Cowok Hamil

USG



USG

1Bola mata Jamal berbinar seolah tidak ingin berkedip, mulutnya juga tidak berhenti tersenyum nyengir--saat sedang menatap layar monitor yang menampilkan dua bayi yang terhubung dari perut Rio. Perasaan haru bercampur bahagia, tergambar jelas pada raut wajahnya.     

Sama halnya dengan Rio--yang masih berbaring di atas tempat tidur. Wajahnya juga terlihat sangat bahagia, hingga tidak mampu untuk menahan senyum, saat dirinya bisa melihat sendiri ada dua bayi di dalam perutnya--melalui layar monitor yang berada di samping kanan, di tempat dimana ia sedang berbaring.     

Dengan lembut telapak tangan Rio mengusap perutnya. Sulit dipercaya, bayi itu benar-benar ada dan nyata di dalam perutnya.     

"Dok, jadi bayinya laki-laki apa perempuan?" Tanya Jamal antusias.     

"Kan udah kelihatan itu jenis kelaminnya," dokter Mirna menunjuk satu persatu bayi pada layar monitornya. "Yang ini laki-laki, terus yang satunya perempuan."     

"Jadi bayinya laki-laki sama perempuan?" Ucap Jamal menegaskan.     

Dokter Mirna hanya tersenyum simpul sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Bayinya juga kelihatan sehat."     

Sementara itu terlihat ibu Marta dan ibu Hartati, yang sedang berdiri berdampingan--di samping tempat tidur dimana Rio sedang berbaring, saling bersitatap dan tersenyum simpul.     

Tidak puas dengan hanya melihat dari jarak jauh, kemudian Jamal berjalan mendekati layar monitor yang sedang menampilkan gambar anaknya. "Yang ini pasti laki-laki ya dok?" Tanya Jamal sambil menunjuk layar monitor yang ada di hadapannya.     

"Iya itu yang laki-laki," jawab dokter Mirna.     

"Pasti dia tuh, yang suka nendang-nendang telapak tanganku," tebak Jamal yang membuat dokter Mirna dan yang lainnya mengerutkan kening.     

Mendengar itu, mereka jadi berpikir sambil membayangkan, kalau Jamal pasti suka mengusap-usap perut milik Rio.     

"Berarti, kak Jems suka pegang-pegang perut kak Rio, dong?" Celetuk Afkar yang secara tidak langsung mewakili pertanyaan ibu Marta dan semuanya.     

Bisa dibayangkan bagaimana wajah Jamal saat mendengar komentar polos dari adik laki-laki Rio. Ia terlihat salah tingkah, sampai harus menelan ludahnya susah payah, sambil melirik ke arah Rio.     

"Enggak kok, cuma nggak sengaja nyenggol doang." Jelas Jamal dengan nada bicara yang terdengar gugup.     

Afkar memanyunkan bibir bawahnya, tidak percaya dengan kata-kata Jamal. "Hem... bohong!"     

Ngomong-ngomong Afkar dan Keysa merengek, meminta ijin untuk tidak masuk sekolah, lantaran ingin melihat jenis kelamin calon keponakan mereka.     

"Afkar, nggak boleh gitu sama kaka," tegur ibu Hartati. Ia bisa melihat kalau Jamal dan Rio sedang dilanda perasaan gugup. Ibu Hartati mencoba untuk mencairkan suasana.     

"Tapi kalau lihat di komputer, justru yang kelihatan lebih aktif malah yang berjenis kelamin perempuan lho."     

Kata-kata dokter Mirna membuat semua yang ada di ruangan tersebut, langsung menatap kembali pada layar monitor. Secara otomatis, mereka juga melupakan khayalan tentang bagaimana Jamal mengusap-usap perut gendut Rio. Jamal dan Rio juga merasa terbebas dari susana hati yang sempat membuat meraka canggung.     

"Masa, dok?" Tanya Jamal seolah tidak percaya.     

"Iya, liat aja. Yang perempuan aktive banget. Beda sama yang laki-laki, lebih sering diam?" Dokter Mirna menjelaskan sambil menunjuk dua bayi pada layar monitor.     

"Oh... iya," girang Jamal saat ia yakin, kalau bayi perempuannya lebih aktif dari pada bayi laki-laki.     

"Kenapa nggak cowok semua aja sih kak?" Celetuk Afkar kembali. "Kalau cowok semua kan enak, nanti bisa diajak main semua sama Afkar."     

Kening Rio berkerut, sambil menatap sebal ke arah adiknya. Bisa-bisanya bertanya seperti itu.     

Ternyata tidak hanya Rio yang kesal dengan permintaan Afkar, Keysa adik perempuannya pun sama. "Ngomong apaan sih, Auf? Lu pikir bikin kue bisa request."     

Mengabaikan kata-kata Keysa, kemudian Afkar berjalan mendekati Jamal yang masih berdiri menatap layar monitor. "Kak Jems!" Panggil Afkar sambil memukul lengan Jamal--membuat Yang dipukul tersentak kaget.     

"Hem... apa?" Sahut Jamal.     

"Ntar kalau bayi yang ini udah lahir, bikin lagi dong sama kak Rio? yang kembar tapi cowok semua."     

