuk hubungan diplomatik.
"Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana kunjungan anda ke Kekaisaran Iblis? Saya mendengar anda bertemu langsung dengan sang Kaisar, apakah dia mengerikan seperti yang dibicarakan?" tanya Loyd berturut-turut dengan raut wajah penasaran.
Suasanannya berganti dengan cepat, wajah ekspresif lelaki muda itu benar-benar mengubah suasana mereka semua "Astaga kau ini," tukas Hugo tak habis pikir, matanya beralih menuju pemandangan Ibukota kemudian menyipit kala ia menjawab pertanyaan Loyd "Kekaisaran ya. Sejauh perjalanan saya kesana, saya tak menemui hambatan. Iblis disana juga sangat rukun, sama sekali tidak ada bedanya dengan pemandangan di Kerajaan kita."
"Eh sungguh!? Kupikir Kekaisaran tempat yang mengerikan," potong Loyd tak percaya, karena apa yang ia dengar selama ini adalah Kekaisaran bukan tempat yang pantas untuk ditinggali.
Hugo tertawa pelan mendengar itu "Saya juga sedikit terkejut dengan hal itu. Tapi Kekaisaran benar-benar berbeda dari apa yang selama ini dibicarakan, sewaktu menanyakan jalan pun mereka menjawab dengan ramah, walau mereka benar-benar terkejut saat itu," ucapnya sambil tersenyum. Namun dalam sekejap raut wajahnya menjadi berubah, kerutan keningnya begitu jelas menggambarkan kebingungan yang melandanya "Saya sendiri menjadi bingung, Apakah selama ini anggapan kita tentang Kekaisaran itu tidak benar? Terlebih setelah melihat Kaisar itu ..."
"Bagaimana dengan Kaisar Iblis Void!?" potong Loyd yang sama sekali tidak melihat suasana bingung Hugo.
Hugo terkejut ketika melihatnya mendekat dengan wajah yang benar-benar penasaran "Y—ya, bagaimana mengatakannya. Beliau memang sedikit menyeramkan, apalagi tanduknya yang lebih besar dibanding Iblis biasa, saya juga merasakan kekuatan yang luar biasa dari dirinya. Tidak heran jika Kekaisaran bisa bertahan selama ini," jelasnya kepada Loyd yang benar-benar penasaran "Lalu dia juga menyambut saya dengan ramah, benar-benar mendengarkan saya dan membatasi apa yang seharusnya tidak saya katakan karena terbawa emosi saat itu."
"Eh terbawa emosi?"
"A—ah! Jangan beritahu yang lain soal itu, saya mohon!"
Kepanikan Hugo membuatnya tertawa pelan, sebab ada sebuah aturan tak tertulis dimana petinggi harus berpikir tenang dan jangan sampai memberitahu hal yang bisa membongkar rahasia Kerajaan termasuk kudeta yang terjadi.
Hugo berdeham mengakhiri suasana konyol sesaat itu lalu lanjut berbicara "Tapi, Kaisar benar-benar luar biasa. Meski saya yakin jika ucapannya itu adalah penolakan yang halus, tapi Kaisar duduk di kursi yang sama dengan saya hari itu, lalu dirinya juga memahami apa yang saya inginkan dan berani memikirkannya baik-baik. Sangat berbeda dari apa yang dibicarakan selama ini."
Hugo termenung sesaat setelah mendengar itu, raut wajahnya juga tampak tak percaya kala ia mendengar semua Kekaisaran Iblis. Sebuah tempat yang dikatakan tidak pantas untuk ditinggali, Kaisarnya sangat kejam sampai tak memperdulikan penduduknya, rakus akan kekuasaan dan kekayaan. Setelah tahu semua itu ia tidak yakin apakah Kekaisaran benar-benar tempat yang buruk ataukah tempat yang berbeda.
"Begitu, saya harap suatu hari nanti saya juga dapat bertemu dengan Kaisar Iblis," ucap Loyd sambil tersenyum ke arah pemandangan Ibukota yang sedikit kacau karena penduduknya yang bersiap untuk berperang.
Loyd menghela napas lalu berbalik sembali berpamitan "Kalau begitu saya pergi dulu, meski dalam keadaan seperti ini saya harus tetap melakukan pekerjaan saya," ucapnya.
Namun kala ia melangkah pergi, suara Hugo yang memanggil namanya menghentikan langkahnya "Loyd, tunggu," ucapnya lalu tertahan sesaat dengan wajah kebingungan, sementara itu Loyd juga berbalik dengan ekspresi polos yang bertanya-tanya "Loyd, pergilah dari kota ini. Jika kau kembali ke kampung halaman mu, mungkin kau–."
"Tidak mau," potong Loyd langsung dengan wajah marah "Saya tidak mau meninggalkan istana ini, saya sudah bersumpah kepadanya," tambah Loyd lagi.
Keheningan tercipta diantara mereka, terasa sangat canggung dan sangat berat. Sumpah yang ia katakan kepada perempuan itu, Hugo juga mengetahuinya tetapi ia tidak ingin Loyd terlibat dalam permasalahan ini.
Namun Loyd kembali tersenyum tipis, mencairkan suasana canggung di antara mereka "Mau bagaimana pun juga saya adalah petinggi, saya harus tetap mengurus Kerajaan sampai benar-benar berakhir. Maaf, tapi saya harus pergi, sampai nanti Tuan Hugo," tambahnya lalu pergi.
Hugo menghela napasnya lalu kembali melihat pemandangan sore hari Ibukota yang masih ramai yang bukan karena aktivitas biasa mereka, tetapi membuat berbagai barikade untuk menahan serangan yang akan datang.
"Oh dewa, kenapa semua ini terjadi pada kerajaan ini?"
Pertempuran tak bisa dihindari, di ujung sana sang pangeran yang menunggu takhtanya tengah menyeringai puas akan kemenangan yang akan ia dapatkan.
To be continue