Permintaan polos Afkar sukses membuat ibu Marta, ibu Hartati dan dokter Mirna menahan tawa.     

Sementara Jamal, dengan wajah salah tingkahnya, ia hanya bisa mengerutkan kening, sambil menelan ludahnya susah payah. Ia hanya terdiam dan bingung mau menjawab apa.     

Lain halnya dengan Rio, permintaan adiknya mebuat ia semakin merasa dongkol. Rasanya ingin sekali Rio menutup mulut adiknya menggunakan plester, seperti yang pernah ia lakukan dulu, saat dirinya dibuat jengkel oleh Afkar.     

Bukannya Rio kejam terhadap adik, tapi sebagai kakak ia mempunyai batas kesabaran. Afkar memang kepo, atau lebih tepatnya ia selalu ingin tahu tentang apapun. Jangan salahkan Rio kalau ia hanya ingin membuat mulut adiknya diam, dan berhenti bertanya. Tapi meskipun begitu, tetap saja Rio sangat menyayangi kedua adiknya.     

"Afkar, jangan ngomong yang aneh-aneh," tegur ibu Hartati. Kemudian ia berjalan mendekati Afkar, menarik pergelangannya, menjauhkannya dari Jamal, seraya berkata, "maafin Afkar ya nak Jems, dia emang begitu."     

Jamal tersenyum nyengir, "nggak apa-apa bu," ucap Jamal dengan wajah yang masih terlihat salah tingkah. Kemudian secara tidak sengaja, manik matanya sekilas melirik ke arah Rio, yang kebetulan juga sedang melirik ke arahnya. Seperti biasa, jantungnya selalu berdebar tiap kali matanya, bertemu pandang dengan mata Rio.     

"Huuft..." Jamal menghela napas, sambil menghindari tatapan itu.     

"Ohiya dok, ngomong-ngomong, kapan kira-kira Rio harus operasi untuk kelahiran bayinya." Celetuk ibu Marta, yang membuat suasana kembali tenang.     

Seluruh pasang mata, kini beralih menatap pada dokter Mirna. Mereka sudah tidak sabar ingin mendengar jawabannya.     

"Kalau untuk kehamilan yang normal, eh maksud saya kalo Rio perempuan dan bisa melahirkan secara normal, diperkirakan bayinya akan lahir satu bulan setengah lagi." Jelas dokter Mirna. Kemudian ia berjalan ke arah meja kerja, lalu mengambil kalender yang tergeletak di sana.     

"-tapi biasanya bayi lahir itu tidak selalu tepat dengan prediksi. Ada yang maju setengah bulan dari tanggal prediksi, ada juga yang mundur setengah bulan. Kebanyakan bayi lahirnya maju setengah bulan lebih cepat. Jadi kemungkinan kami akan melakukan operasi sekitar satu bulan lagi."     

Operasi? Mendengar kata itu wajah Rio berubah menjadi datar. Meski sudah pernah diberitahu sebelumnya bahawa ia akan menjalani operasi saat kelahiran bayinya, tapi melihat waktu yang semakin dekat Rio mendadak gelisah.     

Untung saja dua wanita hebat yang sedang berdiri di dekatnya, peka dengan apa yang dirasakan oleh Rio. Mereka--Ibu Hartati dan ibu Marta mencoba mendekati Rio untuk memberinya dukungan atau kekuatan.     

"Semua pasti baik-baik aja, Ri," ucap ibu Marta--dengan lembut telapak tangannya mengusap puncak kepala Rio.     

"Iya, jangan takut. Dokter Mirna pasti bakal berusaha yang terbaik." Imbuh ibu Hartati, sambil memijat pelan betis Rio.     

"Iya Ri, bapak Tama sama ibu Marta udah menyiapkan semuanya dengan sangat baik kok." Ucap dokter Mirna. "Nanti saya juga akan dibantu beberapa dokter dari luar negeri. Supaya kehamilan kamu tetep aman, tidak ada orang lain yang tau."     

Penjelas dokter Mirna membuat Rio mendongakan kepala, menatap ibu Marta yang sedang berdiri di sampingnya. "Beneran mah?"     

Ibu Marta menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul, "iya... papa juga ingin yang terbaik buat kelahiran cucunya."     

"Makasih, Mah." Setelah menyampikan itu, Rio tersenyum simpul, dan hatinya jadi merasa jauh lebih baik sekarang.     

"Huuft..." dalam diam Jamal membuang napas legah. Kalau boleh jujur ia juga sempat merasakan cemas saat Rio akan menjalani operasi. Tapi melihat Rio tersenyum, entah kenapa, ia juga merasa tenang.     

"Kak, ini kapan arisannya mau dikocok? Kan udah tahu jenis kelaminnya," celetuk Keysa. Sejak tadi gadis belia itu sudah memegang dua gelas yang dititipkan Jamal padanya.     

Jamal sudah tidak sabar menentukan nama untuk calon anaknya, oleh sebab itu ia sengaja membawa dua gelas yang sudah berisi nama-nama calon bayi itu ke tempat USG. Jamal juga ingin menentukan namanya di sana.     

"Yaudah sekarang, Key!" jawab Jamal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